IBL

Garuda Bandung melakoni turnamen perdana mereka di jeda antarmusim. Mereka hendak menguji coba kekuatan baru dengan dua tambahan pemain. Salah satunya adalah Rionny Rahangmetan.

Rionny, garda utama yang sebelumnya bermain untuk Satya Wacana, kini telah merapat ke Garuda. Sudah sebulan ini, katanya, ia berlatih bersama klub asal Bandung itu untuk menghadapi IBL 2018-2019. Selama itu pula, ia berusaha untuk beradaptasi dengan para pemain Garuda.

Di Pacific Caesar 50th Anniversary Pro Basketball Tournament pada 7-12 Juli 2018, Rionny juga sempat tampil. Ia bahkan bermain di semua pertandingan—entah sebagai pemain pengganti maupun mengisi skuat lima utama—untuk menjajal hasil latihannya selama sebulan terakhir.

Mainbasket lantas menemui Rionny seusai Garuda melakoni pertandingan terakhir mereka di GOR Pacific Caesar, Surabaya, Jawa Timur, Kamis malam, 12 Juli 2018. Kami berusaha mengonfirmasi isu kepindahan Rionny sekaligus membicarakan seperti apa proses dan tujuannya ke Garuda.

Simak wawancara berikut ini:

 

Saya dengar Rionny sudah resmi meninggalkan Satya Wacana. Kabar itu benar?

Benar, sih, sudah sejak satu bulan yang lalu.

Apa yang membuat Rionny datang ke Garuda?

Yang pertama karena senior saya, Luthfianes Gunawan, menyuruh saya untuk datang ke sana. Sebenarnya tidak ada pilihan, cuma kalau boleh main bareng saya, ya sudah saya ke sana.

Mengapa tidak bertahan di Satya Wacana?

Sebenarnya ingin bertahan, sih, hanya kelihatannya memang jalan terbaik adalah keluar. Memang harus keluar.

Apa yang ingin kamu capai di Garuda?

Minimalnya saya ingin sampai semifinal dengan Garuda. Maksimalnya tentu ke final. Untuk jadi juara satu, kan, tergantung usaha.

Sekarang sudah resmi menjadi pemain Garuda? Bukan trial atau apa?

Sudah.

Kontrak berapa lama?

Dua tahun.

Di Garuda ada beberapa pemain yang berposisi sama, apa yang membuat Rionny berbeda dengan mereka?

Ketika saya dihubungi pelatihnya, dia bilang “Rionny, saya butuh playmaker yang bisa adjust, yang bisa set bola.

Di turnamen ini Rionny tampak beda dari Rionny di Satya Wacana yang hanya oper-oper bola. Ini perintah pelatih atau apa?

Itu dari saya sendiri, sih. Saya melihat turnamen ini sebagai ajang uji coba. Jadi, saya pikir coba-coba sajalah. Bagaimana caranya menembak gitu.

Tadi sempat bicara dengan Jerry Lolowang. Katanya para pemain Garuda diharapkan bisa lebih serba guna untuk menjalankan berbagai peran. Apakah Rionny siap dengan perubahan?

Saya memang dominannya ke asis. Tidak terlalu mau cetak poin juga kecuali kalau memang buntu dan dibutuhkan.

Adaptasinya seperti apa di Garuda? Kan sudah sebulan.

Ya, sudah sebulan.

Begitu saya masuk ke Garuda, saya diterima dengan hangat dan baik seperti keluarga. Adaptasi dengan mereka, ya begitu saja; masuk langsung diterima dengan baik. Saya langsung ikut latihan, menyesuaikan dengan mereka. Apa yang harus saya lakukan, saya lakukan.

Ada target pribadi untuk musim depan ketika bermain dengan Garuda?

Saya ingin jadi Sixth Man of the Year.

Kenapa tidak sekalian MVP? Hahaha.

MVP-nya biar senior saya saja, hahaha. Saya jadi Sixth Man of the Year tahun ini. Itu target saya.

Selain Luthfianes Gunawan, ada juga Jerry Lolowang di staf kepelatihan. Mereka awalnya dari Satya Wacana. Apa pendapatmu tentang mereka?

Luthfi itu bagaikan motivasi. Dia yang mengajarkan saya ketika dulu saya mainnya serba salah. Dia yang mengajarkan saya caranya bermain, caranya hidup.

Bukan hanya di basket dia mengajarkan saya. Jadi, ketika dia menyuruh saya ke sini, saya tidak menolak, saya langsung datang.

Kalau Jerry Lolowang?

Seorang Jerry itu sangat bijak. Sangat mengerti pemain. Walaupun kami salah, dia tetap positive thinking. “Oke, kita harus begini, gini, gini. Kalau kamu tidak mau mendengarkan saya, paling tidak ikuti pattern saja.”

Di selalu positive thinking sama kami. Dia tidak marah-marah. Dari Satya Wacana pun dia sudah seperti itu. Tidak pernah marah. Malah dia memberi tahu kami yang baik itu seperti apa.

Oh ya, di IBL ini Rionny adalah salah satu wakil Papua. Ada suatu kebanggaan tidak?

Saya, sih, hanya ingin menunjukkan saja kalau orang-orang dari Timur itu bisa bermain basket di liga profesional. Bukan hanya bola kaki.

Sebenarnya Rionny bermain basket sejak di mana?

Saya bermain sejak di Jayapura, sejak SMA kelas satu di SMA Taruna Bakti.

Apa bedanya basket di Jawa dan Papua?

Sebenarnya sama saja. Hanya saja kami di Timur kurang diperhatikan. Mungkin kebanyakan orangnya hopeless. Kalau dibuatkan pertandingan begitu-begitu saja. Tidak pernah mau maju.

Kebetulan saya kecil tidak di Jayapura. Saya kecil di Semarang, terus kembali ke Jayapura lalu ke Salatiga.

Saya pernah berbicara kepada pemain dari Timur seperti Hengki Infandi, Samuel Thesia, Fernando Aaron, dan mereka secara umum selalu mencari tahu dari berbagai sumber bagaimana caranya bisa berkembang di tengah keterbatasan. Apa Rionny juga begitu?

Saya tidak terlalu seperti itu, sih. Saya memang suka belajar sendiri. Saya tidak terlalu suka menonton YouTube atau apa.

Lalu, bagaimana Rionny bisa masuk ke dunia profesional?

Berkat senior saya, Yoppi.

Yoppi France Giay?

Iya, dia yang mempromosikan saya untuk bermain di Satya Wacana. Saya diterima di sana, saya bertemu Luthfi, saya diajari segalanya. Dia pindah, sekarang menyuruh saya pindah ke sini.

Selama di Satya Wacana belajar apa saja memang?

Semuanya. Di Satya Wacana saya belajar hidup. Belajar cara bermain basket dengan benar. Pokoknya hidup dengan benar. Dari coaching staff sampai ofisial lain saya pikir baik dan bagus. Semua diperhatikan. Masalah apapun diperhatikan. Kalau mau mulai main basket, ke sana saja.

Baiklah, ada pesan untuk Satya Wacana? Musim depan mereka, kan, sudah jadi lawan.

Pesannya tidak ada, sih.

Pokoknya semangat buat Satya Wacana, buat junior-junior saya. Tambah lagi latihannya. Soalnya dulu saya yang suka menyuruh mereka kalau malas latihan, “Ayo, latihan, latihan, latihan!”

Foto: Alexander Anggriawan

Komentar