IBL

Sulit memungkiri Superman sebagai pahlawan super yang lemah. Dari namanya saja jelas sudah terpampang: ia manusia yang istimewa. Kemampuannya bukan hanya terbang, tetapi juga mampu mengangkat apa pun yang mestinya terlalu berat untuk diangkat manusia. Belum lagi laser (heat vision) dari matanya bisa mencairkan segala benda yang ingin ia cairkan. Namun, karena ada Kryptonite, Superman menjadi pahlawan super yang ambivalen: kuat dan lemah sekaligus.

Kryptonite merupakan sebuah zat dari planet asal Superman, Krypton, yang menjadi kelemahan pahlawan super tersebut. Dalam komik-komik atau film-film Superman, Kryptonite biasanya muncul dalam bentuk batu berwarna hijau, meski sebenarnya ada berbagai warna pada jenis batu itu. Jika seseorang membawakan Kryptonite ke depan Superman, ia yang tadinya kuat bisa tiba-tiba seperti sakit. Kryptonite bak kanker dalam tubuh seseorang.

Dengan menggunakan analogi Superman dan Kryptonite, saya melihat Jimmy Bulter, forwarda Philadelphia 76ers bisa saja menjelma sebagai salah satunya. Ia bisa menjadi Superman atau malah Kryptonite untuk tim barunya. Ia tipe pemain yang menguatkan atau justru biang kerok di timnya. Ada kemungkinan-kemungkinan yang boleh jadi membuatnya menjadi begitu.

Kembali ke Final Sejak 2001

Philadelphia 76ers terakhir kali bermain di final NBA pada 2001, ketika Allen Iverson masih bermain untuk mereka. Setelah itu, klub asal Philadelphia tersebut tidak lagi bisa tampil di final karena berbagai hal. Mereka bahkan sempat turun pamor karena gagal ke playoff selama lima musim beruntun pada 2012-2017.

Musim lalu, Sixers akhirnya bisa kembali ke playoff. Mereka kalah dari Boston Celtics di semifinal wilayah. Joel Embiid dan Ben Simmons, 2 dari 10 besar pemain terbaik di NBA, belum mampu membawa timnya sampai ke final. Maka, pada titik ini, kedatangan Jimmy Butler pun seperti sebuah harapan. Dengan kebintangannya di atas kertas, Butler bisa menambah daya Sixers sebagai pesaing ketat di Wilayah Timur, terutama dalam menghadapi klub sekelas Boston Celtics dan Toronto Raptors.

Dalam 10 pertandingan di 2018-2019, Butler mencetak rata-rata 21,3 poin (peringkat 23 di NBA) dengan tambahan 5,2 poin, 4,3 asis, 2,4 asis, dan 1,0 blok. Dengan rekor poin itu pula, Butler akan menjadi pencetak poin terbanyak kedua di Sixers, di bawah Embiid yang mencetak rata-rata 28,2 poin dalam 15 pertandingan. Kemampuan Butler mencetak angka, dikombinasikan dengan ganasnya Embiid di bawah ring, bisa menjadi modal mereka untuk ke final musim ini. Iverson sendiri tampak sangat tertarik dengan kedatangan pemain baru itu. Butler, di sisi lain, bahkan melihat Sixers sebagai tim juara yang potensial.

“Saya mesti mencintai tempat di mana saya bermain dan memiliki peluang besar untuk memenangkan kejuaraan,” katanya ketika dikenalkan pertama kali sebagai seorang Sixers pada Selasa, 13 November 2018 waktu setempat, seperti dikutip NBA.com dari AP.

Daya Gedor Saat Menyerang dan Bertahan

Sixers memiliki persentase serangan yang tinggi pada 2017-2018 (108,3), tetapi turun musim ini ke angka 106,6. Ada penurunan sekitar 2,6 poin dalam 100 penguasaan bola karena mereka melakukan lebih banyak kesalahan yang berbuah serangan balik (turnover). Sixers berada di peringkat 25 dengan rata-rata 15,6 turnover per 100 penguasaan bola. Itu berarti klub asuhan Brett Brown menjadi tim nomor enam di liga yang banyak melakukan kesalahan.

Selain itu, sekarang Sixers juga tidak punya pemain bertipikal penembak di timnya setelah Ersan Ilyasova dan Marco Belinelli hengkang—kecuali J.J. Redick. Duo garda mereka, Ben Simmons dan Merkelle Fultz, malah tidak bisa menembak. Joel Embiid sejauh ini lebih sering menusuk ke arah ring daripada menembak jarak jauh. Akibatnya, area serangan mereka menjadi sempit. Sixers hanya memasukkan 33,6 persen tripoin (peringkat 21) saat ini. Mereka mengalami penurunan akurasi dari musim lalu yang mencapai 36,9 persen (peringkat 10).

Sebelum ini, Sixers mengandalkan Dario Saric dan Robert Covington untuk menembak, di samping Redick yang—tentu saja—kerjaannya menembak. Namun, kedua pemain itu ternyata tidak lebih baik dari Butler. Forwarda anyar Sixers itu secara statistik berarti lebih berguna dalam hal menembak, terutama di waktu-waktu krusial. Butler bisa menjadi opsi target untuk melepaskan tembakan di saat-saat itu.  

