IBL

Pada gelaran SEA Games 2017 lalu, nama Vincent Rivaldi Kosasih sering disebut di berbagai media. Saat itu, ia menjadi pemain termuda sekaligus pemain tahun pertama (rookie) di IBL  yang mengantarkan timnas Indonesia meraih medali perak.

Di balik sepak terjang laki-laki berusia 22 tahun ini, ada cerita menarik yang melatarbelakanginya. Salah satunya adalah dukungan dari sang adik, William Rivaldi Kosasih.

Mirip dengan sang kakak, William juga tengah asyik-asyiknya menggeluti dunia basket. Bahkan, tahun lalu, ketika Vincent berjuang di SEA Games, William berhasil bergabung dengan skuat Honda DBL All-Star 2017.

Vincent dan William memang terlahir dari keluarga pecinta basket. Ayah dan ibunya, Lie Tjui Tek dan Tjinggawati Ha Lim, sama-sama pernah menjadi atlet basket. Tidak heran kalau Kosasih bersaudara juga tertarik terjun ke dunia yang sama.

“Aku awalnya tertarik buat serius sama basket itu gara-gara Koko, bukan Papa,’’ ujar William merujuk kepada sang kakak, Vincent.

Ya, saat itu, William baru saja duduk di kelas 4 SD ketika Vincent mengantarkan SMP Cita Hati Surabaya menjadi juara di ajang Honda DBL Junior 2010.

"Kebetulan waktu itu di sekolah sudah banyak liga basket. Ditambah, Koko baru saja menang di DBL Junior. Aku jadi terinspirasi biar bisa menang kayak Koko nantinya,’’ jelas William.

Bagi William, Vincent bukan hanya jadi salah satu faktor yang bikin dia makin fokus dengan olahraga satu itu. Menurutnya, sang kakak yang punya tinggi 205 sentimeter itu juga bak penasehat pribadi dalam karir basketnya.

"Koko tuh setiap kali abis nonton aku tanding pasti kasih masukan. Dia sering bilang, ‘harusnya kamu hajar sendiri,’ atau ‘kalau minta bola, agak dalam saja,’ gitu,’’ ujar William menirukan gaya bicara kakaknya tersebut.

Persaudaraan dua Kosasih ini memang layaknya adik-kakak pada umumnya. Di luar dunia basket, mereka juga saling berbagi banyak hal; mulai dari sekolah hingga kehidupan pribadi. Bahkan, keduanya tidak segan untuk bertukar sepatu hingga baju satu sama lain.

Kekompakan keduanya pun tetap berlanjut ketika Vincent harus melanjutkan kuliahnya ke Cina. William bersama adik bungsu dan kedua orangtuanya tak punya pilihan lain selain berhubungan jarak jauh dengan Vincent.

Menghadapi jarak ribuan kilometer, Vincent mengaku berusaha tetap berkomunikasi dengan adiknya tersebut.

"Aku sama William biasanya komunikasi lewat game sih. Kami emang lumayan sering main game online. Mulai dari Dota 2, Counter Strike sampai PUBG,’’ tutur Vincent.

Menurut penggemar berat Vince Carter ini, bermain game online adalah cara yang paling efektif buat saling kontak dengan adiknya. Terlebih karena mereka berdua sama-sama penggila game. Tidak jarang, keduanya memanfaatkan fitur percakapan di aplikasi game untuk saling berkomunikasi.

"Lebih sering komunikasi di game daripada langsung chat atau telepon sih,’’ jelas laki-laki yang tengah mengambil pendidikan bisnis di Zhejiang University of Science and Technology tersebut.

Meski terpaut usia empat tahun, Kosasih bersaudara ini memang punya ikatan yang kuat. Dengan jarak yang memisahkan, William maupun Vincent tetap saling memberi dukungan untuk satu sama lain.

“Koko tuh orangnya dewasa dan care banget sama adiknya. Setiap mau pulang ke Indonesia selalu nanyain ingin oleh-oleh apa,” ujar William.

Sementara itu, Vincent juga punya pendapatnya sendiri soal adiknya. Menurutnya, adiknya yang berusia 18 tahun tersebut punya sifat yang easy-going dan suka bercanda.

“Dia anaknya pintar banget, lebih pintar dari aku malah. Tapi, aku dulu suka kesal kalau William sudah bertengkar dengan adikku yang terakhir, Edward,” kenang Vincent.

Keduanya belakangan ini memang disibukkan dengan kegiatan masing-masing. Vincent di negara Tirai Bambu tengah bergelut dengan persiapan skripsinya. Sementara itu, William pun sedang mempersiapkan diri untuk bergabung dengan timnas mengikuti jejak kakaknya.

"Koko bilang, kalau mau masuk timnas, harus gedein badan lagi,’’ tutup William.

Foto: Dok. pirbadi Kosasih bersaudara

Komentar