IBL

Dua musim lalu semua pecinta basket baik Indonesia ataupun NBA dibuat terkejut dan kagum atas apa yang dilakukan Golden State Warriors. Bersama kepala pelatih baru mereka, Steve Kerr, Warriors bermain dengan kekompakan tim dan rasa haus akan kemenangan yang tidak dapat dibendung. Dukungan publik Oracle Arena juga tidak pernah kendur selama musim reguler ataupun playoff. Mereka membawa gelar juara kembali ke Warriors dalam 40 tahun terakhir.

Tim ini memiliki kerangka yang dibangun oleh kepala pelatih mereka sebelumnya, Mark Jackson. Jackson melihat dan menggabungkan potensi dari para pemain muda sebagai inti permainan. Steph Curry dan Klay Thompson adalah yang paling menanjak pamornya kala bersama Jackson. Kemampuan dua pemain itu dalam tripoin membuat mereka mendapat julukan “The Splash Brothers”. Bersama dengan dua pemain itu, masih ada nama Harrison Barnes, Draymond Green serta Festus Ezeli sebagai deretan pemain cadangan.

Untuk pemain senior, Jackson menyertakan Andrew Bogut, David Lee dan Andre Iguodala yang didapat melalui pertukaran pemain. Kerangka tim yang ditinggalkan ini mengalami pembaruan dan kemajuan yang sangat pesat di bawah Kerr.

Kedalaman skuat pun ditambah dengan masuknya Leandro Barbosa, Shaun Livingston dan Brandon Rush. Angka kemenangan mereka naik dari 51 di era Jackson ke 67 kali kemenangan bersama Kerr.

Selain kegemilangan Kerr meracik tim, performa Curry yang luar biasa musim itu juga menjadi kunci. Total 286 tripoin dibuatnya dalam 1 musim. Itu merupakan rekor terbanyak dalam sejarah NBA. Gelar MVP seperti secara otomatis menjadi miliknya.

Kegemilangan Warriors berlanjut ke Playoff. Laju mereka tidak terhentikan. Hanya kehilangan tiga laga dalam perjalanan menuju Final NBA, Warriors mengandaskan Cavaliers dalam enam laga guna meraih gelar juara.

Kecerdikan Kerr dalam bongkar pasang susunan pemain juga berakhir manis. Andre Iguodala yang dari awal musim jarang mendapatkan posisi starter, memasuki laga ketiga Final NBA, dipasang menjadi starter dan mampu berperan banyak. Hasilnya, gelar MVP Final menjadi miliknya. Secara keseluruhan tim ini benar-benar sulit ditaklukan kala itu.

Memasuki musim keduanya, Kerr mengalami masalah kesehatan di awal musim yang membuatnya harus menepi dari lapangan. Peran kepala pelatih diambil oleh Luke Walton.

Walton pun sebenarnya tidak terlalu bekerja keras. Karena secara keseluruhan tim ini tidak banyak berubah. Keluar masuk pemain tidak melibatkan pemain utama mereka. Justru tambahan pemain seperti Ian Clark dan Anderson Varejao membuat tim makin solid. Total selama Walton menjadi kepala pelatih, rekor Warriors adalah 39-4.

Seiring kembalinya Steve Kerr, Warriors berhasil mengakhiri musim dengan rekor 73-9. Rekor yang sekaligus memecahkan rekor menang-kalah musim 1995-1996 oleh Chicago Bulls. Bulls kala itu berhasil membukuan satu kemenangan lebih sedikit daripada Warriors. Musim 2015-2016 ini pula terjadi pergeseran pandangan gaya bermain basket. Warriors adalah pihak yang bertanggung jawab atas berkembangnya gaya bermain yang mengandalkan tembakan tripoin, tangkap dan tembak (catch and shoot), serta pick and pop.

