IBL

Malam itu menjadi malam menyenangkan bagi Insitut Teknologi Harapan Bangsa (ITHB) Bandung. Bukan main, setahun berselang sejak menjuarai Battle of Campus, tahun ini lagi-lagi gelar itu berlabuh di pangkuan mereka. Tim putra ITHB sukses menumbangkan Universitas Telkom dengan skor telak 84-52 di GOR Padjadjaran, Kota Bandung, Jawa Barat, Sabtu 19 November 2016.

Pada pertandingan itu, Muhammad Reza Fahdani Guntara menjadi mesin poin terbaik. Dirinya sukses merobek pertahanan lawan dan mencetak 23 poin dengan tambahan 8 rebound. Karena penampilan eksplosifnya, Reza berhak menjadi pemain terbaik pada gelaran akbar itu.

“Senang. Sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi,” ujar Reza tentang gelar pemain terbaiknya itu.

Tidak kalah penting, penampilan Yudha Saputera juga sempat memukau. Ia mencetak 22 poin, 8 rebound, 7 steal, 3 assist, dan 2 blok untuk ITHB. Sementara itu, Universitas Telkom bertumpu peran pada Bahaduri Azka Zuhair. Point guard satu ini bermain selama lebih dari 30 menit dan mencetak 10 poin, 5 assist, dan 3 steal. Akan tetapi, raihan itu ternyata tak membawa timnya juara.

The Arrows—sebutan ITHB—bermain apik sejak awal. Universitas Telkom tak sekali pun dapat menyusul raihan poin. Mereka banyak melakukan kesalahan. Tercatat ada 26 kali turn overyang membuat mereka kewalahan. Hal itu membuat skor menjadi timpang. Apalagi Sang Raja memang pandai memanfaatkan kesalahan-kesalahan dan mencuri bola. ITHBmampu mendulangsampai 25 poin dari sana. Hasil itu membuat Pelatih Ricky Gunawan puas.

“Secara keseluruhan cukup memuaskan,” tutur Ricky. “Terutama dari fakta tim ini banyak pemain freshmen (tahun pertama) karena terbentur aturan maksimal tiga pemain LIMA Nasional (yang boleh berpartisipasi dalam ajang Battle of Campus).”

Kendati begitu, Ricky menilai masih ada kekurangan dari tim asuhannya. Menurutnya, dari 10 pemain yang turun, belum semuanya memiliki pemahaman yang cukup tentang sistem pertahanan dan penyerangan. Akibatnya, rotasi pemain sedikit terhambat. Ditambah pekerjaan rumah lainnya seperti akurasi tembakan dan kondisi fisik.

Sama seperti lawannya, Universitas Telkom juga masih memiliki banyak pekerjaan rumah. Hal itu dituturkan pelatih mereka, Yudhistira Suparman. Baginya, baik sistem permainan maupun fisik mereka masih jauh di bawah ITHB. Belum lagi pengalaman juga turut mengambil bagian.

“Mereka (ITHB) sudah punya banyak pengalaman dari berbagai kejuaraan,” ujar Yudhistira. “Sementara tim ini sebenarnya rumah baru bagi saya. Belum lagi latihan tim yang belum sesuai harapan karena anak-anak harus menjalani ujian.”

Dengan begitu, ke depannya kedua tim ini tetap akan melakukan pembenahan. ITHB merasa harus bekerja lebih keras supaya tetap berada di puncak. Sementara itu, Universitas Telkom mesti mengejar mati-matian ketimpangan mereka. Di tahun-tahun berikutnya, mereka ingin menjadi kompetitor yang cukup pantas.

UPI Unjuk Kebolehan

Tim putri Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), di sisi lain, juga berhasil menuai hal serupa. Sukses membungkam Universitas Padjadjaran (Unpad) 60-48 di hari yang sama, mereka berhak menaiki podium tertinggi. UPI boleh pulang dengan rasa bangga.

Melengkapi kebanggaan, Masayu Rizka Risjanna rupanya membawa pulang gelar pemain terbaik. Pada pertandingan final saja ia mencetak 16 poin, 7 rebound, 5 steal, dan 4 asssist. Syafitri Ardani berada di urutan kedua dengan 15 poin. Sementara itu, Unpad bertumpu pada permainan individual Yehan Utari. Dirinya mencetak double-double 25 poin dan 15 rebound.

Kekompakan menjadi modal utama UPI meraih kemenangan. Menurut Pelatih Alen Rismayadi, mereka bisa saja kalah jika bermain tidak selaras meski dengan akurasi sebagus apapun. Hal itu terlihat ketika pertandingan baru berjalan satu kuarter.

“Di awal mereka gugup,” jelas Alen. “Sehingga skor sempat tertinggal. Untungnya anak-anak bisa bangkit di kuarter berikutnya, dan menyamakan kedudukan di kuarter kedua.”

Sampai peluit tanda akhir kuarter kedua berbunyi, skor memang menunjukkan kesamaan. UPI berhasil mengejar ketinggalan dengan kedudukan saat itu 22-22. Kuarter ketiga lalu menjadi momok menakutkan bagi Unpad. Keberuntungan semakin meninggalkan mereka.

“Memang fisik itu penting,” ujar pelatih Unpad, Irman Yusman. “Tapi ini ada salah saya juga. Saya sempat lupa dengan sistem yang mestinya dijalankan. Tadi sempat berpikir apa yang lupa, baru ingat di akhir-akhir.”

Demi menghentikan lawan menambah poin, Unpad akhir mengubah sistem pertahanan di medio kuarter akhir. Mereka mengubah zone defense ke bentuk yang dirasa baik. Irman menginstruksikan dua pemainnya untuk mengantisipasi tembakan tiga angka dan perimeter Selama pertandingan, lawan memang biasa mencoba peruntungannya di sana. Hasilnya, Unpad berhasil menambah angka dari serangan balik meski hasil akhir tidak sesuai. Pertandingan berhenti sebelum mereka sempat memimpin lagi. UPI unggul 60-48.

Hasil kedua pertandingan itu kemudian resmi menjadi penutup gelaran Battle of Campus 2016. Secara keseluruhan, CEO Yudha Prama Jati menilai gelaran ini sudah ada peningkatan. “Terutama animo penonton itu kelihatan bertambah dari tahun sebelumnya,” ujarnya.

Apalagi tahun ini dirasa banyak hal menjadi penarik perhatian masyarakat. Misalnya, di sela-sela pertandingan final putri dan putra, ada “perang” bintang-bintang basket Indonesia. Peserta dari kalangan mahasiswa rupanya berkolaborasi dengan pemain profesional dan selebritis, di antaranya ada: Mario Lawalata, Olivia Zalianty, Richard “Insane” Latunusa, Kelly Purwanto, Diftha Pratama, Galank Gunawan, dan tamu misterius Jarron Crump.

Ke depannya, Yudha berharap gelaran ini bisa lebih meriah. Rencananya ia ingin Battle of Campus ini terselenggara di kota lain. Tidak hanya itu, ia juga berharap ada banyak hal yang bisa diaplikasikan ke dalam acara untuk menarik banyak minat dan bakat. Untuk itu, Yudha menambahkan, perlu adanya partisipasi yang lebih banyak lagi dari berbagai elemen.

Sampai jumpa tahun depan!

Foto: Hari Purwanto

Komentar