IBL

Saya rutin mampir ke instagram. Saya berusaha membaca setiap komentar yang masuk. Komentar sekasar apapun saya biarkan. Termasuk yang tertuju kepada @mainbasket.

Tetapi saya langsung blok semua yang berkomentar gak nyambung yang berisi undangan untuk mampir ke warung online mereka. Buat saya, mereka tidak respek terhadap obrolan atau diskusi yang tengah berlangsung di kolom komentar @mainbasket.

Pernah ada yang meminta maaf dan berjanji tidak akan melakukannya lagi. Saya unblock.

Lalu ada pula yang tag foto-foto mereka saat bermain basket, bergaya, baca majalah Mainbasket, dan lain-lain. Ini semua juga saya lihat. Tak lupa saya kasih “Like” (mohon maaf kalau ada yang terlewat, hahahaaa) dan juga komentar.

Terbaru, untuk mengapresiasi ini, di mainbasket.com saya membuat menu khusus #AkuMainbasket. Foto-foto siapapun yang menautkan #AkuMainbasket atau tag @akumainbasket ke setiap unggahan instagram mereka, maka foto tersebut otomatis akan muncul di mainbasket.com/#AkuMainbasket.

Masalahnya, saya mulai kebingungan. Mereka yang jualan online mulai sadar ini dan menautkan #AkuMainbasket juga di setiap unggahan atau barang dagangan mereka. Hahahaaa. Harus cari solusinya deh.

Nah, belakangan, saya kerap mendapat mention dari beberapa akun follower @mainbasket. Maksudnya adalah undangan untuk melihat atau menyaksikan unggahan tertentu di instagram orang.

Sayangnya, beberapa tautan belakangan ini memprihatinkan. Sangat memprihatinkan!

Isinya adalah video-video kekerasan di IBL. Entah dilakukan dengan sengaja atau tidak. Entahlah.

Video pertama adalah ketika pemain Stadium Jakarta Bayu Anggara menginjak kaki pemain Hangtuah Sumsel Mei Joni dalam sebuah transisi defense.

Menyusul video kedua, pemain Satria Muda Pertamina Jakarta Arki Dikania Wisnu yang kelihatannya seperti mendapat sikutan dari pemain Hangtuah Fadlan Minallah.

Beberapa waktu kemudian, muncul lagi video Arki yang terkena tangan pemain Pelita Jaya EMP Jakarta Ponsianus Nyoman Indrawan alias Komink. Arki juga mengunggah kondisinya setelah insiden tersebut.

Setelah insiden-insiden di video tersebut, saya mendapat kabar bahwa Fadlan kemudian mendapat sanksi dari IBL. Dua kali larangan bermain dan denda jutaan rupiah (awalnya 20 juta, tetapi Fadlan dan Hangtuah naik banding dan mendapat pengurangan sanksi).

Komink juga akhirnya kena denda. Menurut manajer Pelita Jaya Ronald Simanjuntak, Komink (atau Pelita Jaya) harus membayar denda lima juta rupiah. Tidak ada larangan bermain seperti Fadlan.

Saya tidak dengar kabar tentang Bayu atau Stadium. Apakah mereka kena sanksi atau tidak. Saya belum cari tahu. Tetapi yang jelas,

Ini semua harus dihentikan!

Ada dua hal yang harus dihentikan. Pertama, permainan kasarnya, kedua, kegiatan mengunggah video-video seperti itu.

Permainan kasar sulit dihindari. Secara, ini olahraga kontak fisik dan ada aturan-aturan yang membatasi mana kontak fisik yang masih diperkenankan dan mana yang ilegal. Setiap pemain saya rasa sudah pada paham.

Untuk bagian yang kedua, ini tak kalah penting. Berhentilah mengunggah video-video itu!

Berikut beberapa alasan kenapa semua pihak harus berhenti mengunggah video-video kekerasan tersebut.

Undangan kepada tim lain untuk melakukan hal yang sama.

Ini sudah terjadi. Beberapa menit sebelum saya menulis ini, saya cek instagram. Ada mention dari Fadlan Minallah. Ia mengunggah video dirinya yang kena sikut center Satria Muda Rony Gunawan. Fadlan menjelaskan kenapa ia melakukan itu dan cukup masuk akal. Bila pihak Satria Muda bisa melakukan itu (mengunggah video) maka tim-tim lain pun bisa melakukan hal serupa. Tidak terbayang jika semua tim berlomba-lomba mengeluh telah dizalimi oleh lawannya masing-masing. Malas juga lihat video-video seperti itu.

Mengekspos kelemahan wasit.

Kelemahan wasit diumbar. Wasit seolah abai dengan kejadian-kejadian di lapangan. Padahal, walau kadang wasit memang tidak awas, mereka lebih banyak melakukan pekerjaannya dengan cukup baik. Dibanding melakukan bad call atau miss call.

Citra liga jadi jelek.

Apa yang diharapkan dari video-video semacam itu? Mau mengatakan bahwa IBL setara UFC? Menepuk air di dulang, terpercik muka sendiri! Bila ingin membenahi kekurangan-kekurangan ini, bicarakan di dalam. Bikin aturan dan sanksi. Pakai reward (penghargaan) bila perlu. Seperti Sportsmanship Award atau sejenisnya.

Reputasi pemain jadi buruk. Belum tentu dia melakukannya dengan sengaja.

Saya kenal Komink. Tak pernah terlintas di benak saya kalau Komink melakukan apa yang ia lakukan ke Arki dengan sengaja. Walau bukan tidak mungkin Komink khilaf dan memanfaatkan reputasinya untuk sesekali berbuat curang. Apa yang terjadi di video tersebut sangat bisa diperdebatkan. Pun halnya Fadlan Minallah.

Pendidikan yang buruk.

Di era di mana banyak anak-anak yang malas berpikir dan membaca, bukan tidak mungkin melihat video itu membuat mereka bergumam, “IBL saja begini, berarti kita pun boleh.” Amit-amit!

Bisa membuat liga jadi tidak obyektif dalam membuat keputusan.

Saya jadi bertanya-tanya, adakah sanksi-sanksi kepada Komink dan Fadlan dipicu karena video provokatif itu? Atau karena IBL memang konsisten menyaksikan semua rekaman laga dan menemukan bahwa Komink dan Fadlan memang melakukan kesalahan dan pantas dikenai sanksi. Saya tidak tahu. Oleh karena itulah saya rasa IBL perlu mengumumkan setiap sanksi yang mereka keluarkan. Karena dengan begitu, para penggemar IBL tahu apa yang terjadi.

IMG_2120

Harapan saya, IBL segera membuat aturan yang melarang kegiatan-kegiatan mengunggah kalimat, video, maupun gambar yang mengundang kontroversi.

Jika terjadi insiden-insiden yang butuh perhatian khusus sampai harus dikeluarkan sanksi dan denda, bicarakan di rapat dewan komisaris. Temukan solusinya. Jika ada sanksi atau denda, umumkan.

 

 

 

Komentar