IBL

Semifinal IBL 2017-2018 Divisi Putih menyuguhkan pertarungan dua raksasa basket Indonesia, Stapac Jakarta dan Pelita Jaya Basketball. Duel akbar ini akan berlangsung dengan sistem best-of-three. Laga yang menentukan langkah ke final ini sekaligus menjadi pertarungan kematangan strategi kedua tim.

Stapac mendapatkan giliran pertama menjadi tuan rumah. Mereka memilih GOR UNY Yogyakarta sebagai tempat pertemuan pertama babak semifinal yang akan digelar besok, Kamis, 5 April 2018. Sementara itu, C-Tra Arena, Bandung, dipilih Pelita Jaya sebagai rumah untuk laga kedua yang akan berlangsung 7 April 2018. Bila diperlukan pertemuan ketiga, maka pertandingan tetap di Bandung, 8 April 2018.

Pertandingan semifinal musim ini, menjadi ajang balas dendam Stapac. Sebab musim lalu, di IBL 2017, Stapac menyerah 0-2 dari Pelita Jaya di fase yang sama. 

Stapac musim ini punya modal berharga. Secara mental, bertanding di Yogyakarta bisa menambah semangat para pemain. Sebab, Stapac pernah mengalahkan Pelita Jaya pada musim reguler IBL 2017-2018 di Yogyakarta. Selain itu, banyak sejarah manis, seperti gelar juara NBL Indonesia 2012-2013 dan 2013-2014 didapatkan saat berlaga di tempat yang sama. Gelar juara NBL Indonesia 2012-2013 bahkan didapat Stapac (Aspac) dengan mengalahkan Pelita Jaya, 63-50.

Dari sisi pemain, Stapac kini lebih kuat dengan dua pemain asing, Kore White dan Dominique Nelson Williams. Sementara itu, di area lubang kunci, pengalaman M. Isman Thoyib dan tenaga muda Vincent Rivaldi Kosasih, menambah keperkasaan.

Pelita Jaya dengan predikat tim terkuat di liga yakin bisa mengulang sukses musim lalu. Mereka juga pernah mengalahkan Stapac dua kali di musim reguler IBL 2017-2018.

Kedalaman skuat tim Pelita Jaya musim ini luar biasa. Lima pertama (starter) dan pemain bangku cadangan (bench) hampir sama baiknya. Soal ketajaman dan akurasi tembakan tak diragukan lagi. Di tim ini ada empat penembak jitu (shooting guard) yaitu Respati Ragil Pamungkas, Daniel Timothy Wenas, Xaverius Prawiro dan Andrie Ekayana Satya Santosa. Uniknya, keempat pemain tersebut juga bisa dimainkan sebagai pengatur serangan.

Dalam hal produktivitas poin, Pelita Jaya punya Wayne Lyndon Bradford. Wayne bertugas di posisi garda utama yang mampu mencetak 20,0 poin per pertandingan. Disusul C.J. Giles dan Xaverius Prawiro.

Dari catatan statistik, Pelita Jaya lebih unggul dalam akurasi tembakan, produktivitas poin, bahkan jumlah rebound. Tapi Stapac musim ini menjadi tim yang melepaskan tembakan tripoin terbanyak di liga. Walau akurasi tembakan tripoinnya hanya 29 persen. Selain itu, Stapac bisa mencuri bola (steal) lebih banyak daripada Pelita Jaya dengan 9,7 steal per pertandingan. Mereka akan menggunakan dua kelebihan itu untuk mengalahkan juara bertahan.

Berdasarkan pertemuan terakhir, berikut para pemain kunci Stapac dan Pelita Jaya yang saling berhadapan di pertandingan nanti:

Dominique Nelson Williams Vs. Wayne Lyndon Bradford

Dua pemain sama-sama menjadi tumpuan tim dalam produktivitas poin. Mereka juga mendapatkan tugas yang sama sebagai pengatur serangan. Hanya saja, Wayne bermain lebih agresif dibanding Dom. Wayne suka menusuk ke area lubang kunci dengan kecepatan dan kekuatannya. Seringkali gerakan tersebut merepotkan pertahanan lawan. Sementara itu, Dom lebih unggul dalam tembakan tiga angka. Ini bisa jadi senjata mematikan yang dimiliki Stapac. Saat Stapac mengalahkan Pelita Jaya di Yogyakarta musim ini, Dom mampu mengemas 24 poin.

Kore White Vs. Chester Jarell Giles

Kehadiran Kore White memberi Stapac harapan baru. Mereka bisa menang tujuh laga beruntun di musim reguler hingga playoff babak pertama. Kore musim lalu membela Pelita Jaya dan mengantar mereka meraih juara. Kore banyak memberi keuntungan bagi Stapac musim ini. Sebaliknya di sisi Pelita Jaya, mereka punya C.J. Giles yang didapuk sebagai pengawal area lubang kunci. Di musim reguler, Giles menjadi top blok sekaligus pemain dengan akurasi (field goals) terbaik.

Andakara Prastawa Dhyaksa Vs. Xaverius Prawiro

Prastawa dan Xaverius musim ini lebih banyak muncul dari bangku cadangan. Peran keduanya pun sama, sebagai pengatur serangan sekaligus penembak jitu. Mereka juga pemain yang mencetak poin terbanyak ketiga di tim setelah dua pemain asing masing-masing. Menarik bila melihat dua generasi Aspac ini bertarung di lapangan. (*)

Foto: Hariyanto

Komentar