WNBA dan Asosiasi Pemain WNBA (WNBPA) diambang batas untuk menyelesaikan pembaruan perjanjian kerja sama (collective bargaining agreement). Batas waktu perpanjangan 60 hari akan terjadi pada 31 Oktober mendatang. Tetapi, dari berbagai sumber menyebutkan belum ada kesepakatan sebelum batas waktu itu.
Ada tiga pilihan sebelum batas waktu berakhir yaitu menyetujui pembaruan CBA, memperpanjang waktu negosiasi, atau WNBA menghadapi risiko mogok kerja. Mogok kerja (lockout) sendiri belum pernah terjadi sepanjang hampir tiga dekade WNBA.
Tetapi mogok kerja pernah terjadi empat kali di NBA. Masing-masing pada 1995, 1996, 1998-1999 hingga membuat All-Star batal, dan 2011 dengan dampak musim reguler menjadi 66 gim. Mogok kerja itu terjadi karena NBA dan NBPA gagal mufakat dalam CBA.
Sementara itu, Direktur Eksekutif WNBPA Terri Carmichael Jackson menyebutkan bahwa pembaruan CBA dinilai sebagai hal yang kurang mendesak oleh liga. Ia juga menganggap WNBA hanya mengulur waktu dalam negosiasi tersebut.
Baca juga: Caitlin Clark Absen dari WNBA All-Star Weekend, Harga Tiket Terjun Bebas
“Menjelang hari ke-60, kurangnya urgensi liga membuat para pemain bertanya-tanya apakah fokus mereka mewujudkan kesepakatan itu atau hanya mengulur waktu. Para penggemar tidak menginginkan hal itu dan bersama bermain menuntun standar baru untuk WNBA,” ujar Jackson dilansir melalui Front Office Sports.
Tuntutan WNBPA untuk pembaruan CBA tidak lepas dari ekspansi WNBA. Baru-baru ini WNBA mengumumkan penambahan tim hingga 2030. Ada lima tim baru dalam lima tahun mendatang. WNPA telah menerima ongkos ekspansi sebesar 250 juta Dolar AS setiap tim. Jumlah itu naik lima kali lipat dari biaya Golden State Valkyrie yang debut di WNBA 2025.
WNBA juga mendapatkan kesepakatan hak siar media selama 11 tahun dengan nilai sebesar 2,2 miliar Dolar AS yang memecahkan rekor. WNBA mengalami kenaikan rating tidak lepas dari kehadiran pemain fenomenal seperti Caitlin Clark dan Angel Reese. Masuknya pemain-pemain itu di WNBA 2024 juga membawa rekor bagi waralaba melalui penjualan pernak-pernik dan tiket. Tiket selalu ludes terjual hingga tim memindahkan ke arena yang lebih luas.
Baca juga: Ekspansi Besar-besaran WNBA, Total 18 Tim Hingga 2030 dan Terus Bertambah
Namun, para pemain tidak ikut menikmati hasil dari melonjaknya pendapatan WNBA tersebut. Mereka menunjukkan protes di WNBA All-Star 2025 pada 19 Juli lalu dengan mengenakan kaus “Pay Us What You Owe Us”.
Tuntutan terbaru WNBA salah satunya adalah menaikkan batas gaji. Saat ini batas gaji WNBA hanyalah 66 ribu hingga 250 ribu Dolar AS. Mereka menuntut menaikkan gaji maksimum hingga 1 juta Dolar AS. Serikat pemain menekankan fokus pembagian pendapatan dan tunjangan yang lebih baik, penambahan roster, dan standar tempat kerja di seluruh liga.
Sebagai tambahan, WNBA tidak pernah menghasilkan keuntungan sejak 1997. Kerugian tahunan sekitar 10 juta Dolar AS sebelum 2024 bahkan ketika pendapatan tumbuh lebih dari 200 juta Dolar AS. Kerugian tersebut ditanggung oleh NBA.
Baca juga: Shaquille O'Neal, "Sudah Saatnya Kontrak Pemain WNBA Sama dengan NBA"
Para pemain WNBA saat ini hanya menerima 9,3 persen dari pendapatan liga yang merupakan porsi terendah dalam olahraga profesional AS. Sebagai perbandingan, pemain NBA mendapatkan 49-51 persen pendapatan liga setiap musim. Kesenjangan inilah yang memicu tuntutan dari serikat pemain.
Negosiasi CBA juga pernah dilakukan pada 2019. WNBA dan WNBPA menyetujui untuk perpanjangan batas 60 hari dan diselesaikan pada 14 Januari 2020 atau tepat sebelum free agency. Hasil dari pembaruan CBA saat itu diantaranya kenaikan batas gaji, cuti hamil, tunjangan keluarga, dan kesehatan mental. Hanya saja, setelah itu ada pandemi yang membuat liga tidak mendapatkan pendapatan.
Mogok kerja hampir terjadi pada 2003. Dampaknya WNBA Draft 2003 tertunda. Begitu juga dengan jadwal pramusim. Tetapi kali ini taruhannya lebih besar karena Portland dan Toronto mulai beroperasi pada 2026. WNBA tidak bisa melakukan draft ekspansi jika belum ada hasil dari CBA. (rag)
Foto: Getty Images