Batang Garing Utama (BGU) Palangkaraya datang sebagai satu dari delapan tim asal Kalimantan yang berlaga di Mandiri Kejurnas Antarklub 2025. Tapi mereka satu-satunya yang datang dari Kalimantan Tengah.
BGU tampil di U18 putra. Mereka berada di Grup E bersama Buzzers Basketball Banten, Element Bintang Gresik, Airone Basketball Jakarta. Hanya juara grup yang nantinya melaju ke babak playoff.
Baca juga: Rekap Hari Kedua U18 Putra
BGU membuka kiprahnya di kejurnas dengan hasil yang manis. Mereka menang atas Buzzer Basketball Banten 48-30. BGU memimpin sejak tepis mula dan setidaknya membukukan dobel digit di tiap kuarter.
“Sebenarnya target kami itu jangka panjang. Artinya bukan hanya fokus menang atau kalah di sini. Tetapi bagaimana membuat tim kami bisa berada di level berikutnya,” kata pelatih BGU Yhoni Sofian.
BGU eksis sejak 2012 di Palangkaraya. Awalnya mereka menggunakan nama Startel. Kemudian mereka memiliki mimpi yang lebih besar untuk basket Kalimantan, terutama di Palangkaraya.
Terpilihlah nama Batang Garing yang merupakan lambang abadi suku Dayak di Kalimantan Tengah. Juga diartikan sebagai Pohon Kehidupan. Ornamen Batang Garing menjadi ciri khas dari Kalimantan Tengah.
Kini BGU memiliki 132 pemain dengan usia terendah 12 tahun. “Kami ingin menanamkan filosofi kepada pemain bahwa bermain basket ini merupakan proses jangka panjang. Tim ini harus terus belajar dan tidak mau ketinggalan dengan apa yang terjadi di pulau Jawa,” tutur Yhoni.
Ada sekitar lima klub basket di Palangkaraya. Termasuk BGU. Ini menunjukkan adanya animo basket di kota tersebut. Tetapi masih belum terarah. Begitu juga dengan fasilitas pendukung di kota tersebut. Hanya ada satu GOR. Itu pun kurang layak karena bocor saat hujan deras dan angin kencang.
“Mungkin perlu lebih terarah lagi. Terus terang antusiasme bagus. Tetapi perlu diatur lagi karena banyak yang harus dibenahi. Mulai dari SMD, pelatih, organisasi, masing berjalan sendiri-sendiri,” ungkapnya.
Baca juga: Recis Bajawa, Keberanian untuk Keluar dari Zona Nyaman
Kompetisi lokal juga belum sepenuhnya berjalan. Paling hanya satu dalam satu tahun. Untuk itu, BGU sangat antusias mengikuti kejurnas ini. Bahkan mereka harus menempuh perjalanan yang jauh untuk sampai di Surabaya.
Tim BGU melakukan perjalanan darat ke Banjarmasin, Kalimantan Selatan terlebih dahulu. Perjalanan itu membutuhkan waktu sekitar 5 jam. Kemudian mereka naik kapal laut selama 20 jam. BGU tiba di Surabaya pada Jumat (25/7).
Ini merupakan pertama kalinya para pemain BGU melakukan perjalanan ke luar Palangkaraya. Banyak diantara mereka masih mabuk laut. Bahkan ada yang masih muntah-muntah sebelum pertandingan.
“Kami tiba sehari sebelum pertandingan. Anak-anak bahkan juga masih ada yang belum stabil setelah menempuh perjalanan laut. Masih oleng. Ada yang muntah-muntah karena efek naik kapal,” imbuh Yhoni.
Terlepas dari itu, BGU berusaha untuk bisa mengembangkan basket di Kalimantan Tengah ke level yang lebih tinggi. Minimnya fasilitas tidak menjadi alasan mereka untuk malas-malasan. Justru mereka terpacu di tengah keterbatasan. (*)
Foto: PerbasiÂ