IBL

Tulisan ini adalah bagian kedua dari dua tulisan. Tulisan pertama dapat dibaca di sini.

***

Pelatih bola basket memiliki beberapa cara untuk melakukan analisis dalam upaya mengembangkan sebuah tim, yang salah satunya adalah dengan menggunakan analisis peta tembakan (shot chart). Peta tembakan adalah gambar pembagian lokasi tembakan yang dilakukan oleh para pemain dalam suatu pertandingan. Pemetaan lokasi tembakan dapat berdasarkan sistem zona atau berdasarkan jarak tanpa menggunakan sistem zona atau penggabungan keduanya. Tujuan analisis peta tembakan adalah untuk mengetahui informasi efektivitas tembakan para pemain, efektivitas eksekusi strategi serangan, dan efektivitas pertahanan. Informasi-informasi tersebut sangatlah bermanfaat untuk menentukan strategi permainan dalam suatu pertandingan atau kompetisi, maupun untuk perencanaan pengembangan para pemain dalam jangka waktu panjang.

Pada artikel ini, penulis akan membahas analisis statistik dan peta tembakan para atlet tim nasional basket Indonesia di William Jones Cup 2019. Peta tembakan yang digunakan pada artikel ini adalah penggabungan sistem zona dan jarak. Selain itu, para atlet akan diberi penilaian dengan skala A, B, dan C berdasarkan pertimbangan efisiensi serangan dan empat faktor kemenangan, tanpa memperhitungkan efisiensi pertahanan.

Performa 3-D / 3-R yang Bernilai A (Mendukung Kesuksesan)


Terdapat empat pemain dengan efisiensi serangan yang tergolong sangat baik, yaitu Kaleb Gemilang (0,57 eFG% dan 0,6 TS%), Juan Kokodiputra (0,69 eFG% dan 0,67 TS%), Mei Joni (0,68 eFG% dan 0,7 TS%), dan Indra Muhammad (0,64 eFG% dan TS%). Hanya empat pemain ini yang memiliki rata-rata efektivitas dan produktivitas tembakan yang cukup adekuat untuk mendukung kesuksesan tim nasional Indonesia pada William Jones Cup 2019.

Kaleb Gemilang [3-R]: Kontributor terbesar 2P dan secara umum.
Tubuh yang di bawah tinggi rata-rata tim tidak menjadi alasan bagi Kaleb (11,6 Pts, 4,4 Reb, dan 2,5 Ast) untuk menjadi kontributor utama di tim Indonesia pada Jones Cup 2019. Kaleb tidak hanya memiliki rata-rata angka yang terbesar, namun juga memiliki angka rebound yang tertinggi, dan asis terbanyak kedua di tim Indonesia. Selain itu, Kaleb berada di posisi tiga besar dalam hal efisiensi serangan dan floor% di tim Indonesia.

Berdasarkan peta tembakan menunjukkan bahwa Kaleb memiliki efektivitas tembakan 3P di sayap kiri (70%) dan sayap kanan (67%) yang tertinggi di tim Indonesia. Walau memiliki efektivitas tembakan 3P di seluruh area sayap dan atas yang sangat tinggi (62,3%), namun kontribusi angka terbesar Kaleb berasal dari area 2P. Bahkan, Kaleb adalah kontributor angka terbesar di lima zona 2P yang ditandai oleh lingkaran hijau pada peta tembakan, termasuk area dalam yang seharusnya dikuasai oleh pemain yang berperan sebagai SPP (scoring paint protector).

Mei Joni [3-D / 3-R]: Penembak 3P terbaik secara umum dan terbaik di sudut (corner).
Mei Joni (7,9 Pts, 3,4 Reb, dan 1,9 Ast) adalah pemain yang berkontribusi di seluruh area 3P dengan rata-rata efektivitas tembakan 3P yang tertinggi (48%) dan merupakan kontributor tembakan 3P terbesar di dua sisi area sudut dan area atas, yang ditunjukkan dengan lingkaran hijau. Selain memiliki produktivitas tembakan (TS%) yang tertinggi dan sangat istimewa (70%), Mei Joni juga merupakan kontributor rebound kedua setelah Kaleb Ramot.

