IBL

NBA sekali lagi menghadirkan kisah terpilih di NBA Draft tak selalu memiliki karir  bermain yang mulus. Sederet pemain seperti Greg Oden, Anthony Bennett , dan P.J. Hairston menjadi bukti bahwa terpilih di NBA Draft tak menjamin nasib baik di liga. Ketiga pemain tersebut kini tak lagi ada di liga. Bahkan, nama terakhir memutuskan untuk pensiun dini dengan segala alasan.

Terbaru, ada satu nama lagi yang tampaknya akan menyusul ketiga nama tersebut. Terpilih di urutan ketiga secara keseluruhan pada NBA Draft 2015 oleh Philadelphia 76ers, sang pemain sebenarnya memiliki musim pertama yang cukup bagus. Bermain 53 kali, ia mencetak 17,5 poin, 7,0 rebound, dan 1,2 blok per laga. Ia juga lantas terpilih sebagai NBA All-Rookie First Team dan juga tampil di Rising Stars Challenge, laga sampingan di rangkaian acara NBA All-Star. Sang pemain adalah Jahlil Okafor.

Setelah musim pertama yang cemerlang, Okafor menjalani musim kedua yang cukup terjal. Selain terkena cedera di lututnya, ia juga kerap bermasalah dengan kehidupan di luar lapangan. Ia tertangkap kamera terlibat dalam perkelahian di beberapa tempat. Bahkan, hal tersebut sempat membuatnya mendapatkan sanksi larangan bermain dari Sixers.  Hal-hal yang terjadi di luar lapangan membuat tim pelatih Sixers mulai menepikannya dari lapangan. Meski tercatat bermain 50 kali musim itu, ia hanya 17 kali dipasang sebagai pemain utama (starter). Selain itu, menit bermainnya juga mengalami penurunan dari musim sebelumnya 30,0 menit menjadi 22,7 menit per laga.

Musim ketiga menjadi puncak permasalahan Okafor dengan Sixers. Kepala Pelatih SIxers, Brett Brown hanya  dua kali memainkannya hingga bulan Januari. Kala itu, Brown dikecam oleh banyak pihak karena tindakannya dianggap mematikan karir sang pemain. Akan tetapi, Brown menjawab dengan gamblang bahwa gaya bermain Okafor membuatnya harus menepi.

Ya, Okafor adalah tipikal senter dengan gaya bermain yang konvensional. Mengandalkan serangan-serangan di area kunci dan kurang tajam di luar area tersebut. Gaya tersebut dianggap tidak lagi relevan dengan gaya bermain senter-senter modern yag mampu menyerang dari bergabai tempat seperti Joel Embiid, rekan setim Okafor. Sixers akhirnya memutuskan untuk menukar Okafor dan Nik Stauskas ke Brooklyn Nets.

Setali tiga uang, nasibnya di Nets pun tak kunjung membaik. Bermain sebanyak 26 kali tanpa sekalipun menjadi starter, Okafor juga hanya diberi rataan bermain 12,6 menit per laga. Nets memutuskan untuk tak memberi kontrak baru baginya dan pemain berusia 22 tahun ini resmi menjadi unrestricted free agent.

Hingga Selasa, 17 Juli 2018,  Amico Hoops melansir tidak ada tawaran masuk kepada Okafor, tak ada satupun tim yang tertarik menggunakan jasanya. Banyak pengamat menyebut bila Okafor ingin kembali bermain di NBA, setidaknya ia harus mengembangkan kemampuan menembak dan bertahannya. Tapi, beberapa pengamat lainnya meyakini ini hanya masalah waktu Okafor akan kembali bermain di NBA. Pasalnya, meski memiliki gaya bermain kuno, Okafor dapat digunakan sebagai pelapis yang tepat untuk senter-senter lainnya.

Patut ditunggu bagaimana nasib pemain alumnus Duke University ini. Akankah cerita Okafor berakhir bahagia dengan kembali ke NBA atau justru menyentuh titik nadir dan berakhir entah dimana.

Foto: Nets Daily

 

 

Komentar