IBL

Memang "ngeri-ngeri sedap" kalau membahas soal kesepakatan kerja. Baik NBA, Asosiasi Pemain NBA (NBPA), dan Dewan Gubernur NBA, punya kepentingan masing-masing. Namun untuk menyatukan persepsi ketiga lembaga ini cukup sulit. Dan, waktu semakin mepet. Mereka kembali menunda pembahasan CBA (Collective Bargaining Agreement). Kalau tidak segera disepakati, maka NBA terancam lockout.

Dikutip dari laporan Adrian Wojnarowski (ESPN), Dewan Gubernur NBA memberikan pandangannya pada hari Jumat, 3 Februari 2023. Mereka ingin agar liga dan asosiasi pemain kembali memperpanjang tanggal pembahasan CBA untuk kedua kalinya. Sebelumnya, CBA seharusnya dibahas pada 15 Desember 2022, tetapi mundur hingga Februari 2023. Kini Dewan Gubernur NBA atau kumpulan para pemilik klub, meminta untuk mundur lagi. 

Kalau tidak segera beres, maka masa depan NBA terancam. Kalau liga atau asosiasi pemain tidak sepakat dengan CBA yang baru, maka NBA bakal ditutup. Transfer pemain baik dengan sistem pertukaran pemain (trade) dan perekrutan pemain "free agent" tidak bisa dilakukan tanpa perjanjian baru. Risiko terbesarnya adalah NBA tidak akan terselenggara sesuai jadwal. Musim reguler bisa mundur dari jadwal yang biasanya, yaitu bulan Oktober. 

Foto: NBPA

Menurut Wojnarowksi, ada beberapa hal yang menjadi titik berat dari pembahasana CBA tahun ini. Berikut rangkumannya:

1. Menemukan mekanisme untuk memberi insentif kepada pemain top yang berpartisipasi dalam lebih banyak pertandingan musim reguler, yang diyakini liga sebagai kompetisi penting, dan memaksimalkan kesepakatan hak media liga. Di sini, pemain bintang yang jarang absen, bakal mendapatkan bonus lebih besar dari pendapatan hak siar. 

2. Mengerjakan rencana untuk secara bertahap menambahkan peningkatan pendapatan pemain untuk menanggulangi lonjakan salary-cap. 

3. Untuk mengakhiri aturan entri awal untuk pemain Draft. Fokusnya adalah mengizinkan pemain berusia 18 tahun masuk NBA, dan menghapus aturan harus satu tahun merasakan kompetisi perguruan tinggi. 

Foto: USA Today

Masih dari kacamata Adrian Wojnarowski, bahwa tiga hal di atas bukan masalah inti, yang membuat pembahasan CBA menjadi alot. Masalah sesungguhnya adalah pembahasan mengenai batas gaji (salary cap), yang digunakan untuk mengendalikan tim-tim dengan finansial kuat seperti Golden State Wariors, LA Clippers, dan Brooklyn Nets. Karena tim-tim seperti itu, bisa mengumpulkan pemain dengan gaji besar dan mampu membayar denda pajak barang mewah. 

Dari NBA, Komisioner Adam Silver mengusulkan sistem baru yang akan menggantikan pajak barang mewah. Sistem ini dinamakan hard salary cap. Sistem ini akan membuat tim-tim tersebut tidak bisa melanggar batas gaji pemain. Dan, tidak ada toleransi seperti pajak barang mewah, yang belakangan sering dilanggar oleh tim-tim NBA untuk mengumpulkan pemain-pemain bintang. 

Faktanya, 20 dari 30 tim NBA saat ini berada di ambang batas gaji, dan membayar pajak barang mewah dengan rata-rata sebesar 150 juta dolar Amerika. Dari 20 tim tersebut, ada 10 tim yang punya rekor pajak barang mewah sebesar 689 juta dolar Amerika untuk musim 2022-2023. Dari jumlah tersebut, 58 persen diantaranya dibagi hanya tiga tim saja, yaitu Warriors (176,6 juta dolar Amerika), Clippers (145 juta dolar Amerika), dan Nets (80 juta dolar Amerika). Ironisnya pada musim 2021-2022, ketiga tim ini menyumbang 73 persen denda pajak barang mewah di NBA. (*)

Foto: Fox News

Komentar