IBL

Meningkatnya popularitas Didi Kempot beberapa waktu belakangan membuat istilah-istilah berbau kegalauan anak muda merebak. Berawal dari sekadar konten di YouTube, ia kemudian tampil di beberapa acara televisi nasional sebagai bintang tamu. Dengan aksen jawa yang khas, Didi sukses membuat penonton haru-biru, larut dalam kesedihan perjalanan cinta yang tertulis di lirik lagunya.

Penyanyi keroncong asal Surakarta itu bahkan punya julukan baru, yaitu The Godfather of Broken Heart. Para pengikutnya melabeli diri sebagai Sad Boys dan Sad Girls. Julukan itu kemudian lekat dengan penggemar setia lagu berlirik ratapan kesedihan khas “Lord” Didi. Senandung berjudul “Cidro”, “Banyu Langit”, dan “Sewu Kutho” pun kembali populer meski diproduksi di tahun 1990-an.

Terkait dengan judul dan pengantar di artikel ini, apakah Converse merilis sepatu bertema Didi Kempot? Atau sebuah sepatu yang ditujukan bagi para Sad Boys –para penggemarnya?

Tentu saja bukan.

Sad Boys yang dimaksud sebuah grup rap asal Swedia yang jadi kolaborator Converse. Ketiga personil memakai nama panggung dengan awalan “Yung” sebagai ikon identitas: Yung Lean selaku pendiri, Yung Sherman, dan Yung Gud. Sebagai pendiri sekaligus pentolan, musisi bernama asli Jonatan Leandoer Hastad itu mendapat sorotan paling banyak.

Meski demikian, ada kesamaan Didi Kempot dengan Sad Boys dari Swedia. Keduanya menghadirkan lirik lagu berbau kesedihan meski beda genre. Lebih dari itu, Yung Lean menghadirkan isu kesehatan mental yang acap diabaikan masyarakat.

Topik itu terbilang jarang diangkat oleh musisi area Eropa Utara. Oleh karenanya, ia telah dilabeli sebagai musisi yang unik dan berbeda. Penampilannya juga menegaskan julikan itu. Gayanya yang beraliran Hippies membuatnya digandrungi anak muda Eropa. Maka dari itu, ia kemudian mendirikan sebuah lini busana bernama Sad Boys Gear. Penampilannya yang cenderung warna-warni membuatnya jadi ikon kultur tandingan aliran hype di Swedia. Rambut berwarna terang, sepatu lari ala chunky sneakers, dan baju yang tidak lazim dipakai lelaki. Saat pertama kali mengenalnya, ingatan saya langsung tertuju pada sosok Tyler, The Creator yang juga kolaborator Converse dengan nama Odd Future.

Converse x Sad Boys sudah berkolaborasi pada 2018 dan 2019. Kali ini, Yung Lean memilih One Star sebagai kanvas. Ia kemudian memodifikasi tampilan sepatu basket klasik itu dengan detail yang terinspirasi dari apa yang ia lihat di rumahnya. Bagian atas berupa kain kanvas diberi warna hitam dengan corak perak yang terinspirasi dari salju di Swedia saat terpapar lampu kendaraan. Logo tulisan Sad Boys Gear ada di bagian tumit. Sol bening dipilih guna menampilkan logo grafis trio tersebut di dalamnya.

Guna melengkapinya, Converse juga merilis pernak-pernik lain. Mereka membuat sebuah kaos dengan tema senada juga tas punggung kecil dengan ornamen seperti logam. Seluruh koleksi ini dijual melalui situs Sad Boys Gear dan Converse per 29 Agustus 2019.

Gaya bermusik Yung Lean cocok bagi Anda yang jengah dengan tren musik hip-hop ala Amerika Serikat yang tengah populer. Ia kerap menggunakan isu penyakit mental dan kecemasan yang dialami anak muda sebagai inspirasi liriknya. Majalah musik XXL memasukkannya dalam daftar 15 musisi Eropa terbaik yang layak disimak pada 2014. Ia melahirkan genre rap baru bernama Cloud Rap dengan ciri khas nada yang seakan "mengambang" di antara notasi-notasi dasar. Keunikan inilah yang jadi ciri khas Yung Lean hingga ia jadi kolaborator merek besar dunia sekaliber Converse.

Foto: Converse

Komentar