IBL

Musim reguler IBL 2025, telah menyentuh garis finisnya dan percakapan tentang siapa yang pantas menyandang gelar Local MVP, Defensive Player of the Year, Coach of the Year, Most Improve of the Year, Rookie of the Year, Sixth Man of theYear, hingga League MVP mulai bergerak di media sosial. Inilah saatnya kita menyibak angka dan narasi untuk memetakan siapa yang benar-benar layak meraih penghargaan tahun ini.

ROOKIE OF THE YEAR

Yeremia - BPJ (4 PPG | 47% eFG% | 43% Floor% | 82.2 Off. Rating)

Pemain yang bermain di Bima Perkasa Jogja ini menjadi kandidat pemenang pemain debutan terbaik (Rookie of the Year). Pada produktivitas angka, Yeremia memiliki total 83 points yang merupakan tertinggi di antara para pemain debutan. Hal yang mencuri perhatian, dengan peran yang terbatas, Yeremia justru menjadi kontributor ke-2 untuk pemain lokal di area dua angka dengan akurasi 55%. Penampilan terbaik Yeremia terlihat saat melawan Hangtuah Jakarta di mana saat itu ia mencetak 12 poin, 3 rebound, 4 asis, 1 steal, dan 1 blok.

MOST IMPROVE OF THE YEAR

Putu J. Satria Pande - Bali United

IBL 2024: 1.4 PPG | 2 REB/G

IBL 2025: 7.5 PPG | 7 REB/G | 1.6 AST/G

Bali United yang musim ini banyak diperkuat oleh pemain asli Bali berbuah manis dengan memunculkan kandidat untuk meraih most improve player, yaitu Putu J. Satria Pande.

Musim lalu, dia hanya tampil dalam lima pertandingan dan mencatatkan rata-rata 4.3 menit per gim, performa yang nyaris tak terbaca dalam radar analis mana pun. Namun di IBL 2025, segalanya berubah. Pande menjelma menjadi pilar rotasi utama Bali United, dengan kontribusi 7,5 poin, 7 rebound, dan 1,6 asis per gim. Sebagai forwarda, dia juga menunjukkan kemampuan distribusi yang berkembang—angka 1,6 asis per gim menunjukkan bahwa dia mampu menghidupkan ball movement tim dari sisi lapangan. Melihat shot chart selama IBL 2025, Pande memberikan ancaman yang konsisten di area corner dengan akurasi 38%. Melihat performa Pande yang meningkat jauh dari angka-angka musim sebelumnya, menjadikan kandidat kuat most improve player tahun ini.

SIXTH MAN OF THE YEAR

Dio Tirta Saputra - Dewa United (6.2 PPG | 55% eFG% | 51% Floor%| 111.6 Off. Rating)

Ketika Dewa United mendatangkan Arki Dikania Wisnu, banyak yang mengira menit bermain Dio Tirta Saputra akan segera menguap. Dan untuk empat laga pertama, narasi itu terlihat sahih. Dio hanya mencatatkan waktu maksimal enam menit, sementara Arki bermain empat kali lipat lebih lama.

Tapi semua berubah saat Dewa menghadapi Prawira di laga kelima. Bermain selama 21 menit, Dio menjawab kepercayaan itu dengan 10 poin ditunjang akurasi 67% tembakan masuk. Sejak momen itu, grafik kontribusinya naik perlahan tapi pasti dan mencapai klimaks saat menghadapi Satya Wacana, di mana dia membukukan18 poin dalam permainan yang seolah menandai 'pernyataan' dirinya.

Statistik lanjutan pun menguatkan cerita ini. Di antara pemain yang bermain dari bangku cadangan setidaknya 70% dari total pertandingan, Dio memiliki offensive rating elite, 111.6. Tapi yang paling menarik, dia adalah corner sniper terbaik musim ini, yang bahkan hanya bisa didekati oleh salah satu import unggulan Rajawali, Quintin Dove. Performa ini memperlihatkan bahwa kehadiran Dio bukan hanya pelengkap, dia adalah senjata tersembunyi Dewa United.

DEFENSIVE PLAYER OF THE YEAR

Galank Gunawan - RANS (3.1 DRB/G | 0.4 STL/G | 0.2 BLK/G | 17%Stop%| 1.3%Block%)

RANS bisa dibilang mencuri salah satu aset pertahanan paling berpengaruh di Indonesia, Galank Gunawan. Datang dari Bali United, Galank tidak membawa gemerlap highlight play atau angka serangan yang mencolok. Tapi seperti banyak elite defender dalam sejarah basket, dampaknya justru tersembunyi di balik angka- angka yang tidak langsung bersinar.

