IBL

Pertandingan antara tim putra SMA Cita Hati Surabaya melawan SMAN 9 Surabaya mewarnai hari ke-12 penyelenggaraan Honda Developmental Basketball League (DBL) 2018 East Java Series, North Region yang digelar di DBL Arena, Surabaya, Jawa Timur, Selasa, 31 Juli 2018.Keberhasilan Cita Hati mengalahkan Songo (sebutan SMAN 9 Surabaya) pada gelaran tahun lalu menjadi bumbu penyedap pertandingan ini. Songo berhasil membalaskan dendam mereka setelah menutup laga dengan kemenangan 28-22.

Sepanjang pertandingan, sosok kepala pelatih Songo tampak tidak sekalipun duduk. Pria berkacamata ini terus memperhatikan pertandingan sembari memberi beberapa instruksi ke pemainnya. Raut tegang yang terus menggelayuti wajahnya mulai berganti senyum setelah bel akhir pertandingan berbunyi.  Sebagai pecinta basket Indonesia di era 2000-an, sosok ini mungkin bukanlah sosok yang asing. Tercatat pernah bermain untuk CLS Knights dan Satria Muda di liga basket tertnggi di Indonesia, sosok ini adalah Agung Sunarko. Asun (sapaan Agung Sunarko) total pernah merengkuh tujuh gelar juara liga basket kasta tertinggi di Indonesia yang semuanya diraih saat bersama Satria Muda. 

Seusai laga, Mainbasket berkesempatan untuk berbincang dengan pria kelahiran Kediri ini. Lebih santai setelah berganti dari kemeja ke kaus polonya, pria yang berulang tahun setiap 29 Desember ini menjawab beberapa pertanyaan. Berikut wawancaranya.

Halo Mas Asun, apa kabar?

Baik Alhamdulillah, senang bisa meraih pertandingan pada laga tadi.

Langsung saja ya mas, bisa diceritakan perjalanan seusai menjadi pemain profesional?

Boleh, Saya pensiun tahun 2014. Setelahnya saya langsung mendapatkan tawaran dari CLS untuk menangani tim kelompok umur mereka. Berjalannya waktu, beberapa sekolah menghubungi saya untuk menjadi pelatih mereka. Saya memutuskan menangani tim SMP dengan bergabung ke SMP Petra 2 Surabaya. Alhamdulillah Petra 2 masih bertahan di babak utama JRBL.

Kemudian langsung menukangi Songo?

Ya, sebelum bulan puasa tahun 2018, Songo menghubungi saya untuk menjadi kepala pelatih mereka. Saya langsung mengiyakan karena sama sekali tidak ada jadwal yang bentrok  dan saya juga ingin mencoba atmosfer basket SMA di DBL ini sendiri.

Bagaimana perjalanan dengan Songo sejauh ini?

Ada cerita unik waktu saya pertama kali menangani tim ini.  Minggu pertama saya melatih sudah ada tiga kompetisi yang harus kami ikuti. Saya belum merubah strategi sama sekali di tiga kompetisi itu. Saya biarkan anak-anak bermain seperti arahan pelatih sebelumnya. Sesudah lebaran baru saya berusaha memperbaiki tim ini sesuai dengan apa yang saya tahu.

Apa kesulitan sejauh ini setelah menjalani profesi pelatih?

Saya pribadi tidak merasa banyak kesulitan. Saat saya masih bermain, saya menempati posisi garda utama (point guard). Dengan posisi tersebut, saya banyak mempelajari pertandingan, strategi-strategi pelatih juga dikirim langsung ke saya. Di sisi lain, sejak masih bermain saya memang gemar berbagi ilmu dengan junior-junior di tim. Jadi jiwa pelatih saya seperti sudah ada sejak saya masih bermain.

Ini menjadi pengalaman pertama Mas Asun menukangi tim SMA, apa perbedaan terbesar dengan pengalaman melatih lainnya?

Saya juga pernah menukangi tim Kejurnas Jawa Timur beberapa waktu lalu. Perbedaan terbesar tentu ada di materi pemain. Di CLS dan tim Kejurnas materi pemain saya adalah pemain-pemain klub, saya tidak banyak mengurusi kehidupan di luar basket mereka. Dengan tim SMA, tugas utama mereka adalah pelajar. Pendidikan mereka juga harus saya perhatikan, nilai-nilai mereka juga harus saya jaga. Intinya disiplin, kalau mereka  mampu disiplin dalam membagi waktu, harusnya tidak ada masalah besar.

Ada komunikasi dari Mas Asun dengan pihak sekolah terkait nilai-nilai akademik para pemain?

Tentu saja, pihak sekolah rutin melakukan evaluasi terhadap nilai-nilai mereka. Hal pertama yang diminta pihak sekolah ke saya adalah program latihan dan belajar para pemain. Sejauh ini tidak masalah, Alhamdulillah semuanya berjalan baik.

Mas Asun selama berkarir profesional pernah menjadi juara liga basket bertinggi tanah air sebanyak tujuh kali. Apakah hal tersebut juga berusaha ditularkan ke Songo?

Membangun mentalitas juara memang perlu, tapi hal tersebut tidak semudah membalik telapak tangan. Untuk anak-anak di usia SMA ini, yang terpenting adalah bimbingan hal-hal di luar basket. Tugas pelatih pemain usia muda adalah memberikan pengetahuan bahwa basket itu luas, basket bukan hanya olahrga. Di sini kita belajar kerja keras, disiplin, hingga saling menghargai, aspek-aspek kehidupan ada dalam basket. Menjadi juara adalah hasil yang kita dapat bila semua aspek tersebut terpenuhi.

Ada pesan dari Mas Asun untuk para pemain yang berlaga di DBL?

Ya, intinya adalah disiplin dan kerja keras. Disiplin waktu menjadi hal terpenting karena tugas utama pemain ini adalah pelajar. Tapi bila nantinya ingin lebih serius menjadi pemain basket, harus total 100 persen. Dari pengalaman saya, orang yang tidak sungguh-sungguh saat menjadi atlet basket akan mengalami kesulitan untuk berkembang dan karirnya disitu-situ saja. 

Foto: Dokumentasi DBL

 

 

Komentar