IBL

Dari beberapa warna yang diproduksi, edisi putih-hitam atau yang biasa disebut Concords akan selalu jadi ciri khas bagi Air Jordan 11. Sepatu ini jadi momentum kembalinya Michael Jordan dari dunia baseball pasca pensiun selama dua tahun. Edisi 11 merupakan sambutan bagi sang pemain, sekaligus sebagai sepatu basket pertama yang menerapkan bahan kulit mengkilap (patent leather).

Tinker Hatfield selaku desainer utama memfavoritkan edisi 11 yang terbaik. Bagi sang pemain, Air Jordan 11 jadi kado istimewa untuk mengobati kesedihan setelah ditinggal mendiang sang ayah. Sedangkan bagi penggila sepatu Jordan, sepatu ini jadi buruan panas bahkan dianggap sepatu terbaik di dunia bagi penggemar beratnya.

Ilham merumuskan Air Jordan 11 datang dari benda di luar dunia basket. “Saat saya melihat mesin pemotong rumput berwarna hitam mengkilap, saya tiba-tiba terngiang bentuknya akan jadi sebuah sepatu,” ujar Hatfield kepada Complex. Itulah inspirasi bentuk Air Jordan 11 dan penggunaan panel kulit paten mengkilap.

Selain mesin pemotong rumput, Hatfield mengambil ilham dari pesawat pemecah kecepatan suara buatan Amerika Serikat bernama Concords. Warna putih di sekujur bagian atas sepatu terinspirasi dari pesawat itu.

Untuk menghormati sejarah yang tercipta, Air Jordan 11 "Concord" dirilis ulang pada Desember 2018. Jordan menyemat nomor 45 di bagian tumit. Berbeda dengan dua edisi retro tahun 2000 dan 2011 yang memasang nomor 23. Inilah untuk kali pertama edisi “Concords” mencantumkan nomor keramat itu.

Perubahan pencantuman nomor dilakukan untuk mengenang nomor yang Jordan gunakan saat kembali ke NBA dari pensiun pertama. Walau begitu, ia tidak menggunakan nomor 45 sepanjang musim. Ia kembali menggunakan nomor keramat 23 pada pertandingan pertama final Wilayah Timur melawan Orlando Magic, yang juga jadi pertandingan ke-23 di musim itu. Ganti nomor itu dilakukan di tengah pertandingan. Akibatnya, NBA melayangkan denda AS$ 25.000 kepada Chicago Bulls dan AS$ 5.000 pada Michael Jordan.

Baca Juga: Air Jordan 11, Hidangan Sambutan Kembalinya Sang Legenda

“(Air Jordan 11) Concords akan jadi sepatu wajib punya bagi para kolektor,” tutur Chris Paul pada The Undefeated. Pebasket yang juga bernaung di bawah merek Jordan itu juga memuji bagaimana desain sepatu tersebut punya daya tarik bagi penikmat sneaker di dunia.

Gandrung Concords melayang ke ranah hip hop. Personil duo Kris Kross, Chris “Daddy Mac” Smith, memakainya dalam sesi foto lagu mereka berjudul “Tonite’s Tha Night” hanya dua minggu setelah perilisan. Selang sebulan, seorang fotografer menangkap momen Kevin Garnett yang saat itu masih berstatus ruki mengenakan sepatu ini saat pemanasan. Allen Iverson kala masih membela Georgetown Hoyas pun mengidolai sepatu ini meski kemudian berlabuh bersama Reebok dengan kontrak seumur hidup.

Dalam buku bertajuk “Sole Provider: Thirty Years of Nike Basketball”, Scoop Jackson selaku penulis mengungkap fakta bahwa Jordan jadi inspirasi tentang penggunakan kulit mengkilap di badan sepatu. Legenda Bulls tersebut meminta Tinker Hatfield untuk menyediakan sepatu basket yang juga cocok dipakai bersama setelan jas dan dasi.

Iklan Air Jordan 11 "Concords" di halaman belakang majalah Sports Illustrated, 13 November 1995.

Sosok tenar di ranah hip hop turut membantu kepopuleran sepatu ini. Boyz II Men mengenakannya saat menghibur khalayak ramai di ajang Grammy Awards 1995. Busta Rhymes juga bersepatu Concords saat membintangi video klip “Woo Hah!! Got You All in Check” setahun kemudian. Rapper muda Post Malone menyebut sepatu ini di lagu tahun 2015 berjudul “White Iverson” dengan lirik You know how to do it, Concords on my toes.

Sebagai sepatu yang diproduksi untuk bermain basket, Concords telah masuk ke ranah yang bukan jadi spesialisasinya. Hal itu karena sepatu ini begitu diminati karena desainnya dan kepopulerannya di ranah basket. Kalangan selebritas dan pegiat hip hop Amerika Serikat juga memberi dampak atas ketenarannya karena mereka kerap mengenakan sepatu ini ketika tampil di depan publik.

Bagi Anda penikmat pasar sneaker sekunder, sepatu ini berharga stabil dan jarang bisa menemuinya dengan harga di bawah Rp 5 juta. Harga retailnya adalah AS$ 225 (sekitar Rp 2,6 juta) untuk edisi mendatang. Bila ingin mendapatkannya dengan harga retail, maka disarankan untuk mengantri di depan toko resmi yang menjajakannya. Jangan kaget bila nantinya antrian mengular bahkan sejak sehari sebelumnya karena sepatu ini disukai banyak pihak. Harga jual kembali pun dianggap cukup menguntungkan. Selamat mencoba.

Foto: Getty Images, Nike

Komentar