IBL

Tim basket putra Indonesia, yang berhasil meraih satu kemenangan dari delapan pertandingan, harus puas berada di peringkat tujuh pada William Jones Cup 2019. Hasil tersebut diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi bagi tim basket putra Indonesia yang akan berlaga di Sea Games 2019 dan kualifikasi Piala Asia 2021. Proses evaluasi yang menggunakan analisis statistik merupakan salah satu hal yang telah diterapkan oleh para tim NBA maupun negara-negara yang peringkatnya tinggi. Dengan menggunakan analisis statistik, maka proses evaluasi akan menjadi objektif, mempermudah mengidentifikasi masalah-masalah yang menjadi sasaran perencanaan akan datang, dan membantu pemantauan proses perkembangan tim.

Analisis Empat Faktor Kemenangan

Efektivitas tembakan (eFG%) tim Indonesia (47,4%) berada di urutan enam dan masih di bawah batas rata-rata. Menariknya adalah tim Indonesia ternyata berada di urutan tiga dalam hal efektivitas tembakan tiga angka (3P). Penyebab utama menurunnya angka eFG% tim Indonesia adalah rendahnya efektivitas tembakan dua angka (2P), terutama di area perimeter. Berdasarkan grafik eFG%, tim Indonesia hanya berhasil satu kali melampaui rata-rata, yaitu ketika melawan tim Republik China 2. Bila ingin mengungguli Filipina, maka tim Indonesia harus menaikkan efektivitas tembakan 2P sebesar 19% atau menaikkan efektivitas tembakan 3P sebesar 13%.

Persentase turnover (TO%) tim Indonesia berada di peringkat pertama, dengan rata-rata sebesar 22,7% dari 73,3 penguasaan. Tingginya angka TO% merupakan salah satu indikasi bahwa tim Indonesia memiliki masalah yang sangat serius dalam hal fundamental. Perlonjakan tertinggi angka TO% tim Indonesia terjadi pada saat melawan dua tim tuan rumah. Sedangkan progres perbaikan TO% yang paling signifikan adalah ketika melawan tim Filipina. Bila ingin bersaing dengan tim Filipina, maka tim Indonesia harus menurunkan TO% hingga sebesar 8%.

Rata-rata TO% tim lawan ketika berhadapan dengan Indonesia adalah 13% dari 72 penguasaan. Hal ini merupakan salah satu tanda yang menunjukkan bahwa kurangnya kualitas pertahanan tim Indonesia.

Persentase offensive rebound (OR%) tim Indonesia berada di peringkat terakhir dan penulis yakin bahwa para pembaca sudah pasti akan langsung mempermasalahkan tinggi badan. Faktanya tim Iran dengan rata-rata tinggi sebesar 186 cm berada di urutan tiga dalam hal OR% yang sebesar 35,1% dan jauh lebih tinggi dari tim Indonesia yang memiliki rata-rata tinggi 188 cm (tanpa CJ Giles) dengan angka OR% sebesar 19%. Bahkan tim Indonesia hanya memiliki presentase defensive rebound (DR%) sebesar 50% ketika melawan tim Iran, yang berarti bahwa lawan memiliki angka OR% yang sebesar 50% pada laga tersebut.

Rata-rata OR% tim lawan ketika berhadapan dengan tim Indonesia adalah sebesar 41%. Hal tersebut menunjukkan bahwa angka DR% tim Indonesia hanya sebesar 59%. Koordinasi pertahanan dan kesadaran seluruh pemain untuk melakukan box-out merupakan masalah utama sebenarnya yang menyebabkan rendahnya angka DR%, dan bukanlah tinggi badan.

Persentase lemparan gratis (FTA rate) tim Indonesia berada di peringkat terakhir dengan angka sebesar 9,4%. Rendahnya angka lemparan gratis bukanlah sesuatu hal yang penting apabila memang berhubungan dengan strategi permainan yang mengandalkan serangan di area luar dengan angka eFG% yang sangat tinggi, misalnya Golden State Warriors. Lain halnya apabila disebabkan kurangnya upaya terobosan dengan kontak pada tim yang menerapkan strategi serangan dribble-drive.

