IBL

BTN CLS Knights Indonesia bisa dibilang melakoni laga termudahnya di musim ini kala menghempaskan Zhuhai Wolf Warriors 132-104, Sabtu, 26 Januari 2019. Empat pemain mencetak lebih dari 20 poin dan tambahan dua lainnya mengemas dua digit poin adalah salah satu bukti betapa digdayanya CLS Knights di gim tersebut. CLS Knights kini melaju dengan lima kemenangan beruntun dan total tujuh kemenangan dari 14 gim.

Meski terlihat mendominasi gim tersebut, Warriors bukannya tak melawan. Sayangnya, tanda-tanda perlawanan tim yang identik dengan warna hijau tersebut bisa dibilang hanya datang dari tiga orang. Chen Cai, Shawntez Patterson, dan Mike Taylor, adalah tiga orang yang memberi perlawanan tersebut.

Taylor bisa dibilang yang paling menyita perhatian dalam laga tersebut. Bermain selama 33 menit, Taylor menutup gim sebagai top skor usai mengemas 32 poin, 8 rebound, dan 4 asis. Akurasi keseluruhanya mencapai 47 persen dengan akurasi tripoin menyentuh 45 persen (5/11).

Seusai gim, Mainbasket berbincang dengan pemain bernomor punggung 88 ini. Lengkap dengan beanie dan headset yang tergantung di lehernya, ia menjawab pertanyaan berikut.

Hey Mike, tadi adalah pertandingan yang sulit buat Anda dan Warriors. Meski kalah, Anda masih mampu menjadi top skor di gim ini. Apakah ini cara bermain Anda dari gim ke gim?

Ya, jujur saja pertandingan tadi sangat sulit dan CLS Knights memang layak mendapatkan kemenangan. Apakah ini cara saya bermain? Saya tidak bisa bilang ini adalah 100 persen permainan saya tapi saya cukup bersyukur bisa kembali bermain dalam kondisi sehat dan di level tinggi seperti ini.

Kembali sehat? Anda sebelumnya terkena cedera?

Ya, sebelum bermain di sini saya terkena cedera ACL (Anterior Cruciate Ligament) dan saya absen sekitar satu tahun lebih untuk pemulihan. Oleh karena itu, saya benar-benar senang dan bersyukur bisa kembali bermain di liga dengan level tinggi seperti ini.

Ini mungkin pertanyaan klise, tapi melihat permainan Anda hari ini dan fakta bahwa Anda baru kembali dari cedera ACL. Bagaimana Anda mengembalikan mentalitas bertanding Anda setelah absen cukup lama?

Saya bekerja keras setiap hari, saya tak pernah curang dalam pertandingan, saya menaruh rasa hormat tinggi kepada permainan yang saya cintai ini. Basket adalah hidup saya dan saya bermain dengan seluruh hati. Jika Anda memainkan tiap laga dengan mental seperti itu, saya rasa segala hal baik akan datang dengan sendirinya.

Saya mencari tahu tentang Anda dan saya menemukan fakta bahwa Anda pernah bermain di NBA bersama Los Angeles Clippers. Bagaimana Anda mengingat masa-masa itu?

Itu adalah salah satu pengalaman terbaik dalam hidup saya. Saya bermain satu musim di Clippers dan menjadi pemain pertama yang masuk ke NBA melalui draft setelah satu musim di NBA D-League (sekarang G League).

Setelahnya, Anda tercatat bermain di berbagai belahan dunia hingga akhirnya bergabung dengan Zhuhai Wolf Warriors di ABL. Bagaimana Anda melihat ABL sendiri?

Ini adalah liga yang luar biasa kawan. Tapi untuk Wolf Warriors, menjalani musim pertama tentu tak pernah mudah. Masih butuh banyak pembelajaran bagi mereka untuk mengetahui bagaimana menjalankan sebuah organisasi basket. Tapi secara keseluruhan, saya sangat senang bisa bermai di ABL.

Bagaimana dengan deretan pemain impor yang berlaga di ABL? Anda sudah melihat beberpa di antaranya?

Ya, sebelum saya memutuskan bermain untuk Wolf Warriors, saya sudah melihat beberapa gim ABL. Setelah bermain di sini, saya semakin banyak melihat gim-gim ABL dan saya tahu beberapa tim memiliki pemain impor yang bagus. Hong Kong Eastern dan Macau Black Bears punya dua guard yang paling spesial. Tapi secara keseluruhan, setiap tim memiliki pemain-pemain yang istimewa dan tidak hanya pemain impor, tapi pemain lokal juga.

Terakhir, Apa pendapat Anda tentang penonton di Surabaya?

Penonton di sini benar-benar luar biasa. Meski kami datang sebagai tamu, saya pribadi justru merasa mendapatkan energi besar dari kehadiran mereka, apalagi para pemain CLS Knights. Jujur saja, melihat mereka bersorak, saya tahu mereka adalah pecinta basket, tak peduli tim kandang atau tandang, mereka suka pertandingan yang bagus. Hal itu membuat saya sedikit melupakan betapa panasnya stadion ini kawan. Sekali lagi, saya pribadi menghargai bagaimana kalian menyambut kami di sini, terima kasih.

Foto: Dika Kawengian, Alexander Anggriawan

 

Komentar