IBL

Lembaga perlindungan konsumen Amerika Serikat, Better Business Bureau, beberapa waktu lalu merilis laporan terkait pelayanan konsumen lini produk milik keluarga Ball, Big Baller Brand (BBB). Dalam laporan tersebut, BBB mendapatkan nilai F. Nilai ini merupakan yang terburuk dari skala penilaian pelayanan konsumen.

Penilaian itu merupakan akumulasi kekecewaan 45 konsumen Big Baller Brand. Kasus yang membuat konsumennya meradang tersebut meliputi kegagalan pengiriman, keterlambatan pengiriman hingga enam minggu, pelayanan konsumen yang buruk, hingga proses uang kembali yang lama. Mereka menyampaikannya di situs resmi Big Baller Brand.

Sejak April 2017, total kerugian yang dihasilkan atas perilaku ini mencapai AS$5000. “Perilaku semacam ini merupakan contoh buruk. Hal yang merugikan konsumen semacam ini tak bisa dibiarkan di bisnis apapun walaupun bisnis itu dijalankan oleh kalangan selebritis,” kata Blair Looney, CEO Better Business Bureau di situs resminya.

Lembaga independen ini sudah meminta klarifikasi pihak Big Baller Brand sebelum menerbitkan laporan. Namun, tak ada tanggapan berarti. “Kami sudah menghubungi mereka dua kali. Pertama pada 8 November 2017 tapi tak ada respon. Selanjutnya, kami menghubungi kembali pada 19 Desember 2017, hasilnya tetap nihil,” imbuh Looney.

Terkait penilaian tersebut, Lavar Ball menjawabnya dengan sinis kepada ESPN.  “Lembaga itu (Better Business Bureau) sudah cerita masa lalu, seperti yellow pages. Tak ada lagi yang memperhatikan mereka. BBB kini bukan Better Business Bureau, tapi sudah jadi milik Big Baller Brand,” kata Lavar. Ayah dari Lonzo, LiAngelo dan Lamelo ini juga menuduh Nike dan adidas adalah perusahaan yang mengomplain mereka karena tak mendapat produk BBB.

Ini bukan kali pertama Big Baller Brand berulah. Mereka dituntut oleh sebuah perusahaan konveksi yang menyediakan produk-produknya sebesar AS$25.000. Jumlah itu merupakan total pembayaran yang harus dipenuhi Big Baller Brand namun tak kunjung dibayar. Tuntutan ini sudah masuk ke pengadilan tinggi Kota San Bernardino, Amerika Serikat. Panggilan telah dilayangkan kepada perusahaan sejak 28 Desember 2017. Kabarnya, lanjutan kasus ini akan digelar pada 28 Mei 2018 mendatang dengan menyertakan pihak BBB serta pihak konveksi untuk proses dengar perkara.

Big Baller Brand adalah merek yang dijalankan oleh Lavar Ball dan istrinya. Mereka menjual lini busana mulai dari kaos, jaket hoodie, dan lainnya dengan menjadikan tiga anak mereka sebagai duta. Produk busana itu mereka hargai antara AS$25-100. Produk paling menyita perhatian adalah sepatu BBB The ZO2 Prime Remix Model yang dijual seharga AS$1950. Sepatu tersebut adalah sepatu ZO2 Prime yang telah dibubuhi tanda tangan Lonzo Ball.

Tak hanya itu, sepatu-sepatu besutan Big Baller Brand juga tergolong mahal. Sepatu Lonzo Ball, The ZO1 Prime dan The ZO2 Prime dibanderol AS$400-1950. Angka yang mengejutkan mengingat harga kebanyakan sepatu basket lain hanya dibanderol setengahnya. Sebagai pembanding, Nike Zoom Kobe 11 yang dirilis hampir bersamaan dengan The ZO1 Prime hanya dibanderol AS$200. Sementara kolaborasi adidas dan Damian Lillard lewat adidas Dame 3 dibanderol sebesar AS$187.

Dengan adanya tuntutan ini, maka komitmen Big Baller Brand kini mulai dipertanyakan. Apalagi sebagai merek baru, seharusnya mereka memberikan pelayanan maksimal agar mendapat tanggapan positif dari berbagai kalangan. Kasus yang sedang menerpa BBB ini patut dijadikan pelajaran bagi kita semua, terutama yang sedang menjalankan bisnis.

Sumber Foto: Sneaker Freaker, Big Baller Brand

Komentar