IBL

Honda DBL Central Java Series 2019 – South Region telah memasuki babak delapan besar (big eight). Persaingan pun semakin ketat demi memperebutkan dua tempat utama (putra dan putri) yang nantinya akan diadu dengan dua tim terbaik dari Honda DBL Central Java Series 2019 – North Region. Pada hari Kamis, 29 Agustus 2019, ada empat gim yang tersaji di Sritex Arena, Solo, Jawa Tengah.

Semua gim berlangsung dengan seru dan intensitas tinggi. Namun, ada satu gim yang terlihat sangat spesial yakni gim putri antara SMAN 3 Surakarta berhadapan dengan SMAN 1 Purworejo. Gim ini diwarnai aksi comeback dari SMAN 1 Purworejo yang tertinggal sepanjang tiga kuarter awal. Sekolah yang kerap disebut Smansa ini lantas bangkit di kuarter akhir dengan mencetak 10 poin untuk menutup gim dengan kemenangan 16-12.

Rasa senang bercampur haru langsung menyelimuti SMAN 1 Purworejo. Pasalnya, jarak sekolah mereka yang cukup jauh dari Sritex Arena membuat mereka tak banyak mendapatkan dukungan penonton yang hadir. Berbanding terbalik dengan Smaga (julukan SMAN 3 Surakarta) yang didukung penuh oleh penggemarnya. Namun, satu hal lain yang patut diacungi jempol adalah para pendukung Smaga tetap memberi apresiasi untuk Smansa dan tim mereka sendiri meski gagal membawa kemenangan.

Usai gim, kami mendapatkan kesempatan berbincang dengan Kepala Pelatih Smansa, Andi Firmansyah. Masih lengkap dengan kemeja berdasi yang ia gunakan di lapangan plus tas ransel yang ia bawa, Andi menjelaskan kepada kami berartinya kemenangan ini untuk mereka.

Halo Mas Andi, sebelumnya saya ucapkan selamat atas kemenangannya. Pertandingan yang cukup seru ya?

Halo Mas, iya Alhamdulillah bisa menang, pertandingannya juga seru. Tapi jujur, saya masih sulit menyangka bahwa tim saya bisa menang hari ini. Baru saja di ruang ganti saya bilang ke anak-anak,”Ini beneran ga? Beneran kita bisa menang?

Kenapa sih kok bisa tidak percaya seperti itu? Memangnya tim Mas Andi kenapa?

Bukan masalah tim saya sih mas. Tim saya ini sudah cukup bagus menurut saya. Mereka mau berlatih keras tiap hari dan mendengarkan masukkan dari pelatihnya. Yang membuat saya tidak percaya itu ya mentalitas.

Memangnya ada masalah apa dengan mentalitas mas?

Kami ini dari desa mas, dari jauh dan tempat yang kecil. Saya berkaca dari tim putra yang saya tangani juga. Datang dan bermain di sini, ketemu supporter sebanyak ini, lapangan sebagus ini, kami kaget, kami nervous. Okelah di luar lapangan kita yakin kita bisa, sampai locker room kita masih teriak kita bisa, tapi begitu di lapangan dengan kondisi seperti ini, mental anak-anak kalah. Jangankan anak-anak yang masih muda, saya yang udah segini aja masih merinding bisa lihat seperti ini mas. Aku ini wong ndeso (saya ini orang desa), kemenangan ini jadi sulit saya percaya mas.

Tapi, waktu mengikuti Honda DBL 2019 ini, Mas Andi pasang target?

Saya sih selalu punya target mas. Namun jujur, saya awalnya pasang target lebih tinggi di tim putra tapi ternyata hasilnya berkata lain. Saya bersyukur kami bisa menang, ini berarti banyak buat kami. Sekali lagi, saya tak pernah ragu dengan pemain saya, tapi menghadapi situasi luar biasa di sini yang tidak pernah kami temui di Purworejo, saya akui kami semua cukup nervous.

Memangnya basket di Purworejo seperti apa sih mas?

Sebenarnya kalau bicara antusias, Purworejo juga cukup besar sih mas. Saya rasa Mainbasket harus berkunjung ke sana untuk lihat langsung perkembangan di sana. Pembinaan juga udah berkembang mas, anak-anak SD gitu sudah mulai berlatih. Bahkan, saya dan teman-teman bikin klub untuk anak-anak SD juga peminatnya sudah banyak. Tapi kalau kemasan event kan jelas jauh mas dari kota-kota besar.

Aamin, Menurut Mas Andi, permasalahannya di mana?

Tentunya dana sih mas. Kami bikin event di Purworejo dapat modal maksimalnya cuma Rp. 20 juta. Itu kami sudah mendatangkan Augie (Fantinus) dan Jarron (Crump). Itu dana maksimal yang bisa kami kumpulkan mas di sana. Dan tentu saja, level meriahnya jauh, tidak ada yang seperti ini di Purworejo mas.

Terakhir, apa harapan Mas Andi untuk dunia basket baik di Purowrejo, Jawa Tengah, atau mungkin Indonesia?

Saya sebenarnya punya banyak harapan mas, terlalu banyak kalau dijelaskan.

Yang paling atas di daftar aja mas

Gini deh, saya punya dua harapan untuk DBL dan Mainbasket. Buat DBL, ini kan program development (pengembangan) ya, semoga ke depannya DBL bisa menjangkau lebih dalam. Antusiasmenya saya yakin pasti sama tingginya, cuma tidak ada penggeraknya mas. Kalau untuk Mainbasket sama sih, semoga bisa menjangkau lebih dalam lagi supaya basket di daerah juga semakin terangkat dan semangat untuk berprestasi.

Aamin lagi mas, terima kasih atas waktunya.

Sama- sama mas.

Foto: Siwi Danawarih

 

Komentar