IBL

Nama Budi Sucipto sudah tak terdengar lagi di IBL 2017-2018. Bekas garda Satya Wacana Salatiga tersebut memang telah memutusan pensiun musim lalu selepas timnya gagal lolos ke playoff. Namun, bukan karena itu ia berhenti dari karirnya sebagai pebasket profesional. Ia punya alasan lain.

Acun—sapaan akrabnya—kini merintis karir sebagai pebisnis. Ia memiliki rumah produksi kaus olahraga bermerek A-Plus di Salatiga, Jawa Tengah, yang dari tahun ke tahun semakin berkembang. Perkembangan bisnis itulah yang kemudian memaksanya untuk pensiun.

Meski sudah tidak bersama Satya Wacana sebagai pemain, Acun tetap mendedikasikan dirinya kepada tim. Usahanya, A-Plus, bekerja sama dengan bekas klubnya sebagai rekanan resmi yang menyediakan seragam autentik Satya Wacana. Ia pun seringkali disibukkan oleh pesanan-pesanan para penggemar klub asal Salatiga tersebut.  

Mainbasket menghubungi Acun di tengah kesibukkannya mengurusi pesanan. Ia dengan senang hati mau menjawab setiap pertanyaan melalui surat elektronik. Kami berbincang berbagai macam hal, dari karir basketnya sampai bisnis yang sedang ia jalani.

Setelah sekian lama bermain di liga, akhirnya Acun memutuskan pensiun musim lalu. Kira-kira apa yang membuat Acun memilih pensiun?

Karena kesibukan bekerja. Jadi, dulu merintis bisnis sendiri pada tahun 2015 itu, saya masih aktif bermain. Pagi hari saya latian, siang hari saya mengurusi A-plus, sore terkadang ada latihan seperti fitness atau lapangan, malam hari kadang masih melanjutkan pekerjaan yang belum terselesaikan. Dulu bisnis A-plus masih kecil, jadi total pekerjaan masih sedikit.

Nah, makin tahun makin bertambah saja. Akhirnya pada tahun 2017, saya memutuskan untuk berhenti setelah IBL season 2016-2017 selesai. Saya berpikir saya sudah tidak fokus melakukan dua hal secara bersamaan.

Di basket pun saya terkesan hanya berpartisipasi. Sudah jarang melakukan latian tambahan lagi untuk mendongkrak performa di lapangan. Badan sudah lelah dan adanya kesibukan bekerja yang harus diselesaikan, maka usaha mendongkrak performa pun sudah jarang dilakukan. Akhirnya, saya pun merasa stagnan di basket dan berpikir sudah tidak mungkin melakukan dua hal secara bersamaan. Saya memilih berbisnis saja dan meninggalkan basket.

Apa yang membuat Acun memutuskan mendirikan A-Plus? Kenapa tidak mendirikan usaha di bidang lain?

Sebenarnya sejak tahun 2012 sudah menjalankan berbagai usaha, di mana waktu itu masih aktif bermain basket. Cuma mungkin pemilihan bisnis saya yang salah atau saya kurang hoki kali, ya, atau faktor lain, menyebabkan usaha itu gagal.

Dulu pernah jual baju, jual jersey NBA, pernah buka cafe crepes namanya KongKow, tapi sekarang sudah tidak ada lagi. Akhirnya, terlintas pikiran untuk membuat jersey dan kaus lainnya dan tanpa pikir panjang langsung melakukannya. Sekali melangkah sudah tidak bisa mundur lagi. Karena saya juga tidak lulus kuliah, maka mungkin ini satu-satunya jalan agar saya bisa bertahan hidup ke depannya.

Kenapa pula namanya A-Plus? Ada filosofi apa?

Karena maknanya saja. Dulu pada waktu sekolah nilai bagus yang saya tahu adalah A+. Maka, saya membuat brand A-Plus untuk memotivasi saya agar mendapatkan nilai A+ terus di produk ini. Mungkin hasil baik-buruk memang konsumen yang menilai, tapi saya ingin terus termotivasi agar selalu mengejar nilai A+, nilai yang terbaik ini.

Seperti apa perkembangan A-Plus belakangan ini? Saya lihat usaha Acun  juga mendukung Satya Wacana, bekas klub Acun.

Puji syukur ada perkembangan dan saya harus terus expand di bisnis ini. Karena perkembangan zaman yang sangat cepat, saya tidak boleh lengah agar tidak ketinggalan.

Sementara soal Satya Wacana, itu dukungan terhadap klub yang membesarkan saya dulu. Satya Wacana sudah menjadi keluarga saya. Sudah saatnya membantu keluarga sendiri.

Ada kemungkinan tidak untuk menjadi apparel klub lain di IBL atau bahkan timnas?

Kalau timnas saya pasti akan dengan senang hati menerima dan siap membantu. Untuk tim IBL lain, mungkin, bisa bertemu dulu dan membicarakan visi misinya.

