Ketika mantan pemain NBA Jason Collins meminta bantuan Ramona Shelburne dari ESPN untuk menulis kisahnya, maka di situlah kebenaran menyakitkan terungkap. Bahwa Collins mengumumkan bahwa ia sedang berjuang melawan kanker otak glioblastoma stadium 4.
Pada bulan September lalu, Jason Collins mengumumkan bahwa ia sedang berjuang melawan tumor otak. Tapi informasi tersebut diperbaharui bulan ini, pemain veteran NBA selama 13 tahun dan duta liga, yang terkenal sebagai atlet profesional pertama yang mengakui dirinya gay saat masih bermain di NBA atau liga olahraga besar Amerika lainnya, menjelaskan secara rinci seberapa serius kondisi ini. dalam sebuah artikel yang ditulis bersama untuk ESPN dengan Ramona Shelburne.
"Saya mengidap glioblastoma stadium 4, salah satu bentuk kanker otak yang paling mematikan. Penyakit ini muncul dengan sangat cepat...," ungkapnya.
"Yang membuat glioblastoma sangat berbahaya adalah karena tumor ini tumbuh di dalam ruang yang sangat terbatas dan tertutup (tengkorak) dan sangat agresif serta dapat menyebar. Yang membuat pengobatannya sangat sulit dalam kasus saya adalah karena tumor ini dikelilingi oleh otak dan menginvasi lobus frontal, yang merupakan bagian yang membentuk diri saya."
Collins juga berbicara tentang perjuangannya melawan penyakit tersebut, dan saat ini ia berada di Singapura untuk menerima perawatan khusus.
Karena tumor saya tidak dapat dioperasi, dengan hanya mengandalkan perawatan standar yaitu, radiasi dan TMZ, dengan prognosis rata-rata hanya 11 hingga 14 bulan. Jika hanya itu waktu yang tersisa, maka Collins lebih memilih menghabiskannya untuk mencoba pengobatan yang suatu hari nanti mungkin menjadi standar perawatan baru untuk semua orang.
Saya beruntung berada dalam posisi keuangan yang memungkinkan saya pergi ke mana pun di dunia untuk mendapatkan perawatan. Jadi, jika apa yang saya lakukan tidak menyelamatkan saya, saya merasa senang berpikir bahwa itu mungkin membantu orang lain yang suatu hari nanti mendapatkan diagnosis seperti ini.
Secara resmi Collins harus melakukan biopsi untuk menentukan apakah itu glioblastoma, tetapi ketika bentuknya seperti kupu-kupu, sudah ada di kedua belahan otak, hampir selalu itu adalah glioblastoma dan tidak mungkin untuk diangkat sepenuhnya tanpa menghasilkan perubahan "berbeda" setelah operasi," ujar Collins, yang ditulis Shelburne.
Collins, dan saudara kembarnya, Jarron Collins, sama-sama mendominasi kancah bola basket sekolah menengah di California Selatan hingga kuliah bersama di Stanford. Di sana, Collins membantu memimpin Cardinal ke babak Elite Eight di satu musim dan Final Four di musim berikutnya.
Collins dipilih oleh Houston Rockets dengan pilihan ke-18 dalam Draft NBA 2001, kemudian ditukar pada malam draft, bersama Richard Jefferson, ke New Jersey Nets. Collins dengan cepat menjadi bagian penting dari Nets dan menjadi center utama di tim yang dipimpin Jason Kidd pada tahun 2003 yang mencapai Final NBA. Collins adalah center yang tangguh secara fisik dan memiliki pertahanan yang kokoh, yang bermain selama 13 musim di NBA untuk Nets, Grizzlies, Timberwolves, Hawks, Celtics, dan Wizards.
Setelah pensiun dari bermain, Collins menjadi duta liga, dan menjalankan peran tersebut di sejumlah acara. (tor)
Foto: Outsports





0822 3356 3502