*Tulisan dibuat sebelum laga melawan Borneo Hornbills (10/6).
Agassi Goantara terus menjadi sorotan sejak April lalu. Bersama Pelita Jaya, Agassi terus menghasilkan kemenangan hampir di setiap laga. Sejak April, Pelita Jaya memainkan 16 laga dan hanya kalah tiga kali yang semuanya terjadi di Basketball Champions League (BCL) Asia. Dalam kurun waktu yang sama, sembilan laga IBL dilalui oleh Pelita Jaya dengan kemenangan.
Agassi menjadi sosok sentral hampir di seluruh laga tersebut. Bermain di seluruh laga yang tersedia, Agassi membukukan dua digit angka di 11 laga berbeda. Termasuk di dalamnya adalah sembilan laga beruntun! (gabungan antara BCL dan IBL). Terakhir kali Agassi tak menyentuh dua digit poin terjadi di 28 April, saat bertandang ke Bali United.
Jika di rata-rata, maka Agassi membukukan 14,2 poin per gim di kurun 16 laga tersebut. Ini adalah rataan tertinggi Agassi di sepanjang kariernya. Tak sekadar produktif, Agassi juga sangat efektif di kurun waktu yang sama. Agassi memiliki akurasi tripoin di angka 42 persen dan eFG% mencapai 60 persen. Catatan turnover pemain asal Tangerang ini pun terbilang dengan aman dengan 1,25 trunover per gim.
Satu hal lagi yang cukup spesial dari Agassi adalah sebaran poinnya. Agassi hanya menghasilkan 14 poin dari tembakan gratis. Jumlah ini setara dengan 6 persen saja dari sebaran poin keseluruhannya. Agassi menghasilkan 94 poin dari area dua poin dan 120 poin dari tripoin. Hal yang menunjukkan cukup komplitnya senjata Agassi untuk menyerang.
Jika ingin lebih detail lagi, Anda semua bisa melakukan ke pengamatan di setiap gim Agassi untuk memahami betapa kompletnya permaianannya. Pemain bernomor punggung 9 ini bisa menyerang seorang diri (pull up) dan lebih berbahaya lagi dari tripoin, utamanya di kedua area sayap permainan (wing). Kini pertanyaannya adalah, apa yang membuat Agassi meledak di satu bulan terakhir?
Pada dasarnya, kami di Mainbasket sudah percaya Agassi adalah salah satu pemain lokal terbaik Indonesia setelah musim debutnya di 2018-2019 bersama Stapac Jakarta. Bukan semata karena ia meraih gelar ruki terbik dan membantu Stapac juara, tapi atas apa yang ia tunjukkan di lapangan. Itu pula yang membawa kami menempatkan Agassi di peringkat dua pemain terbaik IBL 2021 kala itu meski ia tidak tampil di 2020 karena melanjutkan studi.
(Baca juga: 10 Pemain Terbaik IBL 2021)
Musim debutnya cukup untuk menunjukkan apa yang bisa ia tawarkan. Bergantian dengan Abraham Grahita kala itu, Agassi memiliki tugas untuk menjaga garda atau pemain asing non-bigman lawan. Kepercayaan ini diberikan oleh Giedrius Zibenas yang kala itu memimpin Stapac. Tak hanya bertahan, Agassi yang menghabiskan waktu SMA di Amerika Serikat ini juga tampak percaya diri membawa bola sebagai garda utama. Dua hal ini sudah membuat perbedaan jelas antara Agassi dengan tidak hanya ruki saat itu, melainkan pemain-pemain IBL secara keseluruhan. Padahal, kala itu Agassi bahkan belum berusia 20 tahun.
Kembali ke pertanyaan tadi, apa yang berubah dalam dua bulan terakhir? Beberapa dari Anda mungkin langsung berpusat pada pergantian kepala pelatih Pelita Jaya. Ya, masuknya Justin Tatum menggeser Johannis Winar terjadi kurang lebih di saat itu, di pekan terakhir bulan April. Namun, apakah ini sepenuhnya yang melandasi perubahan Agassi?
Data menunjukkan Agassi total tampil 17 laga IBL di bawah arahan Coach Ahang (sapaan Johannis Winar). Ia rata-rata tampil 19,5 menit dan menorehkan 7,7 poin per gim. Bersama Coach Tatum, Agassi baru tampil 5 kali di IBL dengan rataan 28,2 menit per gim. Bergeser ke BCL, Agassi tampil lima laga dengan 27,2 menit per laga bersama Coach Ahang. Tiga laga sisa ia mainkan dengan rataan 30,0 menit per gim bersama Coach Tatum.
Kita juga bisa melihat perbedaan dari jumlah tembakan Agassi. Selama 17 laga pertamanya musim ini di IBL, Agassi membukukan 6,2 tembakan per gim. Sedangkan dalam lima gim bersama Coach Tatum, Agassi rata-rata melepaskan 14,4 percobaan per laga. Agassi seolah mendapatkan "lampu hijau" untuk melepaskan tembakan-tembakannya. Sebagai pembanding, JaQuori McLaughlin, di periode lima laga IBL yang sama, melepaskan rataan 13,4 tembakan per laga.
Agassi menjawab kepercayaan yang diberikan dengan baik. Bahkan sejatinya saat bersama Coach Ahang pun, ia memanfaatkan kesempatan dengan baik. Efektivitas tembakannya bisa dibilang selalu tinggi, tapi tidak banyak. Jadi, untuk dianggap sebagai data yang valid, masih belum mumpuni. Ini yang akhirnya Agassi jawab saat Coach Tatum menjadi nahkoda utama tim.
Peran Agassi tampak semakin krusial untuk Pelita Jaya. Sepanjang musim ini di IBL, Pelita Jaya selalu menang jika Agassi mencetak setidaknya 10 poin. Masih akan menginjak usia 26 tahun di Oktober nanti, Agassi rasanya masih bisa melebihi apa yang ia lakukan dalam dua bulan terakhir ke depannya.
Dengan tinggi badan mencapai 187 sentimeter, kita bisa menasbihkan Agassi sebagai garda lokal tertinggi di sejarah basket Indonesia. Tidak ada pembawa bola utama yang memiliki tinggi badan seperti Agassi yang membuatnya menjadi spesial. Agassi juga selayaknya bisa jadi prototipe untuk pebasket muda Indonesia. Selayaknya Arki Wisnu, alih-alih sebagai forwarda atau bahkan senter, pemain setinggi ini sebaiknya dikembangkan sebagai pembawa bola utama bahkan pencetak angka yang ulung.
Jalan masih panjang. Semoga Agassi pun bisa terus bebas dari cedera dan selalu punya rasa lapar untuk menjadi lebih baik lagi entah bagai Pelita Jaya atau mungkin jika mendapatkan tawaran dari liga luar yang lebih baik ke depannya. Keep it up Agassi!
Foto: BCL