IBL

SMAN 71 Jakarta tampil spartan dalam semifinal Honda DBL DKI Jakarta Series 2019 melawan SMA Kanisius Jakarta, Kamis, 24 Oktober 2019. Sempat tertinggal di paruh pertama dan bermasalah dengan banyaknya foul pemain-pemain kunci, SMAN 71 bisa membalik keadaan di paruh kedua. Secara perlahan mereka mengejar ketinggalan hingga unggul dan menutup gim dengan kemenangan 68-54.

Tiga pemain menjadi kunci comeback Spartan SMAN 71 ini. Ananta Dandy, Arivaldo Hafizh, dan Muhamad Hafizh. Dandy menjadi top skor tim dengan 18 poin dan 9 rebound. Arivaldo menyusul dengan 13 poin sementara Hafizh melengkapi daftar dengan 15 poin dan 4 rebound.

Nama yang terakhir disebut menurut saya layak mendapat apresiasi lebih di gim ini. Pasalnya, usai mendapatkan empat foul di dua kuarter pertama, Hafizh berhasil menjadi perubah angina permainan melalui dua kali steal yang ia lakukan di pertengahan kuarter empat. Hebatnya lagi, Hafizh pun berhasil lolos dari jeratan fouled out.

Hafizh yang tampak selalu sumringah dan energik saat bermain berhasil saya jumpai seusai gim. Masih dengan jersey yang basah kuyup dan sepatu Nike Kyrie 5 Squidward yang ia gunakan saat bertanding, Hafizh menjawab pertanyaan yang saya berikan dengan riang dan ramah.

Fizh! Hebat banget bisa ga fouled out!

Halo Bang! Iya nih Alhamdulillah banget bisa ga fouled out.

Cerita dong tentang pertandingan tadi? Intensitasnya seru ya?

Asli tadi sih awalnya udah sebal sendiri sama diri sendiri. Kuarter satu udah tiga kali foul, kuarter dua udah empat foul, udah jalan ke mana-mana pikiran. Tapi, pas halftime, pelatih mengingatkan kalau saya harus lebih tenang, tidak usah terus mengejar steal, dan fokus bermain untuk tim. Gua memang lebih diarahkan untuk membantu serangan tim dan Alhamdulillah Tuhan sepertinya ngasih jalan buat kita hari ini untuk masuk final.

Sebesar apa sih arti lolos ke final ini menurut kamu?

Ini besar banget sih Bang, apalagi tahun lalu kan gua ga bisa ikut DBL karena ikut kejurnas di Pontianak. Waktu dengar kabar tim saya kalah tahun lalu, gua sedih banget. Akhirnya, tahun ini target gua adalah bantu SMAN 71 lolos ke final dan Alhamdulillah tercapai.

Main basket dari kapan Fizh? Udah lama ya sepertinya?

Awal banget sih dari kelas delapan akhir-akhir Bang, sekarang gua kelas 12. Awalnya, gua pemain sepak bola dari SD sampai sebelum kenal basket itu. Dulu, gua sukanya nonton latihan basket sekolah sampai akhirnya diajak main sama teman-teman yang sudah latihan. Menariknya, pertama kali gua tanding basket, lawan gua itu sekolahnya Dandy (Ananta Dandy).

Lumayan baru juga ya sebenarnya. Bicara Dandy, apa pendapat lu tentang dia?

Ya lumayan baru memang. Wah, kalau Dandy sih dari SMP udah banyak yang bilang jago. Setelah saya lihat mainnya, dia emang jago dan sejak saat itu saya udah mikir,”Kapan nih gua bisa ngalahin dia?” Sekarang jadi rekan satu tim, gua lihat dia tiap hari dan gua harus akuin emang dia lebih jago sih. Mungkin juga karena dia mulai lebih dulu dari gua, tapi bisa dibilang motivasi gua buat jadi lebih baik sih dia.

Sekarang ngomongin SMAN 71 nih, apa sih kunci keberhasilan kalian tahun ini?

Ini tim ibaratnya udah kayak keluarga. Dari baik-baiknya seperti temenan terus, sampai sempat berantem, musuhan, sampai temenan lagi semuanya lengkap. Kita bahkan sempat berantem dengan pelatih, hampir ganti pelatih juga, sampai akhirnya balik lagi, semua sudah dilewati. Gua rasa hal itu yang membuat chemistry kita sekarang udah bagus banget dan terbuka satu sama lain untuk saran-saran jadi lebih baik di gim.

Lu mau jadi pemain profesional ga Fizh?

Mau sih, tapi inginnya main di luar negeri Bang. Mungkin, kalau nanti benar-benar sudah tidak bisa di luar negeri, saya baru main di Indonesia. Kalau jadi profesional sudah jadi mimpi gua sih Bang.

Udah pernah bicara tentang hal ini sama orang tua?

Udah pernah. Nyokap bilang,” Apa yang kamu mau, pasti mama turutin.” Dari situ, saya punya tanggung jawab buat ngasih yang terbaik buat orang tua dan rasanya menjadi pemain profesional apalagi di luar negeri bisa cukup membahagiakan orang tua.

Apa yag membuat lu bisa sampai ke mimpi itu?

Ya, pertama main basket kan buka-buka Youtube tuh, lihat-lihat video tentang basket dan hampir semuanya kan NBA. Gua mikir,” seru juga nih bisa main di NBA, ditonton banyak orang, lapangan sebesar itu.” Dari sana, mimpi gua langsung jadi orang Indonesia pertama yang bisa main di sana.

Aamiin, terima kasih atas waktunya Fizh. Good luck buat final!

Sama-sama Bang! Terima kasih.

Foto: Mohamad Taufiq Hidayatullah

 

 

Komentar