Analisis Efisiensi Serangan (Offensive Rating)

Rata-rata penguasaan pada seluruh pertandingan di Jones Cup 2019 adalah sebesar 77,6 penguasaan. Tim Filipina memiliki efisiensi serangan yang tertinggi, yaitu 1,1 angka dari 80,9 penguasaan. Sedangkan yang paling rendah adalah tim Indonesia, yaitu 0,8 angka dari 73,3 penguasaan. Tim Indonesia tidak hanya memiliki efisiensi yang paling rendah, namun juga memiliki rata - rata penguasaan yang paling rendah oleh karena tempo permainan yang cenderung lambat.

Grafik Progres Empat Faktor dan Efisiensi Serangan

Berdasarkan grafik empat faktor tampak bahwa tim Indonesia cenderung mengalami peningkatan dalam hal eFG% dan OR% pasca kekalahan pertama atau pasca-pertandingan dua (Yordania), sebelum akhirnya menurun drastis pada laga terakhir. Sebaliknya, angka TO% tim Indonesia cenderung semakin memburuk dan puncaknya justru adalah ketika melawan tim Republik China 2 yang hanya satu peringkat di atas Indonesia. Secara keseluruhan tampak adanya perbaikan efektivitas tembakan dan rebound, walau masih dalam batas yang kurang bermakna dalam mendukung kemenangan.

Berdasarkan grafik efisiensi serangan, terlihat bahwa tim Indonesia mengalami perbaikan yang cukup bermakna sejak kekalahan dari Yordania di pertandingan kedua. Puncaknya adalah ketika menghadapi Republik China 2 di pertandingan ketujuh dan langsung mengalami penurunan drastis setelahnya. Dari grafik-grafik di atas, tampak adanya kesesuaian antara progres efektivitas tembakan, persentase rebound, dan efisiensi serangan.

Analisis Peta Tembakan

Pada peta tembakan (shot chart) terlihat bahwa kontribusi angka terbesar tim Indonesia berasal dari area tiga angka yang berjumlah 240 angka dari 479 upaya tembakan (240 Pts / 479 FGA). Dua sisi area sayap menjadi andalan utama dengan kontribusi terbesar, yaitu 52 dari 126 upaya tembakan (0,41 3P%). Sedangkan pada dua sisi area sudut (corner) yang hanya memasukkan 14 dari 48 upaya tembakan (0.29 3P%) masih menjadi salah satu masalah utama.

Pada area perimeter terdapat dua area yang hanya berkontribusi sebesar 12 angka dari 21 upaya tembakan (0.29 FG%). Menariknya apabila penguasaan dari 21 upaya tembakan tersebut digunakan untuk strategi yang menciptakan peluang bagi spesialis penembak 3P di area sayap, maka dari 21 penguasaan tersebut berpeluang untuk menghasilkan 24 angka.

Analisis Statistik Individu

Berdasarkan data statistik individual menunjukkan bahwa terdapat enam dari 12 pemain yang memiliki angka efisiensi serangan di atas rata-rata, yaitu Kaleb Gemilang, Juan Kokodiputra, Mei Joni, Indra Muhammad, Tri Hartanto, dan Widyanta Teja. Salah satu penyebab rendahnya efisiensi serangan tim Indonesia adalah terdapat dua pemain dengan waktu bermain di atas 10 menit dan memiliki USG% di atas 20%, namun memiliki efisiensi serangan yang hanya di sekitar angka 40, yaitu Muhammad Arighi Noor dan Yanuar Priasmoro. Selain itu, Arif Hidayat yang seharusnya menjadi salah satu fasilitator utama di tim Indonesia, justru memiliki efisiensi serangan yang hanya sebesar 67,36.

Bila ditinjau berdasarkan data efektivitas dan produktivitas, menunjukkan bahwa terdapat enam dari 12 pemain yang di atas rata-rata. Akan tetapi hanya empat pemain yang memenuhi standar yang dapat mendukung kesuksesan tim, yaitu Kaleb Gemilang, Juan Kokodiputra, Mei Joni, dan Indra Muhammad. Bahkan, angka efektivitas dan produktivitas empat pemain ini tergolong sangat baik dalam upaya mendukung kesuksesan tim.

Bersambung bagian dua

Foto: Dokumentasi Timnas Basket Putra Indonesia

Komentar