IBL

Musim 2017-2018, ASEAN Basketball League (ABL) semakin semarak seiring bergabungnya empat tim baru, Formosa Dreamers, Mono Vampire Thailand, Chong Son Kung Fu, dan CLS Knights Indonesia. Kehadiran empat tim baru tersebut membuat ABL secara keseluruhan diikuti oleh sembilan tim. Jumlah tersebut merupakan jumlah peserta terbanyak ABL sejak liga resmi bergulir pada 2009 lalu.

Dengan jumlah baru yang lebih banyak, format liga juga berubah. ABL yang biasanya hanya menempatkan empat tim di playoff, musim lalu merubahnya menjadi enam tim yang berhak lolos ke playoff. Dengan catatan, dua tim teratas klasemen akhir langsung melaju ke semifinal sementara empat tim sisanya bertarung terlebih dulu di perempat final.

Dalam prosesnya, Formosa Dreamers dipastikan lebih dulu gagal lolos ke playoff usai hanya memenagi satu dari 19 laga mereka. Tiga tim, Saigon Heat, Wesports Malaysia Dragons, dan CLS Knights Indonesia menjadi tiga tim yang bersaing ketat memperebutkan playoff. Di akhir musim, Heat menjadi tim yang lolos meninggalkan dua tim lainnya.

Jelang musim baru, Dragons dan CLS tentu tak ingin hal serupa terulang. Kedua tim membangun skuat dengan target utama tentu menjadi juara. Namun, target realistis dan tercepat mereka adalah melaju ke babak playoff. Sebagai tambahan, kedua tim total memenangi lima dari 20 laga yang mereka lakoni.

Langkah pertama Dragons dan CLS untuk membuat musim baru mereka lebih baik adalah mengganti kepala pelatih mereka. Dragons yang musim lalu dilatih oleh Chris Thomas memutuskan untuk menggantinya dengan pelatih asal Australia, Adam James Pearlman. Pelatih yang akrab disapa Jamie ini memiliki sederet prestasi bagus di Australia dan Selandia Baru.

Musim lalu, ia berhasil membawa Nelson Giants, tim peserta National Basketball League Selandia Baru lolos ke semifinal. Padahal, dua musim sebelumnya Giants adalah tim papan bawah yang hanya memenangi empat dari 18 laga mereka. Prestasi ini membawanya meraih gelar individu, Coach of The Year.

Dilansir laman resmi Dragons, Jamie berujar bahwa ia adalah tipikal pelatih yang fokus pada pertahanan dan percaya bahwa hal itu akan membawa gelar juara kepada tim yang sejak musim pertama selalu berlaga di ABL ini.

Setali tiga uang, CLS juga melakukan pergantian kepala pelatih dengan mengangkat Brian Rowsom.  Namun, Kepala Pelatih CLS musim lalu, Koko Heru Setyo Nugroho masih akan berada dalam tim. Pria yang akrab disapa Koko ini akan berperan sebagai asisten pelatih bersama Ricky Dwi Tauri.

Dari susunan pemain, CLS merombak total deretan pemain asing mereka plus menambah dua pemain keturunan. Dua pemain tersebut adalah Brandon Jawato dan Wong Wei Long. Brandon bukanlah nama asing di telinga pecinta basket Indonesia. Ia adalah mantan pemain Pelita Jaya yang pernah berduel dengan CLS di partai final IBL musim 2015-2016.

Wong juga pemain dengan portofolio mentereng. Selain membela tim nasional Singapura, Wong juga memiliki pengalaman delapan musim di ABL bersama Singapore Slingers. Wong yang bermain di posisi garda ini terkenal dengan akurasi tripoinnya yang cukup bagus yang juga cukup banyak membantunya meraih dua kali gelar MVP ABL kategori pemain lokal pada 2014 dan 2016.

Dari tiga pemain asing baru CLS, hanya nama Maxie Esho yang tercatat sudah memiliki pengalaman di ABL. Musim lalu, Esho adalah bagian penting dari lolosnya Heat ke babak playoff bersama dengan Akeem Scott. Esho yang baru masuk di pertengahan musim mencatatkan rataan 27,0 poin per gim. Meski memiliki tinggi 206 sentimeter, Esho cukup terampil dalam melantun bola dan memiliki kemampuan menyerang dari jarak dekat ataupun jauh (tripoin).

Montay Brandon dan Stephen Hurt adalah dua pemain asing lainnya milik CLS. Dalam cuplikan-cuplikan laga kedua pemain yang tersebar di internet, keduanya adalah tipikal pemain yang mengandalkan kekuatan dan atletisme tubuh dalam bermain. Montay musim lalu bermain di liga Jepang dan telihat cukup fasih serta kuat melakukan tusukan-tusukan dari area sayap.

Stephen adalah pemain selanjutnya dan berposisi sebagai senter. Musim lalu, dengan aturan dua pemain asing, CLS menempatkan Brian Williams di posisi ini. Brian dan Stephen berbeda cukup jauh dari cara bermain. Brian adalah tipikal pemain yang tidak cukup terampil melakukan permainan pos (post play) dan lebih banyak menyerang dari jarak menengah hingga jauh. Sementara Stephen, dari cuplikan-cuplikannya justru sangat terampil di area dekat ring. Postur dan kekuatan tubuhnya membuat ia tidak ragu melakukan post play baik di area pendek (low) ataupun tinggi (high).

Selain deretan pemain baru tersebut, CLS masih mempertahankan seluruh pemain lokal mereka. Jelang musim baru ini, CLS juga sempat melakoni turnamen uji coba di Malaysia dan Yogyakarta. Dari kedua turnamen tersebut, para pemain lokal CLS menunjukkan peningkatan permainan dan fisik yang luar biasa. Rasanya, optimisme untuk lolos ke playoff adalah hal yang wajar bagi CLS.

Dari kubu Dragons, nama Chris Eversley masih ada di daftar pemain terbaru mereka. Musim depan adalah kali ketiga bagi Chris memperkuat Dragons. Musim lalu, ia datang terlambat saat Dragons hanya menyisakkan tujuh laga terakhir. Pun begitu, Chris tetap bermain luar biasa dengan menorehkan rataan 28,1 poin, 9,7 rebound, dan 1,7 asis per laga. Sebelumnya, ia juga pernah membela Dragons di ABL musim 2014.

Selain Chris, dua nama lainnya adalah Sundiata Gaines dan Nnanna Egwu. Gaines memiliki perjalanan karir yang tak bisa dianggap remeh. Ia tercatat tiga musim bermain di NBA setelah melanglang buana di NBA D-League (kini GLeague). Kurun 2009-2012, Gaines tercatat bermain sebanyak 113 kali di mana 12 di antaranya menjadi starter bersama empat tim, Utah Jazz, Minnesota Timberwolves, Toronto Raptors, dan New Jersey Nets.

Setali tiga uang, Egwu juga cukup malang melintang di Amerika Serikat, terutama di NCAA dan GLeague. Membela University of Illinois selama empat tahun, Egwu menorehkan catatan 6,5 poin, 5,9 rebound, dan 1,b blok per laga. Setelahnya, ia tidak terpilih di NBA Draft 2015 dan menghabiskan beberapa waktu di  GLeague.

Pemain berusia 26 tahun ini lantas berkelana ke Australia dan membuat pamor dirinya sebagai seorang pemain senter bertahan yang cukup baik di sana. Terakhir, September lalu ia masih sempat berlaga bersama Brisbane Bullets di NBL Australia sebelum memutuskan untuk merapat ke Dragons.

Foto: Yoga Prakasita, Nets Daily

 

 

Komentar