IBL

Prawira Harum Bandung berhasil merampungkan perjalanan di IBL 2023 dengan sempurna. Setelah secara dramatis keluar sebagai juara musim reguler, peringkat satu klasemen akhir, Prawira juga akhirnya jadi juara IBL 2023 usai menyapu bersih Pelita Jaya Bakrie Jakarta dalam dua gim. 

Kemenangan Prawira ini membuat sejarah baru. Tidak hanya untuk kota Bandung yang akhirnya memiliki juara di basket profesional, tapi untuk perjalanan IBL sendiri. Dalam 20 tahun perjalanan IBL, hanya ada empat tim yang pernah juara, dan Prawira adalah tim kelima. Sebelumnya, 19 gelar (musim 2020 tidak selesai), dibagi hanya kepada Satria Muda, Pelita Jaya, CLS Knights, dan Aspac/Stapac. 

Melihat kembali perjalanan Prawira musim ini, rasanya layak kita menyebut mereka sebagai tim yang sangat konsisten. Total enam laga playoff mereka sapu bersih. Di musim reguler, mereka memiliki rekor (27-3). Tiga kekalahan tersebut pun mereka derita dengan situasi yang cukup tipis. 

Kekalahan pertama terjadi atas Bima Perkasa Yogyakarta di Seri 1 Bali. Prawira kalah di detik-detik terakhir setelah Ikram Fadhil mencuri bola dari Yudha Saputera dan berujung tembakan gratis. Kekalahan kedua terjadi di Seri 3 Surabaya atas Satria Muda Pertamina Jakarta. Laga cukup sengit dan Satria Muda baru membuka keunggulan mereka di kuarter empat. Kekalahan terakhir lebih menyakitkan. Sempat unggul belasan poin, Prawira hilang fokus dan akhirnya kalah tipis 74-75 atas Bumi Borneo di Yogyakarta. 

Jika harus mencari alasan kekalahan, sejatinya Prawira bisa saja menemukannya. Di laga lawan Bima Perkasa dan Bumi Borneo terjadi dengan hanya satu pemain asing mereka punya di permainan. Kekalahan dengan skuad komplet hanya diberikan oleh Satria Muda, itupun Prawira mengalami foul trouble untuk para bigman mereka. 

Tak sekadar konsisten secara hasil akhir, Prawira juga konsisten dalam konsep bermain mereka. Kehadiran Brandone Francis memang membuat tim ini terpusat kepadanya. Namun, ini juga membuat barisan pemain lokal Prawira semakin terbuka potensinya. 

Ya, meski sejatinya David Singleton punya banyak variasi serangan, keberadaan Brandone membuat mereka punya satu senjata utama, pick n roll dengan Brandone sebagai pembawa bola utama. Ketangkasan Brandone membuat situasi ini bisa menjadi beberapa opsi. Tembakan atau drive sendiri oleh Brandone, umpan kepada roll man, atau umpan kepada pemain lain yang ditinggal lawan untuk memberikan help defense kepada roll man. 

Di lain sisi, saat Brandone istirahat, mereka punya Jarred Shaw yang juga cukup fleksibel. Sebagai bigman, Jarred juga punya kemampuan menembak jarak jauh yang cukup akurat, agresif dalam rebound, dan bergerak di bawah ring dengan cerdik pula. Kekuatan Jarred juga membuatnya hampir selalu dapat mismatch di area low post. 

Bergeser ke lokal, tanpa adanya MVP musim lalu, Abraham Grahita, semua pemain berhasil memberikan kontribusi yang besar. Yudha tentu jadi yang utama. Sebagai top skor ketiga tim, Yudha berhasil berkembang menjadi garda utama yang solid. Meski mengalami fluktuasi yang tinggi di musim reguler, Yudha cukup solid di sepanjang playoff, dan 20 poin di Gim 2 yang mematikan Pelita Jaya. 

Reza Guntara menunjukkan kematangannya dengan berbagai macam peran yang diberikan oleh David Singleton. Paket ketangkasan yang dimiliki Reza membuat ia mampu bermain sebagai pemain sayap ataupun bigman. Ia juga semakin teliti dalam bertahan yang akhirnya membawa gelar Defensive Player of the Year dan juga MVP Final jatuh kepadanya. Bisa dibilang, Dominique Sutton berhasil ia hentikan sepanjang final ini. 

Dengan kehadiran Brandone dan Yudha sebagai dua pembawa bola utama, penarik gravitasi pertahanan lawan, plus Reza yang melakukan roll ke arah ring, posisi sayap dan sudut tripoin kerap terbuka. Di sini, peran seorang Hans Abraham sangat terasa. Musim ini, Hans secara konsisten menjadi penembak catch and shoot yang mematikan untuk Prawira, satu peran yang wajib dimiliki oleh tim juara dewasa ini. 

Respek tinggi juga ingin saya berikan kepada Fhirdan Guntara. Di turnamen pramusim November lalu, saya berbincang dengan David mengenai potensi Fhridan menjadi garda utama pelapis Yudha. David mengamini hal itu, namun ia juga sadar bahwa butuh waktu untuk Fhirdan menjadi pemain yang solid. Di gim hari itu, kebetulan Fhirdan membuat beberapa turnover yang terjadi karena lantunan bola yang tidak cukup baik. 

Namun, seiring berjalannya waktu, Fhirdan benar-benar menunjukkan bahwa ia mampu beradaptasi dengan situasi tim, dengan peran barunya. Bahkan, keberadaan Fhirdan sebagai starter di dua gim final ini membuat Yudha bahkan Brandone bisa bergerak off ball. Fhirdan membuat Prawira punya tiga pembawa bola yang menyulitkan lawan. 

Terakhir, kredit juga saya berikan untuk seluruh pemain Prawira. Pandu Wiguna, Indra Muhammad, Fernando Manansang, Bryan Elang, Alan As'adi, Teemo, Yosua, Sulthan Fauzan, dan ruki Yusuf Ammar yang bermain sesuai porsi masing-masing dengan menit yang sudah diberikan. 

Sejauh ini, barisan pemain pendukung ini memberikan performa yang cukup membantu. Tidak ada yang benar-benar buruk sampai akhirnya membuat Prawira kehilangan keunggulan ataupun kehilangan gim. Tak sampai di situ, semua pemain pendukung ini juga menunjukkan peningkatan ketangkasan dari musim ke musim, kecuali Yusuf yang berstatus ruki. 

Hal-hal di atas yang membuat Prawira mencetak sejarah. Hal-hal di atas adalah Prawira yang akhirnya kembali membawa kejayaan untuk warga Bandung. Hal-hal di atas, jika ditingkatkan lagi musim depan, akan menjadu ancaman kekuatan baru untuk basket Indonesia. Selamat Prawira Harum Bandung!

Foto: Ariya Kurniawan, Hariyanto

Komentar