Acun ingin usaha ini menjadi seperti apa, sih, sebenarnya?

Ingin seperti Nike. Doakan saja, ya.

Oh ya, karir Acun di basket juga tidak sebentar. Ada tidak semangat basket yang diaplikasikan dalam usaha ini? Atlet, kan, hidupnya harus disiplin. Apakah kedisiplinan itu juga mesti diterapkan di sini?

Banyak sekali hal positif di basket yang saya ambil untuk kehidupan saya ini, termasuk dalam menjalankan bisnis ini. Pertama, kedisplinan di basket mengajarkan saya untuk selalu disiplin dalam melakukan pekerjaan; disiplin sikap, waktu, dan lain-lain. Saya harus disiplin karena saya pimpinan A-Plus, dan secara tidak langsung mengajarkan kepada tenaga kerja saya. Bagaimanapun mereka akan melihat sosok pemimpinnya.

Dalam hal semangat bekerja, teamwork, cara berkomunikasi, semangat pantang menyerah, semangat mempersiapkan diri menghadapi kompetitor sama seperti kita persiapan menghadapi pertandingan. Semua hal positif banyak saya dapat dari basket. Sekarang saya menerapkan ilmu dari basket ke dunia bisnis.

Terus, Acun menilai karir sendiri seperti apa? Bagus atau justru masih banyak yang tidak tercapai?

Saya menilai karir bisnis ada pertumbuhan, tapi masih banyak yang belum tercapai, baik dari segi hasil yang belum optimal atau ada hal baru yang belum saya bisa dilakukan. Harus terus bertumbuh.

Apa yang Acun dapat dari menjadi pemain profesional?

Hal morel dan karakter personal selama saya ditempa sebagai atlet dan teman-teman baru sebagai penikmat basket Indonesia. Saya punya banyak kenalan baru.

Setelah pensiun, Acun masih main basket? Boleh diceritakan kehidupan setelah basket seperti apa.

Masih bermain, tapi mungkin hanya seminggu tiga kali. Terkadang ada teman mengajak main di event tarkam, ya dengan senang hati saya ikut bergabung. Karena secara hati, saya masih suka bermain basket dan masih suka berkompetisi. Saya rasa tubuh saya masih mampu untuk bersaing. Mungkin hanya fisik dan kekuatan tubuh yang agak menurun, tapi pengalaman akan tetap abadi.

Oh ya, dulu sempat dengar Acun bolak-balik antara latihan, ngurus usaha, sampai pergi keluar kota buat beli bahan. Susah tidak, sih, atur waktu antara semuanya?

Susah banget. Dulu pakai motor keluar kota. Bawa bahan juga tidak sedikit, kadang harus diikat di belakang motor, di mana saya juga harus hati-hati dalam berkendara.

Terkadang mepet karena faktor jam tutup toko atau jarak toko yang jauh. Saya selesai latihan langsung persiapan untuk pergi jauh. Dengan kondisi fisik habis latihan, saya tetap pergi karena keharusan. Namun, saya menikmati proses dan menjalaninya sebaik mungkin.

Buktinya Acun berhasil menjalankan semuanya: karir profesional, usaha, dan kehidupan lainnya di luar itu. Padahal dulu Acun sempat diremehkan di dunia basket. Ada tips untuk menangani semua masalah itu? 

Tidak apa-apa dulu diremehkan. Untuk memacu saya juga supaya bisa memberikan sesuatu yang lebih; berlatih lebih keras lagi. Untungnya, saya orangnya agak cuek. Ya, sudah, tetap senang main basket dan latihan. Tidak usah terlalu dipikirkan apa kata orang. Saya hanya menjalankan apa yang saya suka saja.

Tipsnya itu, mungkin, hanya menyukai saja apa yang saya lakukan dengan menyukai hal yang saya lakukan. Pasti tidak ada batasan waktu kamu bekerja, waktu kamu berlatih, bahkan mungkin 24 jam harimu kamu berikan untuk hal yang kamu suka.

Nah, jika melihat pemain-pemain sekarang, ada saran tidak buat mereka? Semacam petuah dari pemain yang sudah pensiun.

Untuk pemain yang masih aktif, mungkin, saya sedikit pesan agar mereka mempersiapkan kehidupan mereka setelah basket. Hasil materi jangan terlalu diboroskan. Mari kita patahkan mitos-mitos yang berkata: "Ngapain jadi pemain basket, kehidupannya nanti bakal sulit, atau susah, atau nanti habis basket kehidupannya melarat dan lain-lain." Mari kita patahkan bahwa setelah berkarir basket profesional kita juga pasti akan sukses di kehidupan selanjutnya.

Oke, itu saja. Semoga Acun terus semangat untuk meraih mimpi-mimpinya, ya! Tuhan memberkati.

Siap, Kang, terima kasih banyak. Semoga bisa membantu. Sukses terus, Kang. Semoga mimpi-mimpi kita tercapai. Tuhan memberkati kita.

Foto: Hari Purwanto

Komentar