IBL

Christian “Dodo” Sitepu yang sudah terhitung memiliki postur besar terlihat kecil ketika bersanding di sebelah Satnam Singh Bhamara. Bhamara atau lebih terkenal dengan Satnam Singh adalah salah satu pemain andalan India saat ini. Ia ikut berlaga di 18th Asian Games Invitation Tournament yang berlangsung dari tanggal 8 sampai 12 Februari di Hall Basket Senayan Jakarta.

Berposisi sebagai center, Satnam menjulang setinggi 2,18 meter. Usianya baru 22 tahun dan tiga tahun lalu (2015), ia sempat dipilih Dallas Mavericks pada ronde kedua NBA Draft.

Meskipun tak memiliki kesempatan bermain di lapangan