IBL

Saya hampir melewatkan pertandingan final Mainbasket 3x3 Indonesia Competition di Malang. Untungnya, pertandingan masih berlanjut. Ada sisa menit untuk dinikmati.

Dalam beberapa menit itu, saya menyaksikan salah satu pemain SMKN 5 Malang beraksi. Namanya Ariel Wibianto Teguh. Ia menarik mata. Entah kenapa. Tanpa alasan. Sampai akhirnya ia mendapat penghargaan Most Valuable Player (MVP).

Wibi—sapaan akrabnya—menarik mata karena bermain bagus. Setidaknya dari yang lain. Buktinya, ia mendapat gelar MVP.

SMKN 5 Malang juga juara. Wibi berhasil mengantarkan timnya mengalahkan SMKN 1 Grati. Mereka menang dengan skor 8-3 di GOR Bimasakti, Malang, Jumat 20 September 2019.

Saya sempat berbincang-bincang dengan Wibi. Kami membicarakan tentang kiprahnya dalam dunia bola basket selama ini. Perbincangan kami melebar sampai ke rencana masa depannya ketika kuliah nanti.   

Coba komentari dulu pertandingan finalmu itu!

Buat pertandingan final, puji Tuhan dikasih menang. Bersyukur tidak ada yang cedera dari awal sampai akhir. Akhirnya, setelah sekian lama, kami bisa juara juga. Senang jadi juara.

Kamu sudah kelas berapa memang?

Sudah kelas 12.

Ini terakhir, dong. Juara terakhirmu di Mainbasket 3x3. Ini cocok buat jadi hadiah perpisahan?

Ya, bisa karena Mainbasket 3x3 juga ada di DBL. DBL itu turnamen (pelajar) terbesar di Indonesia. Jadi, sangat senang. Dapat juara satu, dapat MVP.

Kamu sudah berapa kali ikut turnamen 3x3?

Baru main 3x3 waktu ada Kickfest di Rampal. Aku ikut Mainbasket 3x3 di sana. Terus, ikut lagi di sini. Ini yang kedua.

Susah tidak, sih?

Lumayan, 3x3 itu fokusnya lebih tinggi. Waktunya sedikit, mepet. Di saat itu saya harus tahan emosi dan harus bermain sebagai tim. Segalanya dilakukan dalam waktu singkat.

Sempat kesulitan tidak saat adaptasi regulasi 3x3? Kamu, kan, baru main juga.

Tentu saja ada. Ketika main 5-lawan-5, saya bermain selama empat kuarter. Kalau kuarter satu-dua kami kalah, kami masih bisa kejar di kuarer tiga-empat. Ayo, masih semangat. Kuarter tiga-empat pasti bisa.

Ketika main 3x3, waktunya cuma tujuh menit. Itu sedikit.

Final 10 menit.

Iya, di final kami main 10 menit. Kalau sebelumnya cuma tujuh menit. Kalau kami tidak fokus dari awal, kami akan tertinggal jauh. Harus fokus terus.

Kalian menang karena modal fokus?

Iya, yang pertama memang itu, fokus. Yang kedua, kami sering latihan bareng di sekolah. Latihan khusus 3x3. Sampai akhirnya Tuhan memberikan apa yang kami mau.

Bisa jadi MVP kenapa?

Hmm, bagaimana ya? Bisa MVP karena teman. Teman selalu support. Orang tua juga selalu support. Jadi, ya, saya bisa dapat MVP.

Sudah lama main basket?

Main basket dari kelas enam SD. Cuma baru fokus waktu kelas delapan SMP.

Kelas delapan berarti kelas dua SMP. Sudah lama juga. Apa yang bikin kamu tertarik buat main basket?

Dulu main basket karena cewek yang nonton cantik-cantik. Siapa tahu ada yang dapat.

Loh, sekarang sudah dapat berapa?

Belum, hahaha.

Hahaha, kok bisa belum dapat? Kurang keren mainnya.

Mungkin belum dipertemukan. Tahun depan kali, ya.

Atau besok?

Hahaha.