Di antara semua pemain lokal yang mencatatkan minimal 15 menit per game dan memiliki +/- positif, Galank memimpin liga dalam stop percentage dengan faktor terbesar defensive rebound. Dia adalah defensive rebound terbaik untuk pemain lokal di musim ini, menyapu bersih peluang lawan untuk second chance. Saat dia ada di lantai, 16% dari seluruh tembakan yang gagal berakhir di tangannya.

Galank mungkin tidak masuk highlight reels mingguan, tapi perannya dalam pertahanan untuk penyeimbang yang tidak mencolok layak mendapatkan ganjaran pemain bertahan terbaik.

COACH OF THE YEAR

Anthony Garbelotto - RANS

Tak ada banyak analis yang menempatkan RANS sebagai kekuatan papan atas sebelum musim IBL 2025, dimulai. Namun di bawah kendali Anthony Garbelotto, tim ini tak hanya mengejutkan, tapi juga menyalip dua raksasa, Satria Muda dan Prawira, untuk mengamankan peringkat ketiga klasemen regular season. Sebuah lonjakan besar yang tak datang dari keberuntungan semata, tapi dari fondasi taktis yang dibangun dengan presisi.

Fokus Garbelotto musim ini jelas, membenahi pertahanan yang musim lalu terlalu permisif. Hasilnya terlihat, RANS kini memiliki defensive rating yang berada di peringkat ke-6 liga. Sebuah perbaikan signifikan dari musim sebelumnya, yang berada di atas rata-rata liga dalam hal kebobolan per 100 possession.

Strateginya? Garbelotto memboyong kembali dua prajurit lamanya dari Bali United, Galank Gunawan, yang memperkuat interior defense dengan kemampuan rebounding, serta Surliyadin, perimeter stopper terbaik IBL 2025, yang kerap menutup jalur passing dan memaksa turnover. Kombinasi ini membuat RANS kini menjadi tim dengan tingkat defensive pressure tertinggi kedua di liga, memaksa 17% penguasaan lawan berakhir dengan turnover.

Namun, Garbelotto tak berhenti di situ. Dia juga menunjukkan naluri tajam dalam memilih dua pemain asing, yaitu Aaron Craig Fuller dan Kenyon Joseph Buffen. Keduanya bukan hanya produktif, tapi juga saling melengkapi dan merupakan duet pemain asing terbaik di IBL saat ini.

Apa yang dilakukan Anthony Garbelotto musim ini, bukan sekadar membalikkan nasib RANS. Dia menginstal identitas baru, yaitu sebuah tim dengan DNA pertahanan yang disiplin didukung dua pemain asing yang produktif. Jika penghargaan Coach of the Year adalah tentang dampak, evolusi, dan visi, maka tak ada nama lain yang pantas berada di atas daftar selain dia.

LEAGUE MVP

Kenyon Joseph Buffen - RANS (23.6 PPG | 7.5 REB/G | 3.4 AST/G | 52.1%eFG%| 53% Floor% | 105.4 Off. Rating)

Di tengah gelombang eks pemain NBA yang meramaikan IBL 2025, dengan ekspektasi besar dan resume yang mencolok, justru bukan mereka yang berdiri paling atas dalam perebutan League MVP. Nama yang menjadi kandidat meraih League MVP, yaitu Kenyon Joseph Buffen, pemain yang datang tanpa label bintang global.

Di musim pertamanya di IBL 2025, Buffen menjadi fondasi dari banyak hal baik yang terjadi bagi RANS musim ini. Dengan 23.6 poin per GIM, dia menjadi salah satu pencetak angka paling konsisten di IBL 2025, namun nilai sesungguhnya dari Buffen tak hanya ada pada volume, melainkan efisiensi dan keserbagunaan.

Performa effective field goal percentage-nya di 52.1% dan floor percentage di angka 53%, dua metrik yang menunjukkan seberapa sering possession yang melibatkan Buffen berujung poin. Angka tersebut menempatkannya dalam strata pemain dengan efisiensi tinggi untuk ukuran pemain dengan usage rate besar.

Tingginya eFG% dan floor% Buffen bukan kebetulan, itu adalah hasil dari dominasi nyata di area yang paling berharga dalam bola basket, yaitu sekitar rim. Dengan akurasi 64% di area restricted, Buffen bukan hanya efisien, dia adalah yang terbaik di liga dalam menyelesaikan di area tersebut. Dia mengeksekusi dengan kekuatan, kecepatan, dan keseimbangan, menjadikannya ancaman konstan dalam set play maupun transisi.

