IBL

Lawan terakhir Indonesia di kualifikasi Piala Dunia 2023 FIBA yang akan kami ulas adalah Arab Saudi. Jika Anda terlewat, sebelumnya kami sudah mengulas Yordania dan juga Lebanon. Klik kata berwarna biru untuk membaca artikel lainnya.

Untuk Arab Saudi, secara keseluruhan bisa dibilang ini adalah lawan dengan potensi terbesar bagi Indonesia meraih kemenangan. Tanpa bermaksud untuk merendahkan atau semacamnya, level permainan Arab Saudi memang masih jauh ketimbang dua negara sebelumnya. Namun, bukan berarti Indonesia bisa menang begitu saja atas tim ini.

Jika Anda melihat gim-gim Arab Saudi, bisa Anda simpulkan bahwa mereka bukanlah tim yang memiliki pakem permainan khusus. Hanya sesekali terlihat ada tembakan yang datang dari skema serangan rapi, itupun rata-rata melalui proses cut backdoor. Sisanya, Arab Saudi bisa dibilang serupa dengan Lebanon, sporadis. Namun, perbedaan besar ada pada akurasi mereka yang jauh lebih buruk dari Lebanon.

Arab Saudi total bermain delapan kali di kualifikasi Piala Asia 2021 dengan rincian enam babak grup dan dua turnamen kualifikasi. Di enam babak grup, rekor mereka (3-3). Mereka menang dua kali atas Qatar yang punya rekor akhir (1-5) dan satu tambahan kemenangan tipis atas Suriah. Di turnamen kualifikasi, mereka menyapu bersih Palestina dan India.

Dari peta ini saja, kita bisa lihat bahwa tim ini masih jauh dari predikat tim elite Asia. Mereka bisa dibilang masih satu tingkat di bawah Lebanon. Namun, sekali lagi, Indonesia menurut saya pun belum ada di level yang sama dengan Arab Saudi, setidaknya setengah level di bawahnya.

Kembali ke pola permainan, Arab Saudi fokus pada area kunci saat menyerang. Mereka akan berupaya memanfaatkan atletisme mereka untuk menerobos ke sana dan melakukan layup atau sekadar memancing pemain bertahan dan akhirnya memberi asis kepada senter-senter mereka.

Jika lawan Arab Saudi punya koordinasi pertahanan yang apik, rotasi jaga lawan yang cekatan, maka Arab Saudi akan mengalami laga yang sangat sulit. Pasalnya, mereka tak benar-benar punya opsi lain. Dari belakang garis tripoin, Arab Saudi hanya menorehkan rataan akurasi 26,8 persen dari 23,8 percobaan per gim. Artinya, tim ini rata-rata hanya memasukkan sekitar enam tripoin per gim. Melepaskan pemain Arab Saudi di area tripoin seharusnya lebih baik ketimbang melepas pemain di bawah area kunci.

Indonesia tak benar-benar pernah punya lawan seperti ini kecuali di SEA Games. Seharusnya, Indonesia yang lemah dalam mengawal tripoin bisa lebih tenang kala bertahan menghadapi Arab Saudi. Fokus mereka nanti adalah mengunci serapat-rapatnya area bawah ring.

Arab Saudi pun sebenarnya sudah paham betul bahwa akurasi tembakan jarak jauh mereka tak bisa diharapkan. Oleh sebab itu, mereka mati-matian dalam mengamankan offensive rebound. Bisa Anda lihat di beberapa gim, di mana pemain Arab Saudi justru tampak sangat fisikal saat bola rebound, mereka benar-benar menginginkan bola itu.

Rataan 13,8 offensive rebound per gim pun menempatkan Arab Saudi sebagai negara dengan rataan offensive rebound terbaik ketujuh dari 20 tim kualifikasi Piala Asia. Indonesia, ada di peringkat 17 untuk offensive rebound. Lebih buruk lagi, Indonesia hanya menempati peringkat 14 untuk rataan defensive rebound dengan 25,0 rebound per gim. Mereka hanya lebih baik dari Sri Lanka, Cina Taipei, Iraq, Jepang, dan Qatar.

Jika konsentrasi dan komunikasi untuk defensive rebound tak berjalan mulus, saya khawatir Arab Saudi bisa mengumpulkan 20 offensive rebound di satu dari dua gim lawan Indonesia. Perlu diingat juga, persentase offensive rebound adalah faktor pembawa kemenangan terbesar ketiga secara teori kemenangan basket.

Satu pemain Arab Saudi bernama Mohammed Alsuwailem menjadi andalan Arab Saudi untuk rebound. Ia jadi satu-satunya pemain Arab Saudi dengan rataan rebound dua digit. Alsuwailem sendiri menorehkan rerata dobel-dobel 11,6 dan 10,4 rebound per gim.

Selain memimpin rebound, catatan poin itu menempatkannya sebagai top skor kedua tim. Pemain 23 tahun ini juga memimpin pertahanan Arab Saudi dengan kemasan 2,9 blok per gim. Arab Saudi sendiri hanya memiliki rataan 5,0 blok per gim, ya leboh dari separuhnya datang dari Alsuwailem.

Top skor utama Arab Saudi adalah Khalid Abdel Gabar. Ia menorehkan rataan 16,0 poin, 5,9 rebound, dan 4,3 asis per gim. Tambahan 2,1 steal juga semakin menggambarkan betapa besarnya peran kedua pemain ini dalam lolosnya Arab Saudi ke Piala Asia 2021 Jakarta. Oh iya, keduanya juga jadi dua pemain yang bermain lebih dari 30 menit per gim di seluruh delapan gim Arab Saudi.

Berposisi sebagai garda, Abdel Gabar adalah sosok atletis dan cepat. Langkah pertamanya sering membuat lawan langsung tertinggal. Dua langkah kemudian, ia sudah terbang menuju ke ring dan tak terhentikan. Meski secara keseluruhan tripoinnya tak istimewa, akurasi 31,7 persen jika terus diberi ruang menembak bebas, bisa-bisa juga jadi percaya diri. Jika Abdel Gabar ada di posisi bebas, saran saya sebaiknya pemain Indonesia memberi sedikit gangguan.

Hanya ada satu pemain lagi yang menorehkan rataan dua digit poin, yakni Mohammed Almarwani. Namun, dengan usia 32 tahun dan postur yang sudah tak terlalu proposional, Almarwani di mata saya tak memiliki ancaman sebesar Alsuwailem. Almarwani memiliki rataan 10,3 poin dan 6,1 rebound.

Peluang Indonesia mencuri kemenangan atas Arab Saudi lebih besar ketimbang dua lawan lainnya. Namun, Indonesia harus benar-benar disiplin dalam bertahan dan agresif saat menyerang. Utamanya untuk slot satu pemain naturalisasi yang diperebutkan oleh Lester Prosper dan Marques Bolden.

Selayaknya serangan mereka, pertahanan Arab Saudi juga tak bisa dibilang istimewa. Duet Alsuwailem dan Almarwani sering kewalahan dengan gerakan-gerakan cepat garda lawan yang menerobos ke area kunci. Di samping itu, antisipasi mereka atas tripoin lawan juga masih 11-12 dengan Indonesia. 

Foto: FIBA

*Artikel ini pertama kali kami unggah pada 6 September 2021 dengan judul yang sama. 

Komentar