IBL

Seperti yang sudah diprediksi jauh-jauh hari, CLS Knight Surabaya akan mengatasi Satya Wacana Salatiga di ronde pertama babak Playoff IBL 2016. Banyak penggemar IBL bahkan meramalkan, melihat komposisi playoff saat ini, CLS Knights akan meluncur mulus dan keluar sebagai juara.

CLS Knights menang atas Satya Wacana 62-52. Kemenangan yang sudah terprediksi. Namun melihat bagaimana CLS Knights meraih kemenangan tersebut, muncul sebuah kekhawatiran lama. Mungkinkah tim Surabaya ini kembali terganjal oleh masalah lamanya? Masalah mental bermain.

"Puas karena menang, tidak puas karena performanya," komentar Wahyu Widayat Jati alias Coach Cacing, kepala pelatih CLS Knights seusai laga. "Ini tidak seperti (penampilan) kami di Surabaya (Seri 6)."

Kemenangan CLS Knights melawan Satya Wacana di Playoff memang bukan kemenangan mudah. Padahal, di musim reguler, Satya Wacana babak belur melawan CLS Knights.

Datang sebagai debutan dan hanya punya 1+ kesempatan bermain, Satya Wacana tampil lepas. Mereka bahkan unggul di kuarter pertama.

CLS Knights baru berhasil menjaga jarak cukup signifikan di akhir kuarter kedua, 36-28. Selisih 8 poin di akhir kuarter ini sedikit di atas rata-rata keunggulan CLS Knights tas Satya Wacana seusai kuarter kedua di musim reguler yaitu 7,66 poin.

Satya Wacana di playoff ternyata lebih batu daripada di musim reguler. CLS Knights tak punya momen santai. Firman Dwi Nugroho dan Respati Ragil Pamungkas terus merongrong. Kemenangan dengan selisih 10 poin di akhir laga sangat di bawah rata-rata musim reguler. Di musim reguler, CLS Knights rata-rata menang dengan selisih 16,66 poin.

"Problem playoff. Kita tidak bisa bohong. Rasa percaya diri antara pemain Jakarta dan pemain daerah tidak sama. Pemain-pemain Jakarta sudah biasa hadapi tekanan. Pemain daerah, masih setengah-setengah," terang Coach Cacing tentang timnya.

Coach Cacing memang sedang tidak berbicara tentang Satya Wacana yang memang bukan tim Jakarta. Ia lebih menyoroti kesiapan percaya diri para pemainnya. Kalaupun Satya Wacana mampu memberikan perlawanan yang tidak biasa, itu masalah lain.

"Walau lawannya Satya Wacana, ini kan masalah hidup atau mati. Di reguler, kalau kalah, masih ada pertandingan besok. Di playoff berbeda."

Coach Cacing lebih lanjut menyoroti kesiapan timnya. Khususnya masalah percaya diri (confidence).

"Mereka belum percaya diri. Kalau game plan sih sudah jalan. Tapi pada saat main, lihat sajalah. Dari bahasa tubuhnya kita bisa lihat. Apalagi kalau tekanan semakin tinggi."

Mengubah atau membangun percaya diri sebuah tim bukanlah pekerjaan mudah. Boleh jadi, inilah tantangan terbesar Coach Cacing dalam menangani CLS Knights. Walaupun ini adalah kelemahan CLS Knights, Coach Cacing optimis ada jalan keluarnya.

"Obatnya ada. Masalah CLS Knights itu adalah kulturnya. Tim daerah itu berbeda dengan tim Jakarta. Kadang bagus, kadang melorot (drop). Anak Jakarta itu, mau bagus atau jelek, mereka konsisten. Mereka percaya diri. Di daerah, lihat saja dari cara mereka masuk lapangan dan pemanasan."

"(M. Isman) Thoyib, Mario (Wuysang) dan Jamarr (Johnson) memang membawa perubahan. Lihat saja kami tahun lalu bagaimana dan tahun ini bagaimana. Tetapi kan mereka (CLS Knights) sudah hidup seperti ini bertahun-tahun. Saya baru masuk satu-dua tahun. Saya bukan tukang sulap yang bisa mengubah kultur dalam sekejap."

"CLS Knights juga punya Sandy (Febiyansyakh) dan (Rachmad) Febri yang pernah main dan seleksi tim nasional. Tapi berapa lama sih mereka di sana? Bandingkan lagi dengan lamanya mereka main basket di daerah. Tim ini butuh dua sampai tiga tahun untuk stabil. Stabil dalam arti cara bermain dan pola pikir. Setelah itu, level mereka akan naik."

Di semifinal, CLS Knights akan menghadapi Satria Muda Pertamina Jakarta. Satria Muda lolos setelah mengalahkan Garuda Bandung, tim yang mengalahkan mereka 2-1 di musim reguler. Di musim reguler, CLS Knights mengalahkan Satria Muda 3-0.

Satria Muda adalah juara bertahan (dari NBL Indonesia). Di babak playoff, mereka bermain di Britama Arena, rumah mereka sendiri. Meskipun berada di posisi empat klasemen akhir musim reguler, Satria Muda populer dengan kekuatan tersembunyi yang kerap "dilihat" oleh lawan-lawan mereka: mental juara.

Dan yang terpenting, mengutip kata-kata Coach Cacing sendiri, Satria Muda adalah "Tim Jakarta"!

Komentar