Buffen bukan hanya finisher, tapi juga decision-maker yang solid, dibuktikan lewat 3.4 asis per gim, nilai yang mencerminkan kemampuannya membaca reaksi pertahanan, bukan hanya menyerang ruang. Dengan tinggi 195 cm, Kenyon Buffen mungkin terklasifikasi sebagai forwarda secara konvensional, tapi gaya bermainnya jauh lebih cair dari label posisi. Dalam sistem ofensif RANS, Buffen kerap beroperasi sebagai ball handler utama dalam skema pick-and-roll, peran yang biasanya diperankan oleh garda.

Kenyon Joseph Buffen mungkin datang ke IBL 2025, tanpa kilau nama besar atau latar belakang NBA, tetapi performanya musim ini mencerminkan segala hal yang dibutuhkan dari seorang MVP, yaitu efisiensi, fleksibilitas, dan dampak sistemik. Dengan efisiensi tembakan yang tinggi, 64% di area restricted, eFG%52.1, dan floor% 53%, ditambah 23.6 poin dan 3.4 asis per gim, serta kemampuan menjalankan pick-and-roll sebagai ball handler setinggi 195 cm, Buffen meretas batasan posisi tradisional dan mendefinisikan ulang apa arti posisi modern di IBL.

LOCAL MVP

Abraham Damar Grahita - Satria Muda (12.3 PPG | 3 REB/G | 2.2 AST/G| 1.4 STL/G| 54.1% eFG% | 46% Floor% | 101.1 Off. Rating)

Setiap kali nama Abraham Damar Grahita muncul dalam perbincangan Local MVP IBL 2025, selalu ada pertanyaan lanjutan yang menyusul: 'Kenapa bukan Yudha Saputera?' Dan itu pertanyaan yang valid. Di atas kertas, Yudha memang menyusun musim yang luar biasa secara tradisional. Dia mencetak total poin terbanyak di antara pemain lokal, satu-satunya pemain lokal yang menembus 300 poin, dan masuk dua besar dalam total asis bersama Widy.

Namun, angka-angka itu tak berdiri sendiri. TO% Yudha yang tinggi membuat offensive rating tidak menembus angka 100. Kejadian seperti ini, pernah terjadi di IBL 2022, dimana Kaleb menjadi pemain dengan produktivitas angka tertinggi, namun secara offensive rating tidak lebih dari 100. Bahkan di NBA, sejak 2015-16, hanya dua top skor liga yang berhasil menyandingkan angka tinggi dengan trofi MVP.

Sebaliknya, Abraham tampil lebih seimbang dan efisien. Dengan offensive rating 101.1, eFG% 54.1%, dan floor% 46%, dia mengeksekusi possession dengan presisi tinggi. Di balik angka 12.3 poin per gim-nya tersembunyi efisiensi tembakan yang luar biasa. Abraham adalah pemain lokal dengan total poin terbanyak dari tripoin, dan itu datang bukan hanya dari volume, tapi juga akurasi yang mengesankan, 38% dari luar garis, termasuk 45% dari wing kanan dan bahkan 55% dari corner kanan. Yang membuat unik adalah cara Abraham digunakan dalam sistem besar seperti Satria Muda, tim bertabur bintang, namun justru merancang skema yang memfasilitasi keunggulannya. Dia tidak hanya menjadi penerima bola statis, tapi kerap ditempatkan dalam action off-screen yang menghasilkan scoring opportunities lebih tinggi dibandingkan catch-and-shoot. Ini bukan sekadar bentuk kepercayaan dari pelatih, tapi refleksi bahwa dalam sistem seketat Satria Muda, Abraham adalah eksekutor pilihan pertama dalam momen-momen krusial.

Abraham Damar Grahita justru menonjol karena keefisienannya, bukan volumenya. Dia menjadi bukti bahwa Local MVP tak selalu tentang siapa yang paling banyak mencetak poin, melainkan siapa yang membuat setiap possession bernilai tinggi. Diabukan hanya penembak yang mematikan, tapi juga produk dari sistem yang mempercayainya dalam action yang kompleks dan bernilai tinggi seperti off-screen movement. Di dalam tim sebesar Satria Muda, yang biasanya memusatkan bolapada pemain asing, Abraham tak sekadar hadir, tapi tumbuh menjadi eksekutor utama dalam skenario. (*)

Foto: IBL 

Komentar