Oke, balik ke basket, apa yang bikin kamu ketagihan? Awalnya karena cewek, tapi belum dapat, kok masih lanjut sampai sekarang? Sampai akhirnya jadi juara dan MVP.

Ada satu turnamen yang bikin saya bertahan sama basket. Waktu itu kami baru ikut turnamen, tapi kalah di awal. Kami termotivasi saja.

Turnamen apa?

Polinema. Ikut turnamen langsung kalah. Di grup tidak menang. Kami jadi ingin bangkit. Bagaimana pun caranya, kami harus lebih baik dari sebelumnya. Kami latihan terus dan berkomitmen untuk menang. Dan, hasilnya begini.

Persaingan di Mainbasket 3x3 seperti apa?

Persaingannya tinggi juga. Karena kami dari 16 besar, baru main satu gim, kami menang, musuh selanjutnya sama berat. Mungkin karena kami fokus, punya tujuan yang sama, akhirnya kami menang di akhir.

Lawan apa yang paling berat?

Kemarin. Kami semifinal ketemu (SMAN 1) Gondanglegi. Pertama main, kami kalah 5-0. Terus, kami bangkit dan menang 7-6.

Setelah ini mau apa lagi? Sudah mau lulus.

Setelah ini mempersiapkan turnamen selanjutnya. Kami harus mempersiapkan diri untuk itu. Sebelum lulus masih ada beberapa turnamen lagi sepertinya. Supaya bisa menang seperti ini.

Nanti kuliah juga masih mau basket. Latihan terus.

Sempat ikut DBL?

Ikut tahun lalu.

Tahun ini kenapa tidak ikut?

Soalnya pemainnya kurang. Jadi, kami punya 12 pemain, tapi tahunnya (usianya) sudah lewat. Mereka tidak bisa ikut DBL. Kami mengikuti aturan.

Begitu kami tidak bisa main 5-lawan-5, kami ikut 3x3 saja.

Seperti apa perasaanmu ketika tahu tidak bisa ikut DBL? Ini tahun terakhir.

Yang pertama tentu saja kecewa. Cuma mau bagaimana lagi? Kalau kami tidak bisa ikut, ya sudah. Kami punya kesempatan di 3x3, maka kami fokus di situ. Ini semacam pelampiasan. Kami tidak bisa ikut turnamen satu, kami lampiaskan di turnamen lain. Kami maksimalkan.

Terbayar rasa kecewa itu ketika jadi juara 3x3?

Terbayar. Dapat MVP lagi.

Omong-omong, nonton liga profesional juga?

IBL? ABL? Nonton.

Sebagai orang yang suka nonton bola basket, menurutmu seperti apa liga kita?

Bola basket Indonesia saya lihat semakin maju. CLS (Knights Indonesia) saja kemarin sempat gagal pada tahun pertaman. Begitu ikut tahun kedua, mereka berhasil jadi juara. Itu suatu kemajuan. Indonesia tampak maju.

Kamu tertarik buat jadi pemain profesional?

Tertarik, cuma Mama belum menginzinkan.

Tapi, beliau mengizinkan kamu buat main basket?

Mengizinkan.

Pernah dilarang?

Tidak ada. Diizinkan. Cuma pernah saya ingin kuliah sambil basket, tapi Mama ingin saya nanti fokus sama pendidikan. Mama bilang, kalau sambil basket, kuliah pasti molor. Nah, tugas saya saat ini meyakinkan Mama kalau saya bisa berprestasi lewat basket. Bisa sambil.

Kamu student-athlete, mesti membagi waktu antara belajar dan basket. Sempat kesulitan?

Tidak, soalnya saya selalu berusaha mengikut pelajaran di sekolah. Begitu sampai rumah, diulang pelajarannya, cepat bisa. Setelah belajar, bisa main basket. Aman.

Oke kalau gitu, mudah-mudahan berhasil meyakinkan Mama begitu nanti kuliah. Selamat juga sudah dapat juara dan MVP. Thanks, Wib.

Iya, sama-sama. Terima kasih.

Foto: Ahmad Nur Aziz/DBL Indonesia

Komentar