Sementara itu, ketika bertahan, Sixers juga mengalami penurunan peringkat. Musim lalu, mereka berakhir di peringkat tiga dalam daftar tim bertahan terbaik, tetapi kini mereka hanya bertengger di peringkat 10.

Jika dulu Sixers mengandalkan Covington sebagai defender terbaik mereka di segala area, sekarang mereka bisa mengandalkan Butler sebagai pengganti. Sang Forwarda terkenal cukup kuat di dua sisi, baik saat menyerang maupun bertahan, dengan rata-rata 1,5 steal per pertandingan selama karirnya. Musim ini, Butler pun mencetak rekor 2,4 steal. Kemungkinan dengan itu ia bisa membuat tim menjadi dinamis. Manajer Umum Elton Brand pun tampaknya setuju.

“Dengan Joel, Ben dan Jimmy, kami memiliki tim yang kuat dan dinamis,” ujar Brand.  

Tipe Pemain Keras

Bukan rahasia umum lagi kalau Butler dan rekan-rekannya di Minnesota Timberwolves memiliki hubungan yang buruk meski mereka tampak berkali-kali menampiknya. Namun, drama pertukaran Butler tidak akan terjadi jika tidak ada masalah. Peribahasa mengatakan, tidak ada asap jika tidak ada api.

Selama bermain untuk Timberwolves, Butler sempat mengeluhkan etos kerja rekan-rekannya seperti Karl-Anthony Towns dan Andrew Wiggins. Meski memiliki kemampuan potensial sebagai seorang bintang, kedua pemain itu dicap kurang keras ketika bermain maupun berlatih, sementara Butler justru terlampau keras. Butler bahkan mengatakan akan terus bekerja keras dari yang lain.

“Saya akan mengatakan ini sekarang. Saya bukan pemain paling bertalenta. Saya bukan penembak terbaik. Saya bukan yang tercepat, juga bukan yang pelompat tertinggi,” ujar Butler. “Saya pikir saya hanya bermain keras. Saya bangun pagi-pagi sebelum orang lain bangun, berlatih lebih lama daripada yang lain karena saya ingin melakukan apa pun yang diminta tim, untuk membantu memenangkan sebanyak mungkin pertandingan.”

Kendati demikian, menurut salah satu sumber Bleacher Report yang tidak disebutkan namanya, saking kerasnya Butler kepada dirinya sendiri, ia juga keras kepada orang lain.

“Ia benar-benar orang yang sulit diajak bermain. Ia sangat penuntut, sangat keras kepada rekan-rekannya,” kata sumber yang merupakan pencari bakat itu.

Jika Butler sempat mengeluhkan etos kerja para pemain muda Timberwolves, kemungkinan ia juga bisa mengeluhkan etos kerja para pemain muda Sixers. Bagaimanapun, Timberwolves dan Sixers sama-sama dihuni banyak pemain muda yang potensial, tetapi tidak punya cukup pengalaman. Butler bisa saja bermasalah dengan, misalnya, Ben Simmons yang beberapa kali diragukan etos kerjanya.

Di musim perdananya, ketika Simmons akhirnya absen satu musim karena cedera, media-media luar negeri sempat menyorot etos kerja Sang Pemain yang kurang baik. Di musim panas ini, ketika Simmons dirumorkan kencan dengan Kendall Jenner, ia malah liburan bersama selebritas itu daripada memperbaiki tembakannya yang kacau. Jika Butler nantinya mengeluhkan hal itu, sementara Simmons tidak terima didikte, ada kemungkinan ruang ganti menjadi panas seperti apa yang terjadi di Minnesota. Kemungkinan-kemungkinan sebelum ini, seperti harapan kembali ke final dan memperbaiki daya gedor, pun akan terasa percuma kalau Sixers tidak punya hubungan antarteman yang erat. Sixers hanya akan menjadi Timberwolves selanjutnya dan Butler akan kembali dicap sebagai kanker daripada panasea.

Kendati begitu, Butler menegaskan dirinya menyukai rekan-rekannya. Ia percaya ada lebih banyak orang yang menyukainya daripada menyebutnya sebagai rekan yang buruk.

“Saya tidak berpikir ada terlalu banyak dari mereka yang akan memberi tahu Anda bahwa saya adalah rekan tim yang buruk. Orang-orang hanya mengatakan apa pun yang ingin mereka katakan. Memang seperti itu, tetapi saya pikir saya adalah manusia dan rekan tim yang luar biasa, dan saya akan menunjukkannya kepada orang-orang yang ada di sini.”

Sementara itu Manajer Umum Elton Brand mengatakan, dirinya mengumpulkan informasi dari beberapa bekas rekan setim Butler dan mendapat informasi positif terhadapnya. Itu menjadi salah satu alasan mereka menukar Saric dan Covington plus Jerryd Bayless demi seorang Butler. Ia percaya Butler bisa mengatasi masalah itu sehingga timnya bisa melangkah lebih jauh. Namun, jika pada akhirnya yang terjadi justru sebaliknya, Butler akan tampak seperti Kryptonite daripada Superman.

Butler akan segera membuktikannya sendiri. Ia dikabarkan akan melakoni pertandingan perdananya bersama Sixers ketika tim itu menghadapi Orlando Magic besok. 

Foto: NBA

Komentar