IBL

Mantan pemain NBA Zaza Pachulia tampak menikmati pekerjaan barunya sebagai konsultan di departemen operasi bola basket Golden State Warriors. Tim yang memberinya dua gelar juara NBA (2017 dan 2018). Tetapi Zaza ingin memiliki karier di luar lapangan yang lebih tinggi lagi. Zaza mengincar posisi sebagai manajer tim di NBA.

Zaza merupakan contoh pemain yang tidak hanya memikirkan bola basket saja. Dia sudah berpikir tentang masa depan setelah pensiun dari basket. Selama 16 tahun di NBA, senter setinggi 2,11 meter tersebut menyempatkan diri untuk belajar di beberapa perguruan tinggi. Selain itu, Zaza juga mengembangkan bisnis miliknya sendiri.

Setelah pensiun pada tahun 2019, Zaza menghabiskan waktu Stanford University. Dia belajar dari George Foster, seorang profesor di bidang bisnis olahraga. Zaza mengambil kelas khusus yang diberikan Foster. Sebelumnya, saat masih membela Atlanta Hawks (2005-2013), Zaza mengambil kursus bisnis di Emory University.

"Makanya saya mengambil kelas bisnis, karena saya ingin belajar. Saya bertemu dengan orang-orang hebat. Itulah alasannya saya masuk Harvard tiga kali," katanya, seperti dilansir Forbes.

Zaza bukan pemain bintang seperti LeBron James, Stephen Curry, hingga Kevin Durant. Menurut data spotrac.com, rata-rata gaji tertinggi Zaza selama 16 musim di NBA hanya AS$5,2 juta. Itu didapat saat dirinya bermain di Milwaukee Bucks selama tiga musim (2013-2015). Sisanya, dia mendapatkan bayaran di bawah jumlah tersebut. Sementara saat bermain di Golden State Warriors (2016-2018), gaji rata-ratanya sebesar AS$2,9 juta. Namun dia bisa membantu Warriors mendapatkan dua gelar juara NBA di tahun 2017 dan 2018.

Sejak kecil, Zaza memang bercita-cita ingin jadi pengusaha. Ketika mendapatkan kontrak empat tahun dari Hawks senilai AS$16 juta, dia langsung berpikir membuka bisnis sendiri. Saat berusia 24 tahun, Pachulia memberanikan diri untuk membuka dua restoran di Atlanta. Namun usaha tersebut gagal dan akhirnya Zaza terpaksa menutup Buckhead Bottle Bar.

"Kegagalan itu pelajarana paling penting bagi saya. Karena sebagai pemain yang bisa menghasilkan uang banyak, saya tidak membuangnya untuk membeli barang-barang yang tidak saya butuhkan. Saya membuangnya untuk investasi yang gagal. Itu membuat saya belajar," jelasnya.

Zaza memang gagal di bisnis restoran, namun kariernya di lapangan cemerlang. Hingga mendapatkan uang lebih banyak lagi dari beberapa klub yang menaunginya. Setelah mengumpulkan uang, Zaza pun memulai bisnis baru yaitu membuka beberapa hotel di Georgia, Uni Soviet. Zaza melihat tempat kelahirannya punya potensi wisata yang bagus dengan kebun anggur dan tempat-tempat bersejarah.

"Hotel sukses setelah pengalaman restoran gagal," katanya. "Itu membuka mata saya, dan mulai berpkiri untuk membuka bisnis lebih banyak lagi."

Kembali ke NBA, Zaza terakhir bermain Detorit Pistons di musim 2018-2019. Dia pensiun pada 29 Agustus 2019, dan langsung berkerja di kantor Warriors. Beberapa bulan terakhir, Zaza sibuk membantu Warriors menyiapkan tim. Mulai dari NBA Draft, hingga terjun ke bursa pasar pemain "free agent". Pengalaman memberinya banyak wawasan dalam mengoperasikan tim dari sudut pandang pemain. Pada akhirnya nanti, Zaza ingin bisa menjalankan timnya sendiri. Artinya, Zaza sedang mengincar posisi sebagai manajer tim NBA.

"Basket adalah bisnis bagi saya. Ini memang hiburan, tapi ini juga bisnis yang serius," ungkapnya. (tor)

Foto: The Press Democrat

Komentar