IBL

Waktu pertandingan selesai. Para pemain berhamburan ke dalam lapangan. Melompat, berpelukan, menari-nari. Para pelatih mendatangi koleganya dari sisi seberang. Kemudian larut bersama timnya.

Pemandangan seperti itu lazim di setiap laga final basket di manapun. Tak terkecuali final bola basket Asian Games 2018, putri dan putra yang berlangsung, kemarin, 1 September 2018 di Istora GBK Jakarta. Medali emas putra dan putri jadi milik Cina. Raihan ini melengkapi dua emas, masing-masing juga dari tim putri dan putra di cabang basket 3x3 yang sudah selesai lebih dahulu beberapa hari sebelumnya.

Basket di Asian Games 2018, termasuk basket 3x3, memiliki cita rasa tersendiri di mata saya. Ia berbeda dibanding menyaksikan laga-laga internasional lainnya, berbeda dari menyaksikan pertandingan NBA, apalagi liga basket lokal kita IBL.

Ada perseteruan antartim, tetapi ada ikatan persaudaraan sewilayah. Di basket 3x3, saya melihat bagaimana tim Iran begitu intimidatif di dalam lapangan, tetapi mau mendatangi pemain-pemain negara lain yang terlihat bersedih atau menangis karena kekalahan. Di Asian Games, saya lebih sering melihat pemain lawan ikut menarik pemain yang terjatuh di lapangan daripada di turnamen atau kompetisi lainnya. Mungkin saya berlebihan karena tidak ada data statistik yang menghitung itu atau bisa dihitung ulang lewat tayangan rekaman video, tapi ya sudahlah, rasanya seperti itu, setidaknya bagi saya.

Namun persaingan adalah persaingan. Cina adalah Cina yang perkasa. Mereka menyesuaikan permainannya sesuai lawan yang dihadapi. Ketika melawan Indonesia di babak perempat final, mereka terlihat main santai dan tetap menang 98-63. Dan bertarung melawan Iran, mereka beringas hingga tak jarang beberapa pemain terlihat ekspresif merayakan poin demi poin yang didapat. Cina menang, 84-72.

Di basket putra, Cina meraih emas. Perak otomatis menjadi milik Iran, dan perunggu direbut Korea Selatan. Pada lanjutan babak konsolidasi untuk menentukan peringkat 5 hingga 8, tim kuat Filipina duduk di posisi 5, Suriah ke-6, Jepang 7, dan kita Indonesia ke-8. Pencapaian Indonesia di Asian Games 2018 ini bukanlah yang terbaik dari beberapa kali keikutsertaan di ajang Asian Games. Pada tahun 1954 dan 1962, kita pernah berada di posisi 5.

Selain melihat peringkat berdasarkan raihan medali dan laga-laga konsolidasi, ada data-data menarik terkait rata-rata poin yang dicetak sebuah tim, dan rata-rata poin yang diterima tim itu ketika bertanding. Dari angka-angka ini, kita sedikit banyak bisa melihat, negara mana yang paling tajam saat menyerang (rata-rata memasukkan poin), juga negara mana yang paling lemah pertahanannya (rata-rata kemasukan).

Berikut urutannya.

Tim-tim dengan rata-rata memasukkan poin per gim (PPG) terbanyak .

1. Korea Selatan. 96,2 PPG

2. Filipina. 96 PPG.

3. Cina. 86,6 PPG

4. Thailand. 83,3 PPG.

5. Cina Taipei. 79,7 PPG.

6. Iran. 78,7 PPG.

7. Jepang. 77,7 PPG.

8. Qatar. 77,0 PPG

9. Mongolia. 77,7 PPG.

10. Hong Kong. 76,3 PPG.

11. Indonesia. 71,2 PPG.

12. Suriah. 65,3 PPG.

13. Kazakhstan. 62,5 PPG.

 

Tim-tim dengan rata-rata kemasukan poin per gim (PPG) paling sedikit.

1. Iran. 68,5 PPG.

2. Cina. 68,6 PPG.

3. Filipina. 73,4 PPG.

4. Cina Taipei. 75,3 PPG.

5. Korea Selatan. 76,3 PPG.

6. Suriah. 81,3 PPG.

7. Qatar. 81,7 PPG.

8. Jepang. 82,7 PPG.

9. Indonesia. 87,0 PPG.

10. Mongolia. 88,0 PPG.

11. Kazakhstan. 89,5 PPG.

12. Hong Kong. 92,0 PPG.

13. Thailand. 100,3 PPG.

 

Ada setidaknya dua hal menarik dari daftar di atas. Cina yang meraih emas, hanya berada di urutan ketiga tim dengan rata-rata poin tertinggi per gim. Namun bersama Iran yang juga tampil di final, mereka hanya memberi rata-rata 68,6 (Iran, 68,5) poin per gim bagi lawan-lawan mereka. Angka-angka ini sedikit banyak mendukung kredo bahwa “serangan yang tajam akan memenangkan pertandingan, namun pertahanan yang kukuh akan membuat kita juara”.

Hal kedua yang menarik adalah ketajaman serangan Thailand. Negara jiran di Asia Tenggara ini lebih tajam daripada Indonesia saat menyerang. Namun angka kemasukan poinnya pun mungkin menggambarkan mengapa mereka selalu ada di bawah kita beberapa tahun terakhir.(*)

Komentar