IBL

Daniel Wenas, garda Pelita Jaya Basketball Club, kini tidak lagi melanjutkan kerja sama dengan klub yang membesarkan namanya belakangan ini. Setelah menjadi juara pada 2017 lalu, Daniel gagal mempersembahkan gelar yang sama musim lalu. Pelita Jaya pun berencana menambah pemain baru untuk menguatkan skuat mereka agar mendapat gelar lainnya. Akibatnya, Daniel merasa kesempatannya di tim itu tidaklah sebesar dulu.

Kini, Daniel sedang dalam masa pencarian. Sudah ada beberapa klub yang menawarkannya, tetapi ia masih menimbang-nimbang. Ia perlu memikirkan dulu, klub mana yang cocok untuknya. Apalagi ia juga target lain yang ingin ia sasar.

Mainbasket lantas mewawancarai Daniel tentang isu kepindahannya tersebut. Kami membicarakan latar belakang yang membuatnya memutuskan itu sampai klub apa yang tertarik padanya. Kepada Mainbasket, Daniel menjelaskan semuanya.  

Simak wawancara berikut:

Saya dengar Daniel tidak melanjutkan kontrak dengan Pelita Jaya? Itu benar?

Kalau saya, sih, memutuskan untuk tidak memperpanjang kontrak dengan PJ.

Alasannya kenapa?

Sebenarnya PJ menawarkan (kontrak baru), cuma saya belum kasih jawaban ke mereka. Terus hari apa ya...minggu lalu, saya memutuskan untuk tidak memperpanjang kontrak dengan mereka. Karena saya ingin mencari tantangan baru.

Tantangan baru?

Pertama itu, yang kedua...ya itu saja, sih.

Tapi Daniel akan tetap main di IBL musim depan?

Masih, masih.

Target klub selanjutnya apa?

Target klubnya, sebenarnya ada beberapa klub yang menawarkan.

Apa saja?

Harus disebut dong? Pokoknya ada tiga yang menawarkan.

Dari salah tiga itu ada klub yang menarik?

Dari tiga itu ya tertarik, sih.

Dengar-dengar ada klub dari Bandung yang menawarkan?

Dari Bandung satu, dari Jakarta dua.

Daniel belum memutuskan mau main di mana?

Belum, belum. Saya masih menimbang-nimbang.

Apa pertimbangannya?

Kemarin, kan, saya di PJ itu seperti berada di zona nyaman. Saya merasa kalau saya perlu perubahan yang dapat memotivasi saya sampai ke target yang berikutnya.

Apa targetnya?

Targetnya masuk timnas secara reguler. Tidak cuma sekali-sekali seperti kemarin saja.

Menurut Daniel timnas yang sekarang ini, di Asian Games kemarin, seperti apa?

Performanya? Mereka, kan, memang 12 pemain terbaik Indonesia saat itu. Para pemain terbaik itu masalah siap-tidak siap, bukan masalah jago-tidak jago atau skill, tapi kebutuhan pelatih juga. Kalau yang paling siap, dia yang terpilih. Kebetulan saya akhir musim lalu ada cedera segala macam. Saya dirasa belum siap. Jadi, saya harus mempersiapkan diri lebih baik lagi.   

Dengan pindah tim apakah Daniel akan sesukses di Pelita Jaya?

Menurutmu saya sukses tidak, sih, di Pelita Jaya?

Kalau dinilai dari gelar juara, sukses dong?

Tahun lalu saya sukses tidak?

Kalau dari gelar juara tidak dong?

Kalau soal minute play?

Kenapa dengan minute play? Kurang? Coba jelaskan, Niel!

Ya itu jadi alasan salah satunya juga, karena Pelita Jaya juga berencana mendatangkan beberapa pemain baru lagi. Berarti prospeknya tidak sebesar waktu Pelita Jaya jadi juara meski saya masih diprospek jadi starting five. Kemarin sebelum saya memutuskan untuk tidak lagi sama Pelita Jaya, saya juga masih diperhatikan sebagai starting five, tapi porsi saya rasa saya akan mendapat porsi lebih banyak kalau pindah ke tim yang tepat.

Jadi, intinya Daniel memandang karir di Pelita Jaya seperti apa, sih?

