IBL

Saya masih ingat betapa senangnya Tyreke Jewell ketika ia mendapat gelar pemain terbaik di IBL All-Star 2017. Ada senyum merekah di wajahnya. Apalagi saat itu, pemain yang sempat membela Satria Muda Pertamina Jakarta tersebut juga menyabet gelar juara kontes menombok. Rasanya gelaran itu cukup meriah meski tentu masih ada kurangnya.

Pada 2019 ini, saya senang, IBL akan kembali menggelar All-Star. Gelaran itu akan berlangsung pada 13 Januari nanti di Sritex Arena, Solo. Saya tentu menantikannya—sangat. Sebab, saya ingin melihat “Tyreke Jewell” lainnya beraksi di zona perang para bintang. Sebuah acara main-main, tapi penuh keseruan dan gengsi. Karena yang tampil adalah bintang-bintang lapangan, bukan mereka yang duduk di bangku penonton ketika timnya sedang bermain.

Kendati demikian, tidak seperti gelaran sebelumnya, animo IBL All-Star kali ini rasanya tidak sebesar tahun-tahun lalu. Padahal IBL sudah berusaha menggaungkan acara tersebut lewat media yang mereka punya, seperti Twitter maupun Instagram. Kebetulan IBL tidak tertarik mengangkat wacana ini di situs resmi mereka: iblindonesia.com. Mereka hanya mengajak para pengikut setianya (kalau memang ada) untuk memilih calon bintang pada 21-31 Desember 2018 lewat dua media sosial tadi.

Di Twitter, misalnya, IBL mengajak pengikutnya memilih pemain melalui dua cuitan. Itu pun tampaknya dipromosikan dengan cara salin-tempel karena keduanya berisi pesan yang sama. Saya merasa miris melihat itu meski berusaha untuk terus berpikir positif: mungkin admin sedang libur Natal dan tahun baru yang tidak bisa diganggu gugat. Bagaimanapun, ketika sedang liburan, orang kadang lupa mengunggah sesuatu, bahkan yang penting sekalipun.  

Sementara itu, di Instagram, IBL berusaha tampil lebih baik meski tetap dalam mode senyap. Mereka mengunggah tiga konten promosi yang mengajak para pengikutnya untuk memilih pemain lewat aplikasi My Pertamina dengan iming-iming tiket gratis dan 30 ponsel pintar android. Belum lagi mereka juga mengunggah Insta Story beberapa pemain, yang mengajak para pengikut untuk memilihnya masuk ke tim All-Star, supaya lebih menarik perhatian.

Untuk memilih pemain favorit pun caranya cukup mudah. Para penggemar IBL tinggal mengunduh aplikasi My Pertamina; buat akun di aplikasi tersebut; isi data diri dan tetek bengek lainnya; istirahat sebentar jika merasa lelah; ambil minum dan teguklah; kemudian, jika sudah siap, pilih pemain yang diingikan sesuka hati. Kebetulan semua pemain bisa dipilih tanpa terkecuali. Tidak seperti tahun lalu, IBL kini mau bersusah payah memberi kesempatan kepada semua pemain untuk tampil di ajang All-Star. Liga basket tersohor se-Indonesia itu bahkan sampai meminta para ruki yang tidak pernah bermain sekalipun di sepanjang 2018 muncul di video promosi. Pemain-pemain seperti—seingat saya—Gustav Leopold (Bogor Siliwangi), Dio Freedo (NSH Jakarta), dan Faried Brata (Bima Perkasa Yogyakarta) yang berada di bawah radar pun sempat muncul untuk mengajak para pengikut memilih mereka. Padahal saya yakin mereka lebih membutuhkan menit bermain di tim masing-masing ketimbang menjadi All-Star.

Selain itu, saya juga sempat melihat hal unik ketika sengaja membuka Insta Story video ajakan memilih pemain All-Star, yang kebetulan sudah seperti titik-titik marka gunting di kemasan sabun mandi. Saat itu, saya melihat Henry Lakay, forwarda Satya Wacana Salatiga yang tengah cedera dan belum tampil sama sekali musim ini, untuk ikut tampil mengajak para penggemar memilihnya di IBL All-Star. Pertanyaannya: bagaimana Lakay akan tampil dengan kondisi cedera andai terpilih nanti? IBL mungkin akan berpikir sekeras mereka mempromosikan All-Star untuk membuat pemain Satya Wacana itu bisa tampil. Sebab, mereka sudah susah payah meminta Lakay untuk membuat video ajakan seperti itu. Tidak mungkin IBL membiarkannya duduk-duduk di pinggir lapangan ketika ia terpilih sebagai All-Star kelak.

Sampai sini, saya pun jadi semakin yakin kalau IBL benar-benar serius menggelar All-Star pada 13 Januari nanti. Keseriusan mereka bahkan tampak dari caranya mempromosikan aplikasi My Pertamina. Mereka meminta para penggemar IBL untuk mengunduh aplikasi itu supaya bisa memilih pemain favorit mereka yang akan tampil di All-Star. IBL juga meminta pemain-pemainnya untuk mengajak para penggemar mengunduh aplikasi itu lewat video di Insta Story tadi sambil mempromosikan diri mereka. Pada titik itulah para pemain tampil seperti promotor aplikasi sekaligus calon bintang. Sementara itu, IBL sendiri ibarat peribahasa: sekali dayung, dua-tiga pulau terlampaui. Sekali promosi, calon bintang mengajak penggemar mengunduh aplikasi sekaligus memilih pemain favorit masing-masing.

Dengan cara promosi sesenyap itu pula, IBL semakin menegaskan tajuk All-Star tahun ini semewah kata-katanya. Lewat kalimat “Battle of Supernova”, All-Star nanti disinyalir akan menjadi pertarungan bintang-bintang besar. Maka, tidak heran jika mereka meminta para pemain yang tidak tampil sekalipun di 2018-2019 ini untuk mempromosikan diri mereka. Toh, siapa tahu mereka yang belum sempat tampil, terutama ruki yang membutuhkan menit bermain, ternyata adalah bintang-bintang terpendam. Bakat-bakat mereka belum akan terendus sebelum mengikuti IBL All-Star. Oleh karena itu, marilah kita bersuka cita menyambut supernova terbesar yang pernah ada. Jangan sungkan meski promosinya sepi. Sebab, Sritex Arena akan penuh nanti. Setidaknya, IBL akan mengumumkan tiket mereka terjual habis seperti yang lalu-lalu. Meski kadang kenyataannya tidak sesuai dengan harapan.

Foto: Hariyanto

Komentar