IBL

Dewasa ini, saya semakin menyadari betapa cepatnya dunia bergerak. Paling mudah jelas teknologi, di mana mungkin saja dalam setiap bulan ada teknologi baru di berbagai lini kehidupan. Lalu jelas secara kultur yang terus begerak cepat, membuat banyak sekali hal-hal baru yang mungkin 10 tahun lalu tak pernah terpikirkan, kini telah menjadi sebuah keharusan yang dianggap benar dalam masyarakat. Bahkan yang mungkin paling unik, waktu terasa lebih cepat belakangan ini. 

Termasuk di dunia basket. Saya harus akui, saya cukup terlambat untuk menyadari pergeseran kutub permainan basket. Pergerakan yang saya maksud di sini adalah pegerakan yang membuat pemain-pemain dengan tinggi badan menjulang kini memiliki paket ketangkasan setara dengan pemain yang lebih pendek atau yang secara konvesional biasa kita sebut pemain berposisi garda (guard). Ya, kini setiap tim, di Amerika Serikat, NBA, Eropa, EuroLeague, terus coba menghasilkan pemain yang seperti ini setiap tahunnya. Kalaupun tidak menghasilkan, mereka coba menambahkan paket ketangkasan tersebut ke pemain yang sudah ada. 

Alperen Sengun Rockets

Pergerakan ini baru saya rasakan masifnya setelah melihat apa yang ditunjukkan Alperen Sengun di awal musim ini. Sengun semakin komplet. Bandingkan apa yang ia punya saat belum masuk NBA di mana ia masih bermain dengan cara bigman konvensional. Saya ingat sekali seorang rekan mengirim cuplikan permainan Sengun kepada saya beberapa bulan sebelum draft. Saat itu saya bilang, sulit melihat seorang pemain akan bertahan dengan gaya bermain bigman konvensional di era sekarang. Benar saja, Sengun terus menambah senjatanya bahkan kini beberapa orang melihat kemiripannya dengan Nikola Jokic. Perlu diingat, ini adalah musim ketiga Sengun di NBA. 

Di sini, menurut saya basket dunia sudah tak sekadar menganut paham nirposisi (positionless). Kini, sejatinya mereka sedang bergerak untuk membuat, meramu, semua pemain dengan tinggi badan menjulang (bigman) untuk memiliki kemampuan pemain kecil (smallman). Saya melihat, dalam 2-3 tahun ke depan, juara NBA akan bermaterikan semua pemain starter memiliki tinggi badan di atas dua meter (6'6"). Untuk sekarang, tidak ada tim yang memiliki komposisi starter seperti ini, meski beberapa tim sejatinya mampu untuk bermain dengan komposisi ini. Ini terjadi karena belum sempurnanya perubahan untuk pemain-pemain dengan tinggi badan di atas itu. 

Salah dua tim yang cukup mendekati komposisi ini adalah Oklahoma City Thunder dan Orlando Magic. Kebetulan, keduanya juga sedang ada di jajaran atas klasemen sementara wilayah masing-masing. Thunder cukup unik karena mereka punya garda dan forwarda dengan tinggi yang sama, 6'6" yakni Shai Gilgeous-Alexander dan Jalen Williams. Starter terpendek Thunder adalah Luguentz Dort dengan tinggi 6'3". Sejatinya, Mike Daigneault bisa saja memenuhi komposisi starter di atas 6'6" dengan keberadaan Kenrich Williams, Aleksej Pokusevski, Ousmane Dieng, hingga Davis Bertans. Akan tetapi, solidnya sosok Dort dengan pertahanan yang mumpuni membuatnya tetap bertahan sebagai starter. 

