Kepala pelatih tim nasional basket Turki, Ergin Ataman tampak frustasi dan kecewa. Dia merasa kurangnya pengakuan media Turki setelah timnya meraih medali perak di FIBA EuroBasket 2025. Padahal ini sama artinya tim basket Turki menjadi terbaik kedua di benua Eropa setelah Jerman. Namun tetap saja, menurut Ataman, sepak bola tetap nomor satu di Turki.
Meskipun Turki finis di tempat kedua di EuroBasket 2025, mengklaim medali FIBA EuroBasket untuk pertama kalinya sejak 2001, Ergin Ataman merasa bahwa tim nasional tidak menerima pengakuan yang layak mereka dapatkan dari media negara tersebut.
"Mereka telah menghancurkan media di negara ini, di komunitas olahraga," ujar Ataman, dalam wawancara eksklusif dengan media Turki. "Sepak bola memang gila. Kami tampil sangat baik di EuroLeague, tapi kami tidak masuk agenda. Presiden berganti karena tim sepak bola gagal. Namun, minat semua orang terhadap sepak bola tetap tinggi."
Menurut Ataman, meskipun bola basket meraih kesuksesan signifikan dalam beberapa tahun terakhir, dengan meraih beberapa gelar EuroLeague dan performa tim nasional yang kuat, namun masih kurang mendapat perhatian.
"Sepak bola punya ekonominya sendiri. Jutaan dolar dihabiskan, tetapi kesuksesan di Eropa tak kunjung datang. Tim saya, Galatasaray, menghabiskan 80 juta Euro untuk Osimhen, dan semua itu hanya untuk memenangkan liga domestik," ujar sang pelatih. "Tolok ukurnya seharusnya kesuksesan di Eropa, mencapai setidaknya semifinal kompetisi, bukan sekadar memenangkan trofi. Dan itu belum terjadi."
Foto: fiba.basketball
Ergin Ataman memang jadi bahan perbincangan akhir-akhir ini. Selain prestasinya yang luar biasa di FIBA EuroBasket 2025, dia juga tak lepas dari kontroversi. Terpanas saat ini adalah perang dingin dengan kapten tim nasional Jerman, Dennis Schroder.
Namun selain itu, pekan lalu, tepatnya pada 24 September 2025, Ataman juga menjadi sorotan media. Ketika tim Fenerbache melarang semua pemainnya membela tim nasional basket Turki, selama Ataman masih menjadi pelatih.
Keputusan ini muncul ketika gestur Ataman dinilai menghina tim sepak bola Fenerbache. Dalam pertandingan basket persahabatan antara Panathinaikos dan Galatasaray, Ataman mengangkat satu jari diikuti tiga jari, merujuk pada skor ketika Galatasaray menang 3-1 di Fenerbahce di Liga Super Turki.
Ataman, yang memimpin Panathinaikos meraih gelar EuroLeague pada musim 2023-2024, telah meminta maaf atas selebrasinya yang "tidak direncanakan" dan mengatakan bahwa ia "sama sekali tidak bermaksud menargetkan atau menyinggung komunitas mana pun".
"Saya seorang pelatih yang selalu menunjukkan rasa hormat saya kepada komunitas Fenerbahce di setiap kesempatan, tetapi juga menekankan bahwa saya adalah salah satu rival terbesar mereka di lapangan," tambahnya.
Dalam tanggapan mereka, Fenerbahce mengatakan mereka tidak akan mengizinkan pemain mereka bermain untuk tim nasional selama Ataman tetap menjabat. (tor)
Foto: fiba.basketball