Dennis Schroder sekarang dikenal sebagai pemain NBA, juara dan MVP FIBA World Cup 2023, serta juara dan MVP FIBA EuroBasket 2025. Namun jauh sebelum dia seperti sekarang, perjuangan berat harus dilalui salah satu dari sedikit pemain muslim di NBA tersebut.
Namun, bagi mereka yang mengenalnya sebagai remaja kurus di Braunschweig, pencapaian ini jelas seperti mimpi. Pelatih Kostas Flevarakis mengenang pengalamannya mengubah seorang remaja yang disalahpahami menjadi seorang bintang, mengungkap keraguan, kesalahan, ketahanan, dan titik balik yang membentuknya.
Kostas Flevarakis. Foto: The Astana Times
Kostas Flevarakis, seorang pelatih yang bekerja erat dengan Schroder di tahun-tahun awal dan menyaksikan proses transformasi yang penuh gejolak. Kostas menceritakan kisah yang penuh kontradiksi: seorang anak laki-laki yang berbakat namun disalahpahami, ceroboh namun bertekad, belum dewasa namun ditakdirkan untuk menjadi hebat.
Ketika ayah Schroder, Axel, orang yang pertama kali mendorongnya ke dunia basket dan meyakinkannya bahwa ia bisa mencapai NBA, telah meninggal, maka itu masa-masa yang sulit baginya. Ibunya, Fatou, membesarkannya dengan kasih sayang, tetapi tanpa kehadiran ayahnya yang menenangkan, Dennis sering kali tampak gelisah, disalahpahami, dan berapi-api.
Namun pelatih asal Yunani itu menggambarkan bakat "mentah" Schroder sangat menarik. "Dia memiliki kepercayaan diri yang luar biasa. Dia bisa mengubah tempo secara eksplosif, senjata ampuh dalam bola basket modern. Dia menekan secara defensif, meskipun perlu meningkatkan konsistensi. Dan yang terpenting, dia punya modal untuk berkolaborasi."
"Kami banyak melatih pengambilan keputusannya, cara dia membaca permainan. Setiap hari dia semakin baik. Psikologinya adalah kuncinya. Dia membutuhkan kehadiran, bimbingan, dan seseorang yang dekat dengannya," imbuhnya.
Menurut Kostas Flevarakis, Schroder tidak pernah cocok dengan cetakan prospek Jerman konvensional. Gayanya mencolok, kepribadiannya berani, dan keputusannya terkadang membingungkan.
“Dia adalah seorang anak yang menunjukkan kepada saya sejak awal bahwa dia layak mendapatkan kesempatan nyata," kenang Flevarakis.
Gaya Schroder sering kali memecah belah penonton, terutama di Yunani dan Spanyol, tempat ia berselisih dengan para pesaingnya. Namun, Flevarakis bersikeras bahwa mereka yang menganggap sikapnya arogan tidak pernah benar-benar memahaminya.
"Dia tidak pernah provokatif. Dia hanya punya semangat juang, jenis daya saing yang membuat kita membencinya jika dia melawan kita, tetapi mencintainya jika dia ada di pihak kita," ujarnya.
Hanya dalam satu musim, Schroder bertransformasi. Pada musim panas 2013, remaja yang pernah menjadi pemain cadangan ini mencatatkan rata-rata 12 poin dan 3,6 asis, dengan momen terobosannya terjadi dalam kemenangan krusial melawan Bayern Munich, di mana ia menjadi penentu.
Setahun setelah percakapan pertama mereka, ia direkrut pada urutan ke-17 secara keseluruhan oleh Atlanta Hawks, yang akhirnya membuka kariernya lebih luas lagi. (*)
Foto: fiba.basketball