Chet Holmgren

Magic tak jauh berbeda. Cederanya Markelle Fultz dan Wendell Carter Jr. justru membuat mereka seolah membuka potensi lain komposisi starter mereka. Secara statistik, Magic musim ini paling sering turun dengan komposisi Anthony Black, Jalen Suggs, Franz Wagner, Paolo Banchero, dan Goga Bitadze sebagai starter. Pemain terpendek di komposisi ini adalah Suggs dengan 6'4", namun ia adalah top skor keempat untuk Magic musim ini. Kehadiran Suggs juga membuat Magic tetap terjaga jika ingin bermain cepat. 

Meski terus menjadi starter, ruki, Anthony Black, tak memainkan menit terbanyak. Namun, saya melihat Jamal Mosley, kepala pelatih Magic, memang sedang mencoba turun dengan komposisi besar ini. Di lain sisi, Magic juga tim yang sangat mungkin bermain dengan kompsisi kecil. Cole Anthony dan Garry Harris tak jarang juga dipilih untuk mendampingi Suggs, Wagner, dan Banchero. Beragamnya komposisi yang bisa dibuat oleh Magic ini yang menjadi kekuatan mereka di awal musim ini untuk merangsek dan meraih kemenangan. 

Ada beberapa tim lain yang memiliki peluang untuk mengembangkan skuad tinggi ini. Brooklyn Nets misalnya yang punya Ben Simmons sebagai garda mereka. Charlotte Hornets yang mengambil Brandon Miller di NBA Draft 2023 lalu juga bisa mengembangkan skuad ke arah yang sama. Detroits Pistons pun serupa, mereka punya komposisi yang bisa dikembangkan ke sana, namun mereka lebih butuh untuk mencari kepingan veteran yang tepat untuk membimbing ke jalur kemenangan. 

Di Wilayah Barat, sejauh ini saya melihat San Antonio Spurs sedang berupaya mengarah ke sana, Ini terlihat dengan Jeremy Sochan yang semakin nyaman ditempatkan sebagai pembawa bola utama untuk Spurs. Devin Vassell dan Keldon Johnson adalah dua pemain kecil di starter mereka. Pun begitu, keduanya tak kecil-kecil amat. Keduanya tercatat memiliki tinggi 6'5" yang mana cukup untuk bersaing dengan pemain di level sayap dan hanya berjarak satu inci dari tren yang berkembang di NBA. 

Saya pribadi punya angan-angan melihat komposisi pemain tinggi ini. Contoh Thunder, mereka bisa menawarkan barisan hak pilih mereka di NBA Draft demi mendapatkan pemain yang memenuhi kriteria yang kita bahas sejak tadi, penuh skill dan tinggi. Magic juga bisa menukar "aset" mereka seperti Fultz, Carter Jr., hingga Harris untuk mendapatkan pemain lain yang juga mumpuni. 

Victor Wembanyama Spurs

Di titik ini, perlu saya garis bawahi, ini bukan perkara tinggi badan saja. Ini perkara bagaimana ketangkasan (skill) pemain dengan tinggi menjulang tersebut. Bagaimana para pemain dengan tinggi badan menjulang tersebut dilatih dengan tepat untuk berkembang sebagai seorang pemain yang komplet. Kalau tinggi saja, ya tidak ada gunanya. Kalau tinggi saja, Tacko Fall dan Bol Bol harusnya starter di tim-tim NBA sekarang, bukan justru terpental ke sana- ke mari. 

(Baca juga: Pemain Pendek Dilarang Main Basket)

Pemain seperti Alperen Sengun, Chet Holmgren, dan Victor Wembanyama adalah generasi baru pebasket dunia yang memilii kemampuan komplet dengan tinggi badan menjulang. Mereka harus menjadi contoh, prototipe untuk semua pelatih basket di seluruh dunia dalam mengembangkan seorang pemain. Tak peduli berapapun tingginya, mereka harus berkembang sebagai pemain yang komplet, menguasai semua kemampuan bermain basket di dua sisi permainan, menyerang dan bertahan. Basket terus bergerak, namun terus ke arah yang lebih baik. Tak sekadar nirposisi, sekarang waktunya para pemain tinggi kembali beraksi! 

Foto: NBA/ Getty Images

 

Komentar