IBL

 

Mega trade! Begitu cara orang-orang menyebut pertukaran pemain yang menghebohkan belakangan ini. Boston Celtics memutuskan untuk meminang Kyrie Irving dari Cleveland Cavaliers dengan mengirim Isaiah Thomas, Jae Crowder, Ante Zizic, dan draft pick ronde pertama tahun 2018. Sebuah pertukaran, yang bagi saya, memuakkan. Titik!

......

Maaf, ternyata belum titik. Masih ada lanjutannya karena sehari sejak pertukaran itu (bahkan ketika hari itu juga!), tidak hanya di media sosial tetapi juga di warung kopi, silang pendapat tentang mega trade ramai diperbincangkan. Dari sekumpulan orang yang tertarik membicarakannya, saya hanya diam seribu bahasa. Tidak ingin ikut-ikutan. Jujur, saya enggan membahas pertukaran itu karena merasa bisnis ini sudah seperti peribahasa: habis manis sepah dibuang.

Bagaimana tidak, semenjak ditinggal trio Garnett, Pierce, dan Allen, dua orang yang digunakan sebagai alat tukar adalah dua orang yang bisa dibilang menyelamatkan wajah Celtics. “Menukar mereka adalah hal yang sulit,” ujar Danny Ainge, GM Celtics yang justru memungkinkan pertukaran ini terjadi, seperti dilansir boston.com.

Ya, Isaiah Thomas dan Jae Crowder adalah dua sosok yang membuat Celtics menarik untuk ditonton lagi. Terutama Thomas tentunya. Saya ingat bagaimana ia melesatkan tiga tembakan penting di saat genting ketika melawan Atlanta Hawks di Philips Arena, Atlanta, Georgia, Amerika Serikat, Jumat 13 Januari 2017. Salah satu tembakan itu sekaligus menjadi penentu kemenangan Celtics atas Hawks.

Pertandingan tersisa 24 detik, kedudukan 101-101, penguasaan bola berada di tangan Thomas. Ia berhadapan dengan Kent Bazemore, guard Hawks, yang menjaganya dengan jarak yang membuatnya bergerak leluasa. Semestinya itu jadi sebuah keputusan bodoh yang akan Bazemore sesali, karena sebentar kemudian Thomas merangsek masuk ke pertahanan lawan, mengecohnya dengan step back jumper, dan memasukan poin kemenangan. Celtics unggul 103-101. Thomas mencetak poin tertinggi dengan 28 poin plus 9 asis, sementara Crowder menyumbang 18 poin dan 9 rebound.

Saya juga masih ingat, bagaimana Thomas masih tetap bermain di Playoff meski baru saja kehilangan adiknya, Chyna Thomas, lewat kecelakaan mobil dua hari sebelumnya. Saat itu Thomas dkk. bermain melawan Chicago Bulls di TD Garden, Senin 17 April 2017. Celtics kalah 106-102, tapi Thomas berhasil mencetak 33 poin, 6 asis, dan 5 rebound dalam kondisi berduka. Wajahnya kusut, tampak tidak bahagia. Maka dengan segala hormat untuknya, saya sengaja menulis laporan tentang aksi heroik itu dengan judul “Playoff Kelabu Isaiah Thomas” di mainbasket.com.

Masih dalam atmosfir Playoff, Celtics bertemu Washington Wizards di semifinal wilayah timur. Saat itu semestinya adalah hari ulang tahun mendiang Chyna yang ke-23. Masih dengan kesedihan yang sama, alih-alih berduka Thomas malah mencetak 53 poin sendirian. Sebuah raihan fantastis yang membuat Kobe Bryant, guard L.A. Lakers yang legendaris, membuat tagar #MightyIT di Twitter.

“Tidak. Dia bermain dengan #MambaMentality tapi dia sekarang dan selamanya akan dikenang sebagai #MightyIT,” tambah Bryant melanjutkan cuitan pertamanya.

Lalu, apakah seseorang yang seheroik itu layak mendapatkan perlakuan seperti yang terjadi pada mega trade ini? Saya kira Kenny Smith, analis basket, punya pendapat menarik yang membuat Danny Ainge dan Celtics seharusnya merasa bersalah.

“Saya suka (melihat) tim-tim membuat pergerakan, para pemain berpindah tempat, tapi saya membenci kenyataan bahwa kamu menukar seorang lelaki yang mau bermain dua hari setelah adiknya meninggal,” komentar Smith melalui sambungan telepon di TNT.

Namun, beginilah bisnis yang terjadi di NBA. Terima kasih kepada Ainge. Toh, saya jadi membencinya karena, katanya (lewat rilis resmi klub): “Isaiah tahu bagaimana menjadi seorang pemain Celtics.”

Kontradiktif! Kalimat itu kontradiktif. Kalau memang Thomas tahu bagaimana menjadi seorang pemain Celtics, mengapa ia ditukar? Pemain sekelas Thomas. Tidak habis pikir. Ainge ini gila, tapi mari saya mencoba berlaku adil, ia berdalih melakukannya demi masa depan klub. Katanya salah satu alasan pertukaran itu karena Thomas mengalami cedera yang bakal menyita banyak waktu, dan Celtics membutuhkan pemain yang sehat untuk musim depan. Silakan saja. Akan tetapi, apakah itu benar-benar adil? Saya kira tidak juga.

Setelah pertukaran itu, misalnya, penggemar Celtics jadi marah-marah. Tidak semua memang. Hanya beberapa yang bersumbu pendek. Dan, konyolnya amarah itu tertuju kepada Thomas.

Apa yang mereka lakukan? Membakar kaos Thomas dan mengunggah videonya di internet! Sebuah usaha yang sia-sia dan cenderung bodoh. Bukan hanya karena telah membakar kaos yang harganya, mungkin, mahal tetapi juga karena pertukaran ini sebenarnya bukan salah Thomas. Toh, yang memutuskan hal itu adalah manajemen Celtics. Kok, Thomas jadi terlihat seperti pengkhianat? Ini tidak adil ketika seorang pemain pindah disebut pengkhianat, tetapi ketika sebuah tim melakukan pertukaran disebut bisnis.

“Pembakaran kaos ini sudah sangat menggelikan sekarang,” cuit LeBron James, forward Cavaliers. “Dia itu ditukar. Apa yang tidak kamu pahami?”

Ya, apa yang membuat hal itu sulit dipahami? Toh, sebenarnya Thomas layak untuk perlakuan yang lebih baik dari penggemarnya di Boston. Ia telah melakukan hal-hal yang kemungkinan tidak bisa dilakukan orang lain untuk tim ini. Ketika ia sedang mengalami kehilangan besar dalam hidupnya, dedikasinya untuk tim sangat besar. Lalu apa balasan Celtics untuk Thomas? Perlakuan seperti pertukaran memuakan ini dan pembakaran kaos? Memalukan!

Ah sudahlah, semoga Thomas dapat membalasnya dengan cara yang menyenangkan, seperti menggasak Celtics bersama tim barunya di pertemuan pertama mereka musim depan. Semoga Thomas bisa bermain dan menunjukkan kepada semua penggemar Celtics, bahwa Thomas adalah mimpi buruk mereka. Semoga Thomas, juga Jae Crowder dan Ante Zizic, adalah penyesalan Celtics selamanya. Selamanya. Titik!

Gambar: masslive.com

Komentar