Hampir semua tim melakukan gaya bermain yang sama. Turun dengan pemain yang berbadan kecil (small line-up) pun jadi hal yang tidak asing lagi sekarang. Para center pun sekarang tidak canggung lagi melepaskan tembakan tripoin. Ini bisa kita lihat pada DeMarcus Cousins, Anthony Davis, Blake Griffin dan lain-lain. Mereka adalah pemain yang awalnya tidak akan dijaga sebelum memasuki area di dekat ring (paint area).

Mulai musim 2015-2016, mereka dijaga hingga garis tripoin karena harus mengikuti perubahan gaya bermain di NBA. Kembali ke Warriors, laju mereka di playoffs hampir saja terhenti di fase final wilayah. Setelah hanya kehilangan dua laga di putaran pertama dan kedua, mereka harus bermain tujuh laga melawan Oklahoma City Thunder. Kemenangan yang berujung pada final ulangan melawan Cavaliers.

Lain waktu lain cerita. Cavs yang sempat tertinggal 3-1 oleh Warriors berhasil merengkuh gelar juara setelah memaksakan seri hingga laga ketujuh. Trio Kyrie Irving, Kevin Love dan LeBron James berhasil menjadi bintangnya. Khusus James, gelar MVP Final berhasil ia bawa pulang untuk ketiga kalinya sepanjang karir.

Kekalahan tersebut pun seolah menutup pencapain gemilang Warriors dan bintang mereka Curry. Curry sendiri dinobatkan sebagai “Unanimous MVP” atau MVP mutlak.

Memasuki musim 2016-2017, gebrakan besar dilakukan oleh Warriors. Mereka secara mengejutkan memboyong Kevin Durant ke Oracle Arena. Salah satu mega bintang NBA. Kevin Durant adalah peraih satu kali gelar MVP, satu kali pencetak angka terbanyak dan beberapa rekor lainnya.

Bergabungnya KD (sapaan Durant) membuat para penikmat NBA pesimis atas jalannya liga ke depan. Karena di atas kertas, Warriors adalah tim yang sangat-sangat sulit untuk dikalahkan. Terlebih dengan bergabungnya KD. Warriors memiliki empat pemain All Stars sekaligus dalam starter mereka.

Tapi ternyata perkiraan itu tidak sepenuhnya benar. Warriors total kalah 15 kali dalam musim reguler. KD juga tidak 100 persen bugar selama satu musim. Cedera yang menjadi masalah sejak ia menjadi MVP tiga musim lalu terus mengahantuinya. Warriors tetap memimpin klasemen Wilayah Barat dan menjadi tim yang paling produktif di NBA dengan 115,9 PPG.

Babak playoff menghadapkan mereka kepada Portland Trail Blazers. Blazers yang susah payah melaju ke playoff tidak dijagokan untuk lolos sama sekali. Tapi, pernyataan Damian Lillard, bintang Blazers cukup memberikan harapan. “Blazers dama 6 laga,” jawab Lillard atas pertanyaan siapa yang akan lolos ke putaran selanjutnya.

Kepercayaan diri Lillard saja belum mampu mengatasi Warriors. Itu juga sudah ditambah C.J McCollum.

Yap, Warriors melenggang mulus dengan skor akhir 4-0. Hanya satu kali kemenangan Warriors yang berselisih poin di bawah dua digit. Selisih terbesar mencapai 29 poin pada laga kedua.

Warriors menunjukan permainan yang sangat “tidak adil” sepanjang seri. Pergerakan bola, akurasi eksekusi, perpindahan dari bertahan ke menyerang, bahkan dari segi pemain cadangan pun Warriors unggul segalanya. Bila skuat mereka tetap bugar selama playoff, Final NBA bukan hal yang sulit untuk Warriors. Calon lawan mereka pada putaran kedua adalah Clippers atau Jazz. Clippers sendiri telah dipastikan tanpa bintang mereka Blake Griffin hingga akhir musim.

Target untuk menjadi juara sangat realistis untuk Warriors. Bila ingin lebih menantang, seharusnya target Warriors adalah menjadi juara tanpa sekalipun kalah selama playoffs. (*)

Foto: Inquirer

Komentar