IBL

Akhirnya ada berita gembira. Tim Papua Barat kena peringatan dan sanksi atas peristiwa kemarin.

Di antara corong-corong “Toa” yang mengumandangkan semangat sportivitas di arena, semangat sportivitas sesungguhnya ditunjukkan panitia. Memberi sanksi atas sebuah kesalahan adalah bagian penting dari semangat sportivitas, termasuk menerimanya (bagi yang mendapat sanksi).

Kabar tentang sanksi untuk tim Papua Barat muncul di portal detik.com tengah malam atau dini hari tadi (22 September).

"Hasil rapat ketiganya memutuskan bahwa tim Papua Barat mendapatkan sanksi dan denda. Menelaah bukti-bukti yang ada antara lain dari rekaman video dan mengacu pada buku pedoman teknis No. 24 poin C, ada lima poin yang dihasilkan dalam keputusan itu.

Pertama, pelatih Patrick Gosal mendapatkan peringatan keras untuk bersikap lebih beretika dan tak mengeluarkan kata-kata bernada provokasi, selama dan setelah laga usai. Kedua, sanksi larangan mendampingi tim sampai gelaran PON XIX/2016 selesai untuk ofisial tim, Aldo Rino Rumbrawer, karena melakukan pelemparan kursi yang mengakibatkan luka pada wasit.

Ketiga, sanksi serupa untuk ofisial tim, Roy Waramori, karena dinilai melakukan provokasi terhadap penonton dan bersikap tak sesuai etika pertandingan. Sementara poin keempat menyatakan bahwa tim Papua Barat dijatuhi denda 10 juta rupiah karena melakukan penganiayaan terhadap wasit.

Adapun poin kelima menekankan bahwa denda harus sudah diselesaikan tim Papua Barat sebelum laga berikutnya, yakni melawan tim Aceh, Kamis (22/9/2016) siang WIB. Apabila hal ini tak dipenuhi, maka tim Papua Barat akan dinyatakan didiskualifikasi dari PON XIX/2016.

Surat keputusan itu diteken oleh Ketua Panpel Drs. Ahmad Darojat, beserta sekretaris, perwakilan delegasi teknis, dan tiga anggota dewan hakim.


Penerapan dan penjatuhan sanksi menjadi penting agar semua pihak menaruh respek kepada pertandingan basket dan semua yang terlibat di dalamnya, termasuk penonton. Penegakan aturan juga berarti menjaga agar semakin kecil peluang bagi terulangnya kejadian serupa di masa mendatang. Penonton datang untuk menikmati sajian yang sportif, bukan aksi-aksi di luar aturan.

Foto: Hari Purwanto

Komentar