IBL

Victor Oladipo mengirim sebuah pesan singkat kepada pelatihnya sesaat setelah ia dan Indiana Pacers kalah di putaran pertama playoff. Meski harus menutup musim lebih awal dari delapan tim lainnya, kompetisi tidak pernah benar-benar berakhir, sebab jeda antarmusim bisa jadi latihan lain baginya untuk mempersiapkan diri musim depan.

Bagi beberapa penggiat bola basket, jeda antarmusim memang sama pentingnya dengan kompetisi. Oleh karena itu, mereka—yang melihat jeda antarmusim sebagai kesempatan—menggunakan waktu di luar kompetisi untuk meningkatkan diri masing-masing. Bahkan tidak sedikit yang berusaha memberikan dampak keberadaan mereka kepada khalayak lebih luas. Satya Wacana Salatiga, salah satu tim IBL, misalnya, membagikan ilmu dan pengalaman mereka melalui basketball clinic ke beberapa tempat di Indonesia.

Di Bandung, Garuda Bandung, tim IBL lainnya, bahkan sudah mulai latihan sejak minggu lalu. Padahal IBL 2018-2019 belum akan dimulai dalam waktu dekat. Namun, Diftha Pratama, garda tembak mereka, tak tampak mengikuti latihan. Selidik punya selidik, ia ternyata memiliki cara sendiri untuk memanfaatkan jeda antarmusim. Karena setelah timnya kalah dari BSB Hangtuah di putaran pertama IBL Playoff 2018, ia berusaha menggunakan waktu senggangnya untuk berbagai hal.

Mainbasket mewawancarai Diftha melalui sambungan telepon pada Senin, 30 April 2018. Kami membicarakan banyak hal, termasuk alasan sang pemain belum mengikuti latihan bersama timnya. Kami juga sempat membicarakan harapannya kepada tim nasional Indonesia yang tengah menyiapkan diri bersaing di Asian Games 2018.

Garuda sudah mulai latihan, kok Bang Diftha belum ikut latihan?

Iya, nih, dari gim kedua kemarin (melawan BSB Hangtuah) saya cedera engkel. Makanya, tidak banyak main waktu itu. Nah, di gim ketiga ternyata saya tidak bisa main maksimal. Main cuma sebentar.

Setelah itu istirahat, kan, ternyata (cedera) engkelnya tidak sembuh-sembuh. Padahal sudah dua bulan. Lalu, saya periksa ke dokter di Cibubur. Di sana (melakukan pemeriksaan) rontgen, MRI, dan sebagainya. Ternyata kata dokternya sendi di engkel saya mengalami radang. Ada tulang yang bergeser, jadi ketika bergerak dengan gerakan tertentu susah.

Nah, nanti Kamis baru keluar hasil MRI. Setelah itu baru bisa menentukan akan bagaimana penanganan cedera ke depannya, makanya belum bisa ikut latihan. Tapi, bukan berarti saya tidak latihan sama sekali. Saya masih mengikuti program yang diberikan tim untuk menjaga kebugaran, seperti ke gym dan lain-lain.

Oh ya, kemarin juga sempat jogging. Belum sempurna, tapi sudah coba jogging. Sebelumnya saya main sepeda, baru jogging.

Oh gitu, tapi kontrak di Garuda masih ada?

Masih, sampai kira-kira habis lebaran (Juni 2018). Hampir semua pemain memang kontraknya habis setelah lebaran.

Masih akan main di Garuda?

Belum tahu. Semua kemungkinan ada, tapi saya buka peluang untuk Garuda dulu. Semua kemungkinan terbuka, tapi jika Garuda memang menawarkan saya untuk bermain lagi, maka saya prioritaskan Garuda.

Oke. Nah, selain itu ada kegiatan lagi tidak di luar pemulihan cedera dan latihan? Kemarin kami lihat Bang Diftha ikut kegiatan basketball clinic dan semacamnya.

Oh iya, sempat ikut acara-acara kampus juga. Terus ikut acara coaching clinic by Gary Jacobs. Saya sama Gary kasih ilmu dan pengalaman—tentang fundamental dan lain-lain—kepada para penggemar.

Untuk apa ikut acara itu?

Salah satu cara biar dekat sama penggemar. Karena selain melihat dari pertandingan, mereka juga ingin melihat kami lebih dekat, makanya kami berusaha mendekatkan diri kepada penggemar dengan—salah satunya—coaching clinic.

Memangnya seberapa penting kegiatan itu untuk Diftha? Dan apa yang penting untuk Indonesia?

