IBL

Lanjutan IBL 2022 di dalam “gelembung” sudah berjalan selama tujuh hari. Hampir setiap hari kita disuguhi lima pertandingan per harinya. Hingga hari ini, 9 Maret, paling banyak sebuah tim sudah bermain sebanyak 11 kali. Mereka adalah Amarta Hangtuah Jakarta, Pacific Caesar Surabaya, Bumi Borneo Basketball Pontianak, dan Tangerang Hawk Basketball Club. Pelita Jaya Bakrie Jakarta baru bermain enam kali alias yang paling sedikit.

Setelah Seri 2 (Bandung) yang dibatalkan di tengah jalan pada bulan Februari lalu, IBL memutuskan untuk kembali berjalan dengan sistem gelembung. Mulai tanggal 3 hingga 31 Maret, semua gim berjalan di Hall Basket Senayan, Jakarta. Semua peserta dan panitia penyelenggara menginap di Hotel Century Park, di seberang salah satu sisi kompleks Gelora Bung Karno. Dekat dari Hall Basket Senayan. Mulai hari ini, berarti tersisa 22 hari lagi untuk menyelesaikan semua laga musim reguler IBL 2022. Terpotong libur (tak ada pertandingan tanggal 19 dan 31 Maret) maka yang tersisa hanyalah 20 hari saja.

Kami di Mainbasket hari ini berpikir, “Wah, jadwalnya akan sangat padat sekali ke depan.”

Sangat padat.

Jumlah pertandingan yang harus dilakoni sebuah tim di IBL 2022 adalah 22 laga. Sebanyak 16 tim yang terbagi menjadi 2 grup harus berhadapan 2 kali dengan tim di dalam satu grup dan hanya bertemu 1 kali saja dengan tim-tim dari grup di sebelahnya. Berkaca pada total gim yang harus dilampaui dan sisa waktu yang tersedia itulah kami berkesimpulan bahwa jadwal akan sangat padat sekali ke depan.

Dengan baru melakoni 6 gim, Pelita Jaya harus bermain 16 kali dalam 22 hari. Pelita Jaya akan punya beberapa gim beruntun dalam tiga hari berturut-turut. Hanya ada 6 hari untuk istirahat.

Jadwal yang akan dilalui Pelita Jaya luar biasa berat. Bermain beberapa kali dengan rentetan jadwal tiga hari berturut-turut dengan jeda istirahat hanya satu hari di antaranya. Berikut gambaran jadwal pertandingan Pelita Jaya di gelembung: Pada tanggal 9 atau hari ini, Pelita Jaya akan menghadapi Indonesia Patriots. Kemarin, tanggal 8, Pelita Jaya menang 83-66 melawan DNA Bima Perkasa Yogyakarta. Besok, 10 Maret, Pelita Jaya akan main melawan Tangerang Hawks Basketball Club. Yup, tanggal 8, 9, 10, main tiga hari berturut-turut.

Istirahat 1 hari, Pelita Jaya akan main lagi tanggal 12 (melawan Satya Wacana Salatiga), 13 (melawan RANS PIK Basketball Club), dan tanggal 14 (melawan Bali United Basketball).

Kembali hanya istirahat 1 hari di tanggal 15, Pelita Jaya main lagi tanggal 16 (melawan Amarta Hangtuah Jakarta), 17 (melawan Dewa United Surabaya), 18 (melawan Evos Thunder Bogor).

Pada tanggal 20 (melawan NSH Mountain Gold Timika), 21 (melawan Prawira Bandung), dan 22 Maret (melawan Bali United Basketball). Istirahat 1 hari pada tanggal 23, Pelita Jaya kembali bermain 3 hari berturut-turut lagi. Pada tanggal 24 (melawan Amarta Hangtuah Jakarta), 25 (melawan RANS PIK Basketball Club), dan 26 Maret (melawan Evos Thunder Bogor). Pada tanggal 28, Pelita Jaya sudah harus berlaga kembali melawan NSH Mountain Gold Timika.

Sungguh luar biasa stamina para Pemain Pelita Jaya, dan tentu pula tim-tim lainnya.

Jadwal ketat ini harusnya tidak mengagetkan. Ia sudah disepakati oleh semua peserta IBL. Namun menurut gw, tidak ada salahnya untuk ditinjau kembali. Mengingat ketatnya jadwal ini sepertinya bergandengan tangan dengan risiko cedera atau kelelahan yang sepertinya cukup tinggi.

Kalau tidak salah ingat, aturan FIBA memang memperkenankan bermain tiga hari berturut-turut, namun tidak ada berapa kali tiga hari berturut-turut dengan jeda hanya satu hari di antaranya.

Kita harus melihat dengan seksama bahwa di dalam Pelita Jaya (dan tim-tim lainnya) terselip beberapa nama pemain timnas yang akan berlaga di SEA Games bulan Mei dan FIBA Asia Cup 2022 pada bulan Juli. Jangan sampai karena padatnya jadwal liga, kita malah kehilangan pemain penting untuk timnas.

Kondisi saat ini, bagi gw, ibarat menghindari kerumunan harimau (anggap saja korona) yang siap memangsa, namun kemudian berkumpul dalam satu kandang padat bersama singa (risiko cedera) yang kelaparan.

Jadi, bagaimana kalau “gelembung”-nya dipecahkan saja dan kembali ke sistem seri lagi?

Pertimbangan ini rasanya layak untuk segera dikemukakan. Mengingat beberapa hari yang lalu pemerintah melalui Menteri Luhut Binsar Panjaitan menyatakan bahwa kondisi pandemi sudah mulai terkendali. Perjalanan jauh tak lagi membutuhkan syarat pernyataan sudah melakukan tes PCR atau antigen. Serta, kegiatan olahraga sudah boleh menyertakan penonton dengan syarat sudah injeksi vaksin booster.(*)

Foto: Hari Purwanto

Komentar