Kalau pencapaian target, jujur saja saya puas. Waktu itu target pindah ke Pelita Jaya adalah ingin juara. Saya pindah ke Pelita Jaya ingin bantu mereka jadi juara, Pelita Jaya juga bantu saya untuk jadi juara. Itu, kan, sudah tercapai, tapi target saya ingin menjadi pemain nasional secara reguler tidak tercapai.

Selain basket, Daniel juga sibuk di luar. Kemarin jadi presenter di salah satu stasiun televisi. Kok bisa?

Itu sebenarnya cuma diajak sekali, dua kali. Waktu itu diajak siaran Sabtu dan Minggu saja, eh akhirnya mereka tertarik (melanjutkan). Waktu itu saya tanya juga, “Kalau saya ada pertandingan bagaimana?” Mereka bilang kalau jadwal bisa menyesuaikan. Ya, sudah, saya jadi lanjut asal tidak mengganggu jadwal latihan dan pertandingan.

Daniel akan melanjutkan karir sebagai presenter?

Belum tentu juga.

Tapi tertarik?

Kalau tertarik, sih, karena itu memang tidak jauh dari dunia saya—saya suka olahraga, saya suka sepak bola, suka segala macam olahraga—jadi seperti ngobrol sama teman-teman saja membawakannya.

Nanti kalau pindah tim akan tetap jadi presenter?

Tergantung nanti bagaimana (kesepakatan) dengan klub barunya. Kalau memang klubnya mengizinkan, saya jalani. Kalau klub baru tidak mengizinkan, saya harus berhenti. Harus ada prioritas.

Sampai kapan memang mau main basket?

Selama passion saya masih ada, saya akan tetap main. Saya belum tahu itu dua tahun, empat tahun, enam tahun, atau kapan. Selama ini passion saya masih ada. Saya masih senang main basket. Saya masih ingin berkompetisi. Saya masih punya target untuk jadi pemain nasional. Oke, mungkin sudah disebut pemain nasional. Sudah pernah main di tim nasional. Tapi saya ingin menjadi pemain tim nasional reguler yang setiap ada kompetisi saya bisa main di situ.    

Sekarang saya ingin tanya, bagusan mana saya di Garuda dan Pelita Jaya?

Di Garuda Daniel punya menit bermain lebih banyak, di Pelita Jaya tampak lebih dewasa. Lalu apa hubungannya sama obrolan ini?

Nah, di klub baru nanti saya ingin menyatukan pengalaman saya di Garuda dengan kedewasaan saya saat bermain dengan Pelita Jaya. Saya, sih, berharap bisa menggabungkan itu. Saya bisa membawa satu tim itu menjadi salah satu tim yang, ibaratnya, liga ini tidak hanya dua tim itu saja yang ke final. Mengerti tidak, sih, maksud saya?

Oke. O, ya, pertanyaan tambahan, Daniel sekarang pacaran sama Mikha (Tambayong). Kehadiran dia berpengaruh pada karir Daniel tidak?

Dia itu orangnya kritis. Jadi, kalau saya habis main atau segala macam, dia lebih sering memberi tahu—mengajak evaluasi. Sebenarnya cuma bilang, “Kamu tadi mainnya gini, kurangnya gini,” tapi dia serius dengan omongannya itu. Kritik dia membangun walaupun dia orang awam yang kurang paham basket. Ya, tapi saya menerima krirtik dari segala macam orang.

Termasuk haters?

Kalau itu sudah biasa. Kamu juga pernah bikin artikel tentang saya. Itu, kan, tidak akan pernah ada habisnya. Saya bermain bukan untuk membuktikan kepada para haters lagi. Saya bermain untuk orang-orang yang saya sayangi. Saya bermain untuk keluarga, untuk prestasi saya sendiri. Saya bermain bukan untuk membuktikan lagi. Kalau dulu memang sempat begitu, “Lihat nih, saya bisa main seperti ini,” tapi semakin saya membuktikan, mereka tidak berhenti membenci saya. Berarti, kan, apa yang saya lakukan akan selalu salah. Tidak ada gunanya membuktikan. Saya rasa orang yang mengerti basket akan pahamlah.

Foto: Hari Purwanto, Ariya Kurniawan (@timnasbasket), dok. pribadi Daniel Wenas

Komentar