Mandiri Liga Mahasiswa (LIMA) 2025 memasuki edisi ke-13. Kompetisi musim ini meneruskan format dua divisi dengan promosi dan degradasi. Mengusung tema “Final Vibes di Setiap Kota”, tidak ada edisi nasional di LIMA 2025.
Dirut Liga Mahasiswa Junas Miradiarsyah menuturkan bahwa jadwal kompetisi musim ini mengalami kemunduran 1,5 bulan dari rencana. Langkah ini diambil atas permintaan dari peserta mengingat ada berbagai dinamika akademik di pertengahan tahun.
Di sisi lain, kompetisi tidak bisa berlangsung melintasi tahun. Untuk itu edisi nasional ditiadakan. Meski tanpa edisi nasional, Junas menilai liga mahasiswa tidak kehilangan esensi sebagai pertandingan antar mahasiswa.
Baca juga: Format Baru Liga Mahasiswa (LIMA) 2024, Dua Divisi dengan Sistem Degradasi
“Sebetulnya kompetisi kotanya kan tetap berjalan kan. Kalau nasional itu kan juara dari setiap kota dan runner up yang bertanding di level nasional. Meski nasionalnya nggak ada, (pertandingan) kotanya nggak ada perubahan,” kata Junas dalam jumpa pers pada Selasa (14/10) di Cinepolis Senayan Park, Jakarta Pusat.
Pihak penyelenggara mencatat ada 98 tim dengan total lebih dari 1500 atlet pelajar yang berpartisipasi di LIMA 2025. Ini menjadi salah satu musim terbesar dalam sejarah liga mahasiswa di tanah air.
LIMA 2025 berlangsung di empat kota. Yogyakarta menjadi kota pembuka. Pertandingan tersebut diadakan pada 18-25 Oktober 2025 di Student Center Atma Jaya, Yogyakarta. Kemudian di GOR CLS Kertajaya, Surabaya pada 1-8 November 2025.
Baca juga: LIMA Basketball 2023 Bergulir dan Diikuti 33 Kampus
Setelah itu giliran Bandung pada 15-22 November 2025 di GOR Padjadjaran. LIMA 2025 ditutup di Jakarta. Edisi terakhir liga antar mahasiswa itu berlangsung pada 29 November-6 Desember 2025 di Gelanggang Mahasiswa Soemantri Brodjonegoro, Jakarta Selatan.
LIMA telah memberlakukan format dua kasta sejak tahun lalu. Tetapi pembagian dua divisi ini masih berlaku untuk kategori putra saja. Dua tim peringkat teratas Divisi 2 akan promosi dan dua tim terbawah Divisi 1 mengalami degradasi.
Dari penjelasan Junas, pihaknya belum bisa menambah divisi untuk kategori putri karena masih minimnya tingkat partisipasi tim putri. Setiap kota standarnya diikuti delapan tim untuk setiap divisi.
“Kalau di Jakarta dan Surabaya mungkin (dua divisi putri). Tapi kota lain masih dilihat. Jadi belum tentu dua divisi putri serentak di seluruh kota pada saat yang bersamaan. Kebetulan jumlahnya belum sampai delapan. Kalau nanti sampai 8-10, mungkin sampai situ,” ucap Junas. (rag)
Foto: Ragil Putri Irmalia