IBL

Lama tak mendengar kabar mengenai ASEAN Basketball League. Tapi justru yang muncul bukan kabar gembira, melainkan kabar yang menyedihkan. ABL musim ini kemungkinan besar tidak dilanjutkan lagi atau bubar. Meski belum ada pernyataan resmi dari penyelenggara, namun fakta-fakta ABL tidak akan lanjut sudah terlihat. 

Sebuah unggahan di akun instagram @asiapacifichoops memicu kesedihan. Ini lantaran akun tersebut memberitakan bahwa ASEAN Basketball League bubar. Liga yang sempat hidup kembali setelah terpuruk, kini justru harus berakhir.

Faktanya, setelah ditunda akibat pandemi virus korona, kondisi ABL semakin tidak jelas. Situasi sulit membuat Mono Vampire mengumumkan pembubaran tim. Padahal kompetisi musim 2019-2020 masih ditunda, belum dibatalkan.

Klub asal Thailand tersebut memutus kontrak mayoritas pemainnya, termasuk Tyler Lamb, pada akhir Maret lalu. Ada pernyataan dari pemilik klub bahwa untuk sementara tidak ikut semua kompetisi di dalam dan di luar negeri. Sedangkan di tubuh klub sendiri juga terjadi perubahan. Mono Group sebagai pengelola digantikan oleh Pete Bodharamik dari Mono29.

Kembali ke ABL, kabarnya kantor pusat ABL di Manila yang kini dipimpin oleh Jericho Ilagan sebagai Chief Operting Officer juga ditutup. Sedangkan website resmi serta akun-akun media sosial juga sudah tidak aktif sejak 15 April 2020 lalu.

Dihimpun dari situs spin.ph, pihaknya sudah berusaha menghubungi Jericho Ilagan. Tapi dia tidak mau berkomentar soal ini.

Ada beberapa fakta yang menjadi dasar spekulasi bahwa ABL bubar. Adanya krisis keuangan yang memakasa petinggi ABL memotong biaya operasional, dan tidak tahu kapan akan bisa melanjutkan kompetisi. Lalu kompetisi dengan format home-and-away seperti ABL lebih berat untuk kembali bergulir, karena adanya pembatasan perjalanan udara. Tidak seperti liga domestik yang hanya berpindah kota, namun tetap dalam satu negara.

Sebelum kabar ini merebak, sebenarnya Ilagan pernah menyatakan bahwa ABL bisa dilanjutkan bulan Oktober. Sedangkan musim berikutnya atau musim ke-11 bisa berjalan di bulan November. Tapi sekarang kondisinya semakin menyedihkan.

Ada faktor lain yang membuat ABL semakin terpuruk. AirAsia yang memiliki saham terbesar di ABL melalui Tune Group, mengalami kerugian sebesar AS$ 187,9 pada kuartal pertama tahun 2020. Kerugian tersebut karena penurunan perjalanan udara setelah terjadi pandemi.

Kabarnya, kontrak staf ABL juga sudah berakhir pada 30 Mei lalu. Termasuk kontrak Ilagan sebagai Chief Operating Officer ABL. Ilagan dikabarkan yang akan menanggung pesangon karyawan tersebut.

Pihak klub sendiri belum ada yang memberikan keterangan dengan jelas. Charlie Dy selaku pemilik klub San Miguel Alab Pilipinas masih ragu dengan langkah ABL.

"Saya tidak dapat memberikan konfirmasi apa-apa sampai situasinya membaik. ABL adalah liga antar-negara. Jadi bepergian dari negara satu ke negara lain sangat berbahaya untuk saat ini," kata Charlie, seperti dikutip dari spin.ph.

ASEAN Basketball League adalah liga basket antar-klub se-Asia Tenggara yang dimulai pada tahun 2009. Lalu lambat laun berekspansi hingga ke Asia Timur, seperti Cina, Hong Kong, dan Taiwan. ABL selalu diikuti paling sedikit enam tim setiap musimnya. Namun pada musim ke-10 tepatnya pada musim 2018-2019, ABL memiliki 10 peserta. Ini termasuk CLS Knights Indonesia yang akhirnya keluar sebagai juara.

Pada musim ke-11 (2019-2020), CLS Knights memutuskan tidak ikut kompetisi dan digantikan oleh Taipei Fubon Braves. Namun ketika liga baru berlangsung separuh jalan, pandemi virus korona datang. Tim-tim peserta rata-rata sudah menjalani 16 hingga 17 gim dari total 26 gim di musim reguler. (tor)

Foto: ASEAN Basketball League

Komentar