IBL

Sosok Ronnie Fieg menempati standar khusus di kultur sneaker. Ia mengawali karir sebagai tukang lipat kotak sepatu di sebuah toko sebelum membuka label KITH. Asics jugalah yang menemukan Fieg sebagai sosok tepat dalam proyek modifikasi sepatu. Setelah sekian lama tak terdengar kabar, kedua belah akhirnya menelurkan lini kolaborasi sekaligus meneruskan kerja sama yang telah dijalin sejak 2007.

Bukan tanpa alasan bila sepatu karya pria 37 tahun itu diminati. Laman gaya hidup asal Inggris, Sole Superior, menyebut Fieg sebagai Raja Kolaborasi. Produk yang ia hasilkan sanggup menarik animo masyarakat. Bisa jadi, kepopuleran Asics Gel Lyte III di Amerika Serikat juga andil dari Fieg lewat karya “The 252 Pack” yang ia kerjakan saat masih bekerja di gerai sepatu boot David Z.

Asics telah mempersiapkan proyek guna meramaikan libur musim panas di negara empat musim. Siluet Gel Kayano 5 dipilih sebagai kanvas untuk modifikasi kolaborasi. Sepatu ini merupakan pengembangan lebih lanjut dari sepatu lari Gel Kayano yang diperkenalkan pertama kali pada 1999. Konsep sepatu lari era 1990-an sangat kental dari tampilannya dengan bentuk yang cenderung membulat. Berbeda dengan desain sepatu lari modern yang meruncing di bagian depan.

Baca juga: From Zero To Hero: Satu Dekade Kisah Ronnie Fieg dan Asics Gel Lyte III

Sepatu berwarna putih dengan detail biru laut dan kuning jadi tampilan utama. Kombinasi tersebut biasa ditemui di area pantai terutama saat siang hari. Warna ini mengingatkan pada edisi “Cove” pada Gel Lyte III dan Gel Lyte V yang dirilis pada 2014. Fitur yang jadi andalan adalah bantalan Gel yang tersemat di bagian tumit. Teknologi tersebut jadi senjata utama dari Asics untuk menjanjikan kenyamanan bagi konsumen sepatunya.

Bocoran sudah diunggah Ronnie Fieg melalui akun instagram pribadinya. Kini, berbagai pihak masih menantikan tanggal peresmiannya.

Tahun 2019, Asics tampak lebih memfokuskan promosi kepada edisi-edisi retro mereka. Selain kolaborasi dengan Ronnie Fieg, pabrikan Jepang itu juga menggandeng desainer Kiko Kostadinov untuk membuat sepatu bertema serupa. Ini sebagai tanggapan atas berbusana athleisure yang tengah menjamur. Merek lain seperti Nike, adidas di bawah lini Originals, Fila, hingga Mizuno juga tak kalah dengan merilis ulang sepatu lari berdesain gemuk.

Tren sepatu semacam ini seakan menjadi penyegar di tengah maraknya sepatu berlabel hype. Adidas Yeezy, Air Jordan 1, Nike Off-White, dan lain sebagainya dianggap sebagai penguasa di kultur sneaker sepanjang 2019. Bila Anda ingin menikmati sensasi berbeda, tak ada salahnya mencoba kenyamanan yang disajikan sepatu-sepatu berkontur bulat seperti Asics Gel Kayano 5, Fila Disruptor, Puma Thunder Spectra, Nike Air Skylon, adidas Yung-1, dan lain sebagainya.

Foto: Ronnie Fieg

Komentar