Penting banget. Kehadiran penggemar dan antusiasme mereka itu penting untuk kami. Ambil contoh di Cirebon. IBL (seri) Cirebon, kan, termasuk hal baru bagi kami. Di sana antusiasmenya ternyata tinggi. Penyelenggaraannya not bad, menurut saya. Sejak itu, saya pikir perlu juga meningkatkan antusiasme di daerah-daerah lain, terutama di tempat yang tidak ada (penyelenggaraan) IBL-nya. Nah, makanya saya ikut acara-acara untuk mendatangi langsung penggemar yang telah mendukung saya. Saya harap dengan kedatangan kami ke daerah-daerah bisa membantu mengangkat antusiasme basket di sana. Apa pun untuk basket Indonesia yang lebih baik.

Indonesia sekarang sedang bersiap menghadapi Asian Games. Diftha sendiri tidak masuk ke timnas lagi. Ada tanggapan tidak untuk timnas?

Untuk Asian Games, saya selalu mendukung timnas. Siapa pun yang membawa nama Indonesia, saya harus mendukung mereka. Di lapangan memang kami bersaing, tapi kalau bawa nama Indonesia, harus saling dukung. Bagaimanapun mereka membawa nama negara kita. Indonesia saya harap bisa fight mainnya dan membuktikan sesuatu di sana.

Memangnya kesempatan Indonesia bersaing di Asian Games seperti apa?

Kalau Asian Games memang agak berat, tapi tidak ada yang tidak mungkin. Bisa saja Pras (Andakara Prastawa) cetak 50 poin. Arki Wisnu cetak lebih dari 49 poin. Sandy (Febiansyakh) tiba-tiba 30 poin lebih. Mungkin saja, kan. Pokoknya dukung Indonesia.

Itu untuk timnas, kalau Garuda? Ada komentar soal penampilan musim kemarin?

Musim kemarin kami sudah berusaha. Manajemen sudah kasih semuanya, pemain juga sudah kasih sekuat tenaga, cuma Tuhan memang belum kasih kemenangan.

Kira-kira kenapa belum dikasih menang? Harus apa lagi?

Saya lihat kami memang belum beruntung saja, sih. Di gim kedua dan ketiga saya tidak bisa maksimal karena cedera engkel. Di gim ketiga Rod (Roderick Flemings) tidak bisa main.

Padahal awalnya sempat unggul meski dengan satu asing, ya, waktu itu?

Iya, tapi bagaimanapun import player still import gitu. Mereka pakai dua asing, kami cuma satu.

Jadi, kami harus lebih baik dari segi mental. Mayoritas pemain kami pemain muda. Kami butuh jam terbang. Semakin banyak pertandingan, semakin jadi.

Bang Diftha merupakan salah satu pemain yang paling lama di Garuda, sudah merasakan pahit-manisnya ganti pemilik, manajemen, sampai pemain. Sedikit-banyak itu mempengaruhi tim tidak?

Itu pengaruh juga. Saya sudah mencoba lima pelatih selama main di Garuda, dari zamannya Kak Amran (Wan Amran), Coach Inal (Antonius Rinaldo), Coach Tjetjep (Firmansyah), Coach Ito (Fictor Roring), sampai Coach Andre Yuwadi. Coach Andre satu-satunya pelatih yang melatih saya dua musim berturut-turut. Coach Inal juga kalau dihitung pas jadi asisten pelatih. Soalnya pas Kak Amran cabut, Coach Inal yang menggantikan.

Pengaruhnya seperti apa memang?

Chesmitry keluar-masuk. Kemarin juga kami kehilangan beberapa pemain, gantinya rookie semua, tapi syukurnya ada Raymond (Shariputra) masuk. Dia bisa menggantikan peran Sigit (Harun Nurman).

Kalau pemain asing? Orang-orang bilang pemain asing membantu mereka, tapi apakah benar-benar membantu kalian berkembang, padahal minute play kalian berkurang drastis?

Ada plus-minus memang, seperti minute play yang berkurang. Tapi, dengan adanya mereka, kami justru jadi terbiasa melawan pemain-pemain asing. Kami banyak belajar kok dari pemain asing. Tapi, kemarin Gary masuknya telat. Dia, kan, baru masuk di pertengahan musim, jadi chemistry belum terlalu terasah.

Ada harapan apa untuk Garuda musim depan?

Saya berharap banget Garuda bsia lebih berprestasi. Setidaknya bisa mencapai target manajemen—target kami. Masa mau gini-gini saja? Saya ingin kami membuat gebrakan, tidak jadi tim papan tengah terus.  

Foto: Hari Purwanto

Komentar