Juan Kokodiputra [3-D]: Pemain dengan rata-rata efisiensi serangan yang tertinggi.
Juan Kokodiputra (8,6 Pts, 2 Reb, dan 0,8 Ast) adalah pemain dengan rata-rata efisiensi serangan yang tertinggi (105,58) dan satu-satunya yang mencapai angka 100 di tim Indonesia. Hal tersebut disebabkan oleh karena memiliki rata-rata efektivitas tembakan yang tertinggi dan memiliki angka persentase turnover (TO%) yang paling rendah di tim Indonesia, yang hanya 11%.

Walau demikian, Juan memiliki angka USG% yang paling rendah kedua (18%) di antara para pemain yang tampil di atas 15 menit dan satu-satunya dengan angka USG% yang di bawah 20% di antara para kontributor utama 3P. Dengan demikian, perlu diuji coba lebih lanjut untuk meningkatkan USG% pada pemain ini untuk mengetahui apakah dapat mempertahankan kekonsistenan eFG% dan TO% seiring dengan peningkatan USG%.

Berdasarkan peta tembakan menunjukkan bahwa Juan adalah kontributor terbesar tembakan 3P di area sayap untuk tim Indonesia, dimana dia berhasil memasukkan 12 dari 23 upaya tembakan 3P di area sayap (52,3%). Walau demikian, Juan hanya menjadi yang terbaik dalam hal kontribusi angka di area sayap kanan (lingkaran hijau). Selain itu, terlihat bahwa dibandingkan melakukan upaya tembakan perimeter yang efektivitasnya rendah, maka akan lebih baik bila Juan hanya difokuskan sebagai spesialis penembak 3P di area sayap dan sudut.

Indra Muhammad [3-D]: Berkontribusi besar dengan waktu bermain yang sedikit.
Indra Muhammad (5,6 Pts, 2,1 Reb, dan 1 Ast) yang hanya tampil dengan rata-rata waktu bermain sekitar 13 menit (urutan empat dengan rata-rata waktu bermain paling sedikit), ternyata berhasil menjadi salah satu dari empat kontributor utama di tim Indonesia. Berdasarkan peta tembakan, menunjukkan bahwa Indra memiliki efektivitas yang lebih baik dari Mei Joni di area sudut kiri dan lebih baik dari Juan di area sayap kanan. Walau demikian, jumlah waktu bermain yang lebih sedikit menjadi salah satu penyebab upaya tembakan 3P yang lebih rendah, sehingga Indra masih belum dapat disebut sebagai kontributor terbaik di dua area tersebut walau memiliki persentase keberhasilan yang lebih tinggi.

Diskusi


Setelah mengetahui bahwa ternyata tim Indonesia memiliki empat penembak 3P dengan efektivitas yangsangat tinggi, lantas hal apakah yang menyebabkan kurang konsistennya efisiensi serangan (Offensive Rating / Off Rtg) para penembak 3P tersebut dan bahkan hanya terdapat satu pemain saja dengan rata-rata Off Rtg yang mencapai angka 100? Berdasarkan grafik hubungan efisiensi serangan dengan jumlah assist, menunjukkan adanya kecenderungan penurunan efisiensi serangan seiring dengan penurunan jumlah assist, seperti yang diperlihatkan pada pertandingan tiga, lima, dan delapan. Hal tersebut menunjukkan bahwa betapa pentingnya peran para fasilitator dalam upaya menciptakan peluang dan memberikan kesempatan menembak sebanyak-banyaknya untuk mengoptimalkan produktivitas empat pemain tersebut. Ironisnya beberapa pemain dengan USG% yang tinggi, justru malah memiliki efisiensi serangan, efektivitas, dan produktivitas tembakan yang sangat rendah, dan bahkan tidak dapat berperan sebagai fasilitator dengan baik.

Mei Joni adalah salah satu contoh kasusnya, dimana dia memiliki Off Rtg yang di atas rata-rata pada empat pertandingan awal dengan rata-rata upaya tembakan sebanyak 7,75 FGA. Bahkan dia memiliki Off Rtg yang mencapai 112,48 dengan upaya tembakan yang sebanyak 13 FGA pada pertandingan tiga. Kemudian mengalami penurunan drastis pada pertandingan lima yang tercatat hanya melakukan tiga upaya tembakan.

