IBL

Nama Sumiati Sutrisno mestinya tidak asing lagi di telinga pecinta bola basket putri Indonesia. Sumiati bahkan sempat menjadi buah bibir di kalangan pelajar Surabaya. Bukan dalam satu atau dua hari saja, tapi bertahun-tahun.

Sumiati tak ubahnya legenda hidup di Kota Pahlawan. Honda DBL 2006 dan 2007 membuat kehebatannya diakui. Tak hanya lewat mulut ke mulut, media massa nasional juga tak surut memberitakan.

Penyebabnya sederhana, Sumiati berhasil membawa tim basket putri SMA YPPI 2 Surabaya menjadi juara Honda DBL. Sekolah tanpa tradisi basket yang kuat menjadi juara itu adalah sebuah anomali. Tidak heran kalau kemudian kabar ini menjadi buah bibir di mana-mana.

Sumiati bahkan mengantarkan sekolahnya ke podium juara dua tahun berturut-turut. Ia mencatatakan sejarah yang mengagumkan. Sejak saat itu, kisah Sumiati terus membikin banyak orang penasaran, terutama tentang bagaimana kehidupannya.

Berawal dari keluarga sederhana dengan segala keterbatasannya, Sumiati berani untuk bermimpi tinggi. Ia ingin menjadi pebasket handal. Namun, keadaannya seakan tak menginginkan mimpinya menjadi nyata.

Ibunya kala itu seorang buruh cuci, sedangkan ayahnya buruh bangunan. Jangankan untuk beli peralatan latihan, untuk berlatih dengan nyaman saja susahnya minta ampun.

“Karena aku berasal dari keluarga kurang mampu, enggak banyak yang bisa aku beli. Jadi, sepatu yang aku pakai untuk sekolah, ya itu sepatu yang aku pakai buat latihan basket.  Kalau beruntung, aku bisa mendapatkan sepatu dari para seniorku,” kata Sumiati.

Sumiati Sutrisno bisa keliling dunia berkat basket. Foto: Dok. pribadi Sumiati

 

Bukan hanya masalah sepatu, perjalanan Sumiati untuk menjadi atlet basket pun panjang dan berat. Ia harus mengayuh sepeda selama lebih dari 30 menit dari tempat tinggalnya ke tempat latihan basket di sekolahnya.

“Aku latihan basket di sekolah, sedangkan jarak antara sekolah dan mesku cukup jauh. Aku harus berangkat sendiri naik sepeda selama 30 menit lebih. Hmm, kalau ingat waktu itu rasanya cuma aku yang berjuang sendirian,” lanjut Sumiati. 

Nasib berkata lain. Kesungguhan dan kerja keras Sumiati menjawab semua keraguan. Puncaknya, Sumiati tidak hanya berhasil membawa tim basket sekolahnya menjadi juara DBL selama dua tahun berturut-turut, tapi juga berhasil menjadi pemain terbaik DBL dua tahun berturut-turut. Karena gelarnya, Sumiati berhak mendapatkan hadiah berupa satu unit motor Honda Vario.

Satu dekade berlalu, keadaan pun sudah berubah. Sumiati si bocah spesial itu bukan lagi sekadar pemain terbaik Honda DBL. Kini ia tengah menggapai mimpinya menjadi pebasket handal di tingkat profesional. Sejak tahun 2012, nama Sumiati Sutrisno tercatat aktif sebagai atlet profesional di bawah naungan klub Surabaya Fever. Jauh sebelum itu, dia pernah menjadi atlet basket kebanggaan klub Sahabat Surabaya dan memenangkan berbagai pertandingan basket.

Kini dara kelahiran 1990 tersebut tidak lagi disibukkan dengan aktivitas bermain basket saja. Kegiatan jalan-jalannya sudah cukup banyak. Ia setidaknya sudah mengunjungi tujuh negara. Dari negara-negara di Asia Tenggara, Asia Timur, sampai Amerika Serikat. Basket benar-benar membawanya berkeliling dunia. Sumiati sadar, basket ternyata banyak mengubah hidupnya.

“Awalnya enggak kepikiran sih kalau bisa mendapatkan sebanyak ini dari basket. Aku sangat bersyukur karena akhirnya bisa sampai di titik ini,” kata Sumiati.

Faktanya, basket tidak hanya membuat Sumiati bisa jalan-jalan ke luar negeri. Dengan basket, ia bisa sekolah sampai jenjang magister alias S2. Bahkan karena basket, Sumati juga bisa dapat tempat tinggal.

Tidak heran kalau Sumiati benar-benar jatuh cinta dengan basket. “Basket is my life, basket is my everything,” tutupnya.

Foto: Dok. pribadi Sumiati Sutrisno

Komentar