IBL

Tidak ada peribahasa paling tepat untuk menggambarkan nasib Dejounte Murray dan San Antonio Spurs selain: untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak.

Minggu, 7 Oktober 2018 waktu setempat, menjadi malam mengerikan bagi Murray. Ia baru saja menerima operan dari LaMarcus Alridge di area pertahanannya, lalu melantun bola ke arah ring lawan di kuarter dua. Ia bebas—hampir tanpa penjagaan sebenarnya—sampai James Harden mengadangnya di area perimeter.

Murray lantas menambah kecepatan lajunya; berusaha menembus Harden dengan kemampuannya; melangkah satu-dua ke arah kanan dan melakukan lompatan yang tampak agak canggung. Ia lalu menjatuhkan diri—bukan karena sengaja, tetapi lebih seperti tidak kuat menahan tubuhnya sendiri. Sejurus itu, ketika tubuhnya tergeletak tepat di bawah ring, Murray memegangi lutut kanannya sambil mengerang kesakitan.

Staf medik menghampirinya; hampir membawa kursi roda untuk membantu mengeluarkannya, sebenarnya, tetapi mereka urung melakukannya karena Murray menolak. Garda muda Spurs itu merasa dirinya bisa berjalan sendiri untuk mendapat perawatan lebih lanjut walau harus tertatih-tatih.

Murray keluar; ia cedera, dan momen itu mengubah segalanya—setidaknya bakal mengubah rencana Spurs musim depan (2018-2019).

Bagaimanapun, cedera anterior cruciate ligament (ACL) yang dialami Murray bukanlah cedera ringan. Seperti dilaporkan Spurs pada Senin, 8 Oktober 2018 waktu setempat, garda mereka itu harus menepi sampai waktu yang tidak ditentukan. Boleh jadi ia bahkan harus absen selama satu musim. Setidaknya, itulah yang biasanya terjadi pada penderita ACL.

“Saya kira ia absen semusim,” kata Kepala Pelatih Gregg Popovich, seperti dikutip NBA.com, yang semakin menegaskan itu.

Pengumuman itu tentu mengecewakan, terutama untuk Spurs dan para penggemarnya. Tanpa Sang Pemain, mereka berarti kehilangan garda utama andalannya. Padahal mereka sedang membangun tim ini dengan Murray sebagai salah satu poros mudanya.  

Sebelum kejadian ini, terutama ketika memasuki kamp latihan, Spurs sangat berharap kepada Murray. Mereka berharap Sang Pemain menjadi suksesor Tony Parker sebagai garda utama tim sedang membangun ulang kekuatannya. Apalagi mereka juga baru ditinggal para bintang, seperti Kawhi Leonard yang ditukar ke Toronto Raptors dan Manu Ginobili yang pensiun.   

Sebagaimana tim yang sedang membangun ulang kekuatannya, Spurs membutuhkan pemain muda yang bisa menjadi pemimpin di lapangan. Pop sebenarnya ingin mengandalkan Murray musim depan. Sang Pemain juga telah menunjukkan kualitasnya selama dua musim terakhir ini.

Musim lalu saja, misalnya, Murray berhasil bermain di 81 pertandingan musim reguler dan menjadi starter sebanyak 48 kali. Saat itu ia mencetak rata-rata 8,1 poin, 5,7 rebound, 2,9 asis, dan 1,2 steal—tidak mewah memang, tetapi cukup menawan hati Pop untuk memainkannya lebih sering sebagai starter. Apalagi Murray juga memiliki kemampuan bertahan yang baik. Ia berhasil menembus jajaran pemain bertahan kedua terbaik (NBA All-Defensive Second Team 2018) sebagai pemain termuda yang pernah melakukannya.

Karena itulah mereka sangat membutuhkan Murray. Perkembangannya dibutuhkan untuk membawa Spurs kembali ke playoff musim depan. Namun, seperti peribahasa di awal tulisan: untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak.  

Kini, seperti juga dikatakan Pop, mau tidak mau hidup memang harus berjalan—dengan atau tanpa Murray sekalipun. Apalagi selama ini Sang Pelatih juga bukan tipe pelatih yang suka mengandalkan satu orang. Spurs terbentuk sebagai tim kuat selama dua dekade karena mengandalkan kerja sama tim.

“Kita jalani saja,” kata Pop sambil berdiri di sudut bangunan fasilitas latihan Spurs di San Antonio sesaat setelah diagnosis Murray dirilis. “Dia (Murray) akan absen. Ini cedera yang mengecewakan untuknya, juga timnya. Akan tetapi, hidup terus berjalan. Semua orang akan melakukan yang terbaik meski tanpa dia.”

Sementara Murray harus menepi, Pop berarti akan memilih penggantinya. Ia sedikitnya memiliki dua opsi pengganti: Patty Mills dan Derrick White.

(Ruki Lonnie Walker IV sebenarnya juga bermain di posisi garda utama, tetapi ia mengalami cedera meniskus dan harus absen beberapa minggu.)

Mills merupakan pemain veteran. Ia sudah berada di Spurs sejak 2012. Ia bahkan sempat juara pada 2014 dan menjadi satu-satunya pemain bergelar juara yang tersisa, terutama setelah kepindahan Parker ke Charlotte Hornets dan pensiunnya Ginobili musim panas ini.

Di sisi lain, White juga mendapatkan kepercayaan Pop. Ia berhasil memberikan impresi yang cukup kepada pelatih supaya dimainkan lebih banyak dari musim lalu.

“Kami mempercayai Derrick,” ujar Pop. “Dia melakukan pekerjaan yang baik untuk kami dan dia berkembang dengan cepat, seperti Dejounte. Entah Dejounte sehat atau tidak, Derrick tetap bermain.”

Dengan pernyataan itu, kesempatan White untuk tampil lebih sering terbuka lebar. Padahal musim lalu ia hanya tampil sebanyak 17 kali dan mencetak rata-rata 3,2 poin, 1,5 rebound, 0,5 asis, dan 0,2 steal per pertandingan. Namun, semuanya bisa berubah dalam semusim, terutama setelah Pop melihat perkembangannya di kamp latihan.

Kendati demikian, jika melihat pada pengalamannya, agaknya Mills adalah opsi paling mungkin bagi Pop. Jika memang ia ingin mencari pengganti Murray dalam waktu dekat, pengalaman Mills akan lebih berguna bagi Spurs daripada pemain tanpa pengalaman seperti White.

White bisa bermain dari bangku cadangan selagi Mills membantu Spurs melewati masa sulitnya. Apalagi selama tiga musim terakhir ini, Mills mampu menjaga performanya. Ia bisa bermain (hampir) semusim penuh tanpa cedera dan menghasilkan poin yang cukup berkontribusi. Musim lalu, misalnya, ia bermain di 82 pertandingan dan mencetak rata-rata 10 poin (relatif meningkat dari 2-3 musim sebelumnya) dengan tambahan 2,8 asis dan 1,9 rebound.

Maka, pada titik ini, meski Pop masih belum menentukan pilihan, jawabannya bagi saya sudah tampak jelas. Pop akan memilih Mills sebagai starter garda utama, terutama karena liga akan dimulai seminggu lagi. Pengalaman dan kemampuan White sebagai starter belum teruji, dan memilihnya adalah resiko besar sebab persaingan di Wilayah Barat telah begitu ketatnya sampai Spurs tidak boleh melewatkan pertandingan-pertandingan awal musim dengan kekalahan.       

Foto: NBA.com

Komentar