Demikian pula dengan anjloknya angka Off Rtg Indra Muhammad pada pertandingan delapan, dimana dia tercatat hanya memiliki 1 FGA. Sementara pada pertandingan tiga sampai tujuh dia memiliki rata-rata eFG% sebesar 74,4% dengan rata - rata 5 FGA.

Performa 3-D / 3-R yang Bernilai B (Masih Kurang Mendukung Kesuksesan)

Muhammad Wicaksono [3-R]: Serba bisa, tetapi kurang konsisten.
Masalah utama Muhammad Wicaksono (5,6 Pts, 3,4 Reb, dan 1,4 Ast) adalah kurang konsistennya tembakan pada empat pertandingan yang membuat rata-rata efisiensinya menjadi turun drastis. Sebaliknya pada empat pertandingan lainnya, Wicaksono memiliki rata-rata 8,25 angka dengan akurasi tembakan 3P sebesar 55,85% dan memiliki angka eFG% sebesar 63,5%. Menariknya, pemain ini dapat berperan sebagai fasilitator di empat pertandingan dengan efektivitas tembakan yang rendah tersebut, dimana dia memiliki rata-rata angka Ast/TO yang sebesar 1,75 (tertinggi kedua setelah Widyanta Teja pada empat laga tersebut, yang memang berperan sebagai fasilitator utama). Fakta menarik lainnya adalah pemain ini memiliki catatan angka rata-rata steal yang tertinggi di tim Indonesia dan kontributor rebound nomor tiga setelah Kaleb Ramot dan Mei Joni.

Berdasarkan peta tembakan, terlihat bahwa Wicaksono memiliki efektivitas tembakan 3P yang lebih baik di area kanan. Selain itu, pemain ini juga memiliki efektivitas di sekitar area semi-circle (71%) yang tertinggi di tim Indonesia, sama seperti Tri Hartanto.

Oleh karena sudah terdapat dua pemain (Juan dan Indra) dengan efektivitas tembakan 3P yang tinggi di sebelah kanan, maka akan lebih baik bila Wicaksono mengembangkan tembakan 3P di sebelah kiri atau atas. Alternatif lainnya adalah menajamkan area kanan yang telah menjadi kelebihan utamanya dan diuji coba sebagai pemain 3-R di barisan kedua tim Indonesia.

Performa BH yang Bernilai B (Masih Kurang Mendukung Kesuksesan)


Widyanta Teja [OBH]: Fasilitator terbaik, tapi berefektivitas tembakan rendah.
Widyanta Teja (2,9 Pts, 2 Reb, dan 4,4 Ast) adalah satu-satunya ball handler (BH) di tim Indonesia yang memenuhi syarat sebagai fasilitator yang baik, dengan angka Ast/To yang sebesar 2,75. Selain itu, Widi adalah pemain dengan efisiensi serangan (Off Rtg) tertinggi kedua di tim Indonesia, yaitu 93,97. Salah satu laga yang menyebabkan melonjaknya efisiensi serangan Widi adalah pertandingan melawan ROC II, dimana Widi yang tampil selama 19 menit mencetak 7 Ast tanpa TO. Pada laga tersebut Widi memiliki angka efisiensi serangan sebesar 182,38, yang merupakan angka Off Rtg tertinggi yang pernah dicetak oleh atlet Indonesia pada suatu laga di William Jones Cup 2019.

Efektivitas tembakan 3P yang sangat rendah masih menjadi masalah utama yang kurang mendukung kesuksesan tim. Berdasarkan peta tembakan, terlihat karakteristik Widi sebagai OBH (offensive ball handler), dimana dia memiliki produktivitas 2P yang lebih baik dari 3P. Menariknya lagi adalah produktivitas angka terbesar Widi berada di area yang berjarak kurang dari 16 kaki. Sebagai OBH, hal yang sebaiknya dikembangkan adalah eksekusi jarak dekat dengan kontak dan shooting off the dribble di sekitar siku dan atas setelah memanfaatkan screen. Dengan cara demikianlah eksekusi serangan pick-and-roll dapat dioptimalkan dan menjadi salah satu opsi serangan tim Indonesia. Selain itu, ketika sebuah tim memiliki para penembak sayap yang lebih baik di kelompok 3-D dan 3-R, maka yang perlu dikembangkan oleh ball handler yang bermobilitas tinggi seperti Widi adalah tembakan 3P di area sudut.

