IBL

Olahraga skateboard dan basket sama-sama berasal dari Amerika Serikat. Keduanya juga tumbuh oleh penggiatnya yang melakukannya di jalanan. Keduanya juga punya spesifikasi sepatu yang berbeda untuk merasakan sensasi terbaik. Para penggiatnya butuh sepatu dengan traksi (grip) terbaik, baik di papan luncur maupun di lapangan. Bagi penikmat skateboard, sepatu vulkanisasi masih jadi tren meski telah berkembang bermacam teknologi pembuatan sepatu di masa modern.

vulkanisasi adalah cara mencetak sol sepatu dengan bahan karet. Karet tersebut dipanaskan hingga mencair lalu dimasukkan ke dalam mesin cetakan dengan membentuk gerigi atau motif yang sudah diinginkan. Itulah dasar pembuatan sol waffle yang biasa ditemui pada sepatu Vans, juga sepatu vulkanisasi lain yang sudah beredar.

Marquis M. Converse menggunakan cara ini saat membuat siluet Non-Skid pada 1917. Ia terinspirasi dari pengolahan James Boyd Dunlop dan Charles Goodyear saat mencetak motif ban karet. P.F Flyers, B.F Goodrich, dan Pro Keds juga menggunakan cara yang sama. Setelah itu, hampir selama 45 tahun, vulkanisasi jadi satu-satunya cara yang dipakai untuk membuat sol sepatu. Baru kemudian Puma memperkenalkan Puma Basket dan adidas membuat siluet Superstar dengan prototipe dari Superstar yang mencetak sol karet ke dalam bentuk yang lebih kokoh untuk menyediakan traksi yang lebih baik.

Tak bisa dipungkiri juga bahwa segala keterbatasan yang ada di era klasik membuat beberapa seri sepatu basket dipakai untuk bermain skateboard. Converse Chuck Taylor All-Star, adidas Campus, Converse Pro Leather, hingga Nike Dunk yang berevolusi menjadi Air Jordan 1 tercatat sebagai sepatu basket yang bergeser fungsi sebagai sepatu skateboard.

Sol sepatu sepatu basket sejatinya mengalami banyak sekali perkembangan. Setiap merek memperkenalkan bantalan masing-masing dengan menjanjikan kenyamanan juga demi memenuhi kebutuhan performa penggunanya. Sayangnya, hal itu tidak sejalan dengan sepatu skateboard. Zaman bisa saja sudah berkembang, namun akar sol vulkanisasi tetap melekat pada olahraga dengan memaksimalkan alat berupa papan beroda ini.

Proses pembuatan sol waffle milik Vans di masa lampau.

Penggunaan sol vulkanisasi bisa jadi sudah menjadi tradisi. Memang bukan satu-satunya, tapi setidaknya setiap merek menyediakan sol hasil vulkanisasi sebagai materi pembuatan juga pemasaran.

Adidas Skateboarding merilis siluet baru dengan sol hasil proses vulkanisasi. Baru-baru ini, mereka merilis seri 3MC. Nama ini diambil dari adidas Matchcourt yang merupakan andalan adidas di ranah skateboard. Chris Law, perwakilan dari pihak perilis, menjabarkan akar dari desain 3MC adalah adidas Gazelle dan ornamen dari adidas Seeley yang dirilis beberapa tahun belakangan. Vans bahkan baru bermain dengan sol-sol lebih modern setelah 52 tahun memproduksi sepatu bersol vulkanisasi. Converse pun demikian. Mereka konsisten dengan teknik vulkanisasi.

Sudah ada bermacam model dan bentuk sol cetak yang kini beredar. Sementara itu, Sang desainer sepatu skateboard bersol karet vulkanisasi diberi kebebasan untuk “bermain” di bagian atasnya yang rata-rata terbuat dari kanvas.

Hasil cetak karet murni dianggap punya kemampuan terbaik untuk menghadapi griptape pada papan skateboard. Produksinya yang terbilang murah dan mudah jadi sesuatu yang membantu Sang pabrikan dalam membuatnya dalam jumlah besar. Kebanyakan sepatu lokal berlabel indie pun masih memakai sol vulkanisasi. Sebut saja lakon lokal yang pernah tampil di Majalah Mainbasket maupun laman ini seperti Compass, Saint Barkley, hingga Word Division.

Meski demikian, sebagai pengguna, kita harus memahami batas pemakaian maksimal sol karet vulkanisasi. Dalam jangka waktu tiga hingga lima tahun karet akan mengeras sehingga sol sepatu menjadi licin saat dipakai. Itu akan berbahaya bagi penggunanya. Oleh karena itu, bila sol sepatu Anda sudah mulai licin, mulailah untuk mempertimbangkan memensiunkan sepatu kesayangan. Berjalan di area licin dengan sol karet yang sudah mengeras memperbesar kemungkinan untuk terpeleset dan berakhir dengan cedera yang tidak diinginkan.

Baca juga: Peran Air Jordan 1 di Kultur Skateboard

Foto: adidas Skateboarding, History of Vans

Komentar