IBL

Saya sudah dua kali mewawancarai Kepala Pelatih SMAN 2 Lahat (Smandala) Susan Meisaroh. Kebetulan ia sukses membawa timnya menjadi juara Honda DBL South Sumatera Series 2019. Dalam dua kesempatan itu, ia selalu menyebut nama Tri Turnadi.

Tri adalah sosok penting di Smandala. Ia menjabat sebagai kepala sekolah. Dulu sempat menjadi seorang pelatih bola basket. Susan pernah berada di bawah bimbingannya.  

Menurut Susan, kesuksesan Smandala selama ini tidak lepas dari peran Tri. Seandainya tidak ada Kepala Sekolah, mungkin, tim bola basket putri mereka tidak akan berprestasi.

“Tanpa Kepala Sekolah, kami tidak akan ada di sini,” kata Susan dalam wawancara kedua kami selepas Smandala juara. “Beliau sudah sangat berjasa. Beliau yang mengurus kami. Kalau beliau tidak mengizinkan anak-anak bertanding, mereka tidak bisa juara. Anak-anak, kan, harus sekolah, tapi Kepala Sekolah memberi izin supaya mereka bisa berangkat ke Palembang.”

Susan juga mengatakan, sebagai kepala sekolah, Tri tidak segan terjun langsung demi anak-anaknya. Dalam tim bola basket putri Smandala, ia terdaftar sebagai manajer. Tri bertugas mengurus segala kebutuhan tim. Ia bahkan rela menjadi supir selama 5—6 jam untuk melakukan perjalanan dari Lahat ke Palembang.

Smandala memang membutuhkan upaya keras untuk mencapai kota penyelenggara Honda DBL South Sumatera Series 2019. Sekolah mereka berjarak sekitar 222 kilometer dari Palembang Sport and Convention Center. Tri menyetir selama itu agar anak-anaknya bisa berprestasi.

“Oh, kalau soal nyetirin anak-anak ke tempat lomba itu memang sudah biasa,” kata Tri seperti dikutip DBL.id. “Saya senang lakukan seperti itu untuk membuat anak-anak merasakan hal yang berbeda. Mereka jadi merasa benar-benar didukung oleh sekolah.”

Selepas juara, saya melihat Tri membaur dengan anak-anaknya. Medali telah dikalungkan di lehernya. Piala berada di pangkuannya sebentar, lalu berpindah dari tangan ke tangan. Smandala merayakan kemenangan dengan bahagia. Tri juga ikut bahagia. Ia tahu pengorbanannya tidak sia-sia.

Selama lima tahun masa kepemimpinan di sekolah, Tri memang berniat untuk memberikan yang terbaik. Ia memfokuskan sekolah untuk punya prestasi di bidang olahraga dan seni. Sebisa mungkin ia mengupayakan fasilitas penunjang untuk anak-anak didiknya. Sebab, itulah yang bisa mendorong mereka untuk maju.

Tri sendiri mengaku pernah merasakan langsung apa yang dirasa anak-anaknya. Apalagi mengingat ia punya latar sebagai pemain bola basket pada masa mudanya. Sebelum terjun ke bidang akademik, Tri adalah seorang atlet di Palembang.

Dengan latar belakang itu, tidak heran Tri mau terjun langsung demi anak-anaknya. Dan akan terus begitu sampai masa kepemimpinannya berakhir. Ia berharap Smandala terus mencetak prestasi. Seperti tiga tahun belakangan ini.

Komentar