Arif Hidayat [SBH]: Efektivitas 3P yang cukup tinggi, tapi bukan fasilitator.
Arif Hidayat (5,3 Pts, 0,9 Reb, dan 1,9 Ast) adalah satu - satunya ball handler yang memenuhi kriteria sebagai SBH (shooting ball handler) di tim Indonesia, dengan akurasi 3P sebesar 39,4%. Selain itu, Arif adalah ball handler dengan kualitas tembakan yang terbaik di tim, dengan eFG% sebesar 49% dan TS% sebesar 50% (angka eFG% dan TS% tersebut hampir mencapai batas yang dapat mendukung kesuksesan). Walau demikian, Arif masih belum memenuhi syarat sebagai fasilitator dengan angka Ast/TO yang sebesar 0,9 dan angka TO% yang sebesar 32% (tertinggi kedua setelah Wendha Wijaya). Selain itu, Arif memiliki rata-rata efisiensi serangan yang hanya sebesar 67,36 (di bawah standar yang dapat mendukung kesuksesan tim).

Berdasarkan peta tembakan, terlihat bahwa Arif merupakan penembak 3P terbaik kedua di area sayap kiri, setelah Kaleb. Selain dari area tersebut, Arif tidak memiliki kontribusi yang cukup bermakna untuk di area lainnya. Terbatasnya area tembakan Arif menjadi salah satu pekerjaan rumah yang perlu diperbaiki, selain dari rendahnya efisiensi serangan dan Ast/TO. Selain itu, akan jauh lebih baik apabila Arif dapat mengembangkan tembakan 3P di area sudut, yang masih menjadi salah satu masalah utama di tim Indonesia.

Performa PP yang Bernilai B (Masih Kurang Mendukung Kesuksesan)

Tri Hartanto [SPP]: Hanya produktif di jarak dekat.
Hal pertama yang sebenarnya harus dievaluasi pada pemain bergolongan paint protector (PP) adalah efisiensi pertahanan/defensive rating (Def Rtg) dan variabel-variabel yang berhubungan dengan pertahanan. Namun pada artikel ini, kita hanya membahas hal-hal yang berhubungan dengan serangan, termasuk ketika membahas Tri Hartanto (4,4 Pts, 2,5 Reb, dan 0,8 Ast), walau berdasarkan statistik tradisional tidak mencerminkan seorang pemain yang bergolongan PP (tidak ada angka blok).

Berdasarkan peta tembakan, menunjukkan bahwa Hartanto merupakan kontributor angka terbesar kedua di jarak dekat (kurang dari 16 kaki), dengan efektivitas sebesar 44,4% dari 27 upaya tembakan dan dapat mencapai 71% dari 7 upaya tembakan bila di area semi-circle. Anjloknya angka efektivitas tembakan Hartanto, disebabkan oleh rendahnya akurasi tembakan perimeter yang hanya 14,3% dari 7 upaya tembakan perimeter. Dengan demikian, akan lebih baik apabila fokus melakukan serangan di area dalam yang efektivitasnya tinggi ketimbang melakukan tembakan perimeter.

Performa yang Bernilai C (Tidak Mendukung Kesuksesan)

Wendha Wijaya: Pelengkap tim dengan efektivitas yang cukup tinggi asal diberi kesempatan.
Wendha Wijaya (1 Pts, 0,6 Reb, dan 0,9 Ast) merupakan pemain dengan angka TO% (50%) yang tertinggi dan Off Rtg (27,78) yang paling rendah di tim Indonesia. Jatuhnya nilai efisiensi serangan tersebut disebabkan terdapat lima laga dengan rata-rata waktu bermain sekitar tiga menit, dimana Wendha hanya berkontribusi total 5 TO, 1 Ast, 1 Reb, dan 1 FGA tanpa menghasilkan angka pada sepanjang lima laga tersebut. Namun ketika mendapat kesempatan lebih banyak dengan rata - rata 12 menit pada laga melawan Jepang dan Filipina, Wendha memiliki rata-rata angka Off Rtg yang meningkat hingga 84,77 dengan angka eFG% sebesar 56,5%.

Performa yang Bernilai D (Beban Secara Terbatas)

Kelvin Sanjaya [Prospek SPP]: Pemain lokal dengan OR% tertinggi
Kelvin Sanjaya (2,3 Pts dan 1,6 Reb) adalah pemain dengan angka OR% dan BLK% yang tertinggi
setelah CJ Giles, dan satu - satunya yang sebenarnya memenuhi syarat untuk disebut scoring paint protector (SPP). Mirip seperti kasus Wendha, terdapat lima laga dengan waktu rata-rata bermain sekitar empat menit, di mana Kelvin hanya berkontribusi total 3 Reb, 1 Blk, 3 TO, dan 3 angka dari 5 FGA dan 2 FTA pada sepanjang lima laga tersebut. Akan tetapi, ketika mendapat kesempatan lebih banyak dengan rata-rata 18 menit pada laga melawan Korea, ROC I, dan Filipina, Kelvin memiliki rata-rata angka Off Rtg yang melonjak hingga 70,6, namun masih memiliki angka eFG% yang rendah (37,67%).

Berdasarkan peta tembakan, terlihat bahwa Kelvin memiliki efektivitas yang sangat tinggi, namun terbatas di sekitar area semi-circle, dan jarak dekat sisi atas dan kiri. Anjloknya angka rata - rata eFG% disebabkan oleh 11 upaya tembakan tanpa hasil di area lainnya.

Performa yang Bernilai E (Beban Penghambat Kemenangan)

Muhammad Arighi [Prospek SBH]: USG% tertinggi dengan efisiensi rendah
Di antara para pemain dengan waktu bermain di atas 10 menit, Muhammad Arighi (3,1 Pts, 1,6 Reb, dan 0,9 Ast) adalah pemain dengan angka Off Rtg (40,07) paling rendah dan eFG% (34%) yang kedua paling rendah. Selain itu, pemain ini memiliki angka TO% terbesar kedua (30%), setelah Arif Hidayat. Ditambah lagi dengan angka rata-rata USG% yang tertinggi di tim Indonesia, yaitu sebesar 30% (menimbulkan tanda tanya untuk penulis yang sedang mempertimbangkan untuk membahasnya di artikel akan datang) menunjukkan bahwa pemain ini tidak hanya berkontribusi rendah, namun juga menjadi beban bagi tim Indonesia di Jones Cup 2019.

Berdasarkan grafik yang membandingkan progres Off Rtg di antara para BH dengan waktu bermain di atas 10 menit, menunjukkan bahwa Widyanto Teja berada di posisi teratas walau memiliki USG% yang paling rendah, yaitu 17%. Sedangkan Muhammad Arighi dengan USG% yang tertinggi (30%), justru memiliki efisiensi serangan yang terbawah dengan selisih jarak yang cukup jauh.

Yanuar Priasmoro:
Di antara para pemain dengan waktu bermain di atas 10 menit, Yanuar Priasmoro (2 Pts, 1 Reb, dan 1,9 Ast) adalah pemain dengan angka eFG% (20%) yang paling rendah dan memiliki angka Off Rtg (47.12) ketiga paling rendah. Dari peta tembakan pemain ini sudah cukup menjelaskan bahwa keberadaannya adalah beban untuk performa tim Indonesia di Jones Cup 2019.

Dari hasil uji coba di Jones Cup 2019 ini seharusnya sudah dapat memberikan sedikit gambaran mengenai siapa-siapa saja yang berpotensi untuk mewakili tim nasional basket Indonesia di SEA Games 2019 dan Kualifikasi Piala Asia 2021, siapa saja yang masih butuh uji coba, siapa saja yang sudah kurang layak, dan siapa saja yang lebih butuh pengembangan fisik dan fundamental daripada beruji coba. Semoga analisis performa yang berdasarkan statistik dan peta tembakan dapat menjadi sesuatu hal yang dibiasakan demi mengejar ketertinggalan basket Indonesia di tingkat dunia. (*)

Foto: Dokumentasi Timnas Putra Indonesia

Komentar