IBL

Honda DBL Indonesia All-Star 2018 telah menyelesaikan perjalanannya ke Amerika Serikat. Namun, bagi Sophia Rebecca Adventa, salah satu penggawa tim putri All-Star, perjalanan itu masih akan berlanjut. Sebab, setelah mendapat ilmu dari kegiatan di sana, ia akan membawa pulang ilmu itu untuk dibagikan kepada teman-temannya.

Pengalaman Sophie—sapaan akrabnya—benar-benar luar biasa. Ia datang ke Los Angeles, California, saat Amerika Serikat sedang dingin-dinginnya. Tak ayal ia pun sempat menyicipi suhu menembus empat derajat celsius.

Bagi Sophie, suhu empat derajat memang mengganggunya. Namun, semangatnya untuk belajar tidak pernah padam. Ia selalu punya cara untuk beradaptasi agar bisa mengikuti kegiatan sampai selesai. Ia bahkan tidak segan membagi pengalamannya itu kepada Mainbasket.

Siswi SMAN 28 Jakarta itu menceritakan semua hal ketika kami menghubunginya.

Hai, Sophie, apa kabar?

Hai, Mainbasket, baik. Haha.

Seperti apa Amerika? Katanya sempat All-Star jetlag dan dingin banget, ya?

Kalau aku sendiri, sih, gak jetlag soalnya memang orangnya gampang tidur. Jadi, mau di mana, ya, tidur saja. Gak susah tidur, hahaha. Gak pusing juga jadinya, tapi kalau suhunya waduh dingin banget. Apalagi pas pagi sama malam bisa sampai empat derajat.

Aku orangnya sebenernya gak kuat dingin. Jadi, pas sebelum latihan atau tanding dingin banget sampai lenganku merah semua, haha. Telapaknya sampai gak berasa lagi, tapi enaknya di Amerika walaupun dingin, udaranya enak buat jalan-jalan, hehe.

Terus bagaimana kalian menangani itu?

Menanganinya paling dengan pakai baju sampe empat lapis. Misalnya, sebelum tanding, kami pakai jersey, terus di luarnya pakeai kaus dan sweter, baru pakai jaket DBL. Itu bikin hangat banget. Tapi, pas tanding, kan, harus buka semua baju hangatnya. Jadi, cara supaya adaptasinya dengan pemanasan, terus lari-lari. Pokoknya biar keringetan jadi gak kerasa lagi dinginnya.

Selama latihan dan bertanding sempat dingin banget. Gak ganggu konsentrasi atau apa gitu?

Awalnya ganggu banget. Soalnya suhunya dingin bikin tangan kami juga beku dan mati rasa. Dribble susah, tangkap bola sakit. Perih rasanya karena tangan kering. Kaki juga kering, jadi gampang berdarah. Nafas juga jadi sakit soalnya dingin. Tapi, biasanya pas sudah jalan berapa menit latihan atau tanding mulai gak kerasa dinginnya. Badan sudah panas. Tangan juga sudah mulai gak beku lagi karena keringat.

Kalian, kan, latihan bareng orang-orang hebat di sana. Latihan bareng James Hunt, latihan di Mamba Sports Academy, Jordan Lawley. Apa, sih, yang kalian dapat?

Wah, dapat banyak banget ilmu baru. Apalagi enaknya mereka mengajari kami detail-detailnya juga. Jadi, ternyata gerakan yang selama ini kami lakukan—yang kami kira benar—ternyata ada salahnya. Terus, kami jadi tahu salahnya apa setelah dilatih sama mereka. Dapat banyak gerakan-gerakan baru untuk dipakai pas gim. Yang bermanfaat, terutama ball handling, pick and roll, dan lain-lain.

Kamu sendiri ngerasa ada perubahan gak selama sekitar seminggu di sana?

Perubahannya, mungkin, dari cara mainku. Karena dapat gerakan-gerakan baru. Jadi, aku berusaha terapkan itu di gim, dan ternyata berhasil. Bisa jadi senjata baru buat pertandingan-pertandingan lain nanti, hahaha.

Pas sesi sama Coach James Hunt juga diajarkan kalau di basket salah satu yg paling penting itu confidence, harus percaya diri kalo kita itu bisa. jd mungkin perubahanku aku jd lebih percaya diri pas main

Pas main gimana? Kamu harus menghadapi bigman lawan yang udah biasa latihan bareng empunya. 

Bareng empunya maksudnya siapa? Hehe. Tapi, kalau menghadapi mereka sebenarnya gak terlalu susah karena rata-rata masih SMP. Yang buat agak susah karena badan bigman mereka besar banget. Jadi, lebih menantang pas box out buat rebound. Soalnya berat.

Kayak apa rasanya bisa main di turnamen sekelas AAU kayak Dtermine Your Destiny?

Rasanya beda banget, sih. Soalnya mereka peraturan saat mainnya beda sama di Indonesia. Mulai dari gimnya dua babak saja, 15 menit per babak. Terus, mereka boleh ambil time out walaupun bola gak lagi out. Team foul mereka sampai tujuh. Di sana yang bikin pusing gak ada shot clock, dan peraturan traveling atau enggaknya agak beda sama di Indonesia. Senangnya kami jadi dapat pengalaman baru main dengan peraturan mereka di Amerika.

Kira-kira nanti pas pulang apa yang bakal kamu share ke teman-teman?

Hmm, aku bakal share gerakan-gerakan baru yang aku dapat pas latihan sama James Hunt, Mamba Sports Academy, sama Jordan Lawley. Aku juga bakal share asiknya ke Amerika sama DBL Indonesia, hahaha. Pengalaman shopping, ke Disneyland, Griffith Observatoy. Pengalaman main di suhu empat derajat. (GNP)

Komentar