IBL

Nama Spencer Dinwiddie mencuat setelah musim ini tampil cukup baik untuk timnya, Brooklyn Nets, di NBA 2017-2018. Pemain berusia 24 tahun ini mendapat kesempatan bermain lebih banyak setelah cederanya Jeremy Lin dan D’Angelo Russell. Pemain berkumis tebal ini pun berhasil mengemban tugas yang diamanahkan padanya.

Kegemilangan Spencer lantas membawa ia mengikuti adu ketangkasan, Taco Bell Skills Challenge, yang digelar NBA All-Star Weekend. Dalam prosesnya, ia berhasil memenangi kontes tersebut setelah mengalahkan rookie Chicago Bulls, Lauri Markkanen, di babak final.

Spencer mengungkapkan perasaannya setelah memenangi gelar ini dalam jumpa wartawan yang digelar seusai laga. Mainbasket merangkum wawancara tersebut berdasarkan rilis resmi yang diberikan NBA kepada media peliput yang hadir di sana.

Spencer, komentar Anda terkait gelar adu ketangkasan ini?

Ini pencapaian yang besar bagi saya pribadi untuk memenangi gelar ini. Bahkan, bisa hadir di gelaran NBA All-Star melihat perjalanan karir saya yang tidak selalu mulus adalah hal luar biasa. Saya juga berterimakasih pada G-League dan Brooklyn Nets yang tidak ragu memberi saya kesempatan bermain dan berkembang. Sekarang saya hanya ingin pulang ke rumah dan merayakannya dengan keluarga saya.

Untuk memenangi gelar ini, Anda harus melewati segala tantangan ketangkasan. Apakah kemenangan ini membuat Anda merasa diri Anda adalah pemain serba bisa?

Bisa dibilang seperti itu. Sejauh ini saya rasa saya selalu melakukan hal itu dalam pertandingan. Mengumpan, bertahan dan mencetak angka. Saya bersyukur tidak ada ketangkasan melakukan rebound, saya rasa saya akan kalah bila hal itu dilombakan.

Anda bermain di NBA beberapa musim terakhir, mengapa semuanya baru terasa baik saat bersama Brooklyn Nets?

Bersama Pistons situasinya lebih rumit. Mereka butuh menang sesegera mungkin karena dalam beberapa musim terakhir semuanya tidak berjalan baik. Sementara saya kala itu adalah pemain muda yang baru pulih dari cedera, saya rasa jelas mereka tidak bisa berharap banyak dari saya. Tapi saya ucapkan banyak terima kasih kepada manajemen Pistons yang mengajarkan banyak hal tentang NBA kepada saya.

Bersama Bulls, saya rasa masalahnya hanya keberuntungan. Serupa dengan Pistons, mereka butuh menang sesegera mungikn. Dan mereka lebih yakin dengan Michael Carter-Williams yang mampu menjadi pembeda di tengah Dwyane Wade, Rajon Rondo, dan Jimmy Butler. Mereka tidak berpikir tentang masa depan, mereka hanya ingin menang kala itu.

Semua berbeda dengan Nets. Sekali lagi, mereka memberikanku kesempatan untuk belajar dan bertumbuh sebagai pemain. Mereka percaya atas kemampuanku, musim lalu saya banyak turun dari bangku cadangan. Lalu, musim ini akan berlangsung sama bila Jeremy Lin dan D’Angelo Russell tidak mengalami cedera. Saya paham atas hal tersebut.

Saya ikut bersedih atas apa yang menimpa mereka berdua. Tapi di sisi lain saya bersyukur atas kesempatan yang terbuka. Nets bisa saja mengambil pemain bebas ataupun pemain G-League untuk mengisi posisi tersebut, tapi mereka percaya kepada saya. Ini adalah keberuntungan yang luar biasa bagi saya.

Untuk para penggemar yang tidak selalu mengikuti perkembangan NBA, nama Anda bisa dibilang tidak familiar. Dengan berada di NBA All-Star sekarang, nama Anda akan lebih banyak dikenal, Anda suka hal tersebut?

Saya sebenarnya tidak terlalu peduli hal tersebut. Saya hanya peduli untuk memenangi setiap laga yang saya mainkan. Saya pernah mengalami cedera parah saat bermain di level mahasiswa. Sejak itu, setiap kali saya menginjakkan kaki di lapangan adalah saat-saat yang menyenangkan. Saya melakukan hal ini untuk keluarga saya, ada masa-masa di mana mereka tidak yakin saya mampu sampai pada titik ini. Dan sekarang saya telah berada di sini.

Apakah rekan satu tim Anda membantu Anda dalam persiapan adu ketangkasan?

Iya, mereka membantu banyak dengan saran-saran mereka. Mereka juga memberikan dukungan yang luar biasa setelah nama saya terpilih ikut berlaga. Saya benar-benar megucapkan terima kasih kepada mereka.

Siapa yang membantu Anda paling banyak?

Saya rasa Caris LeVert. Selain itu ada pula Jeremy Lin, Rondae Hollis-Jefferson. Meski terkadang hubungan kami tidak selalu bagus, mereka tetap termasuk teman terbaik saya.

Foto: Netsdaily.com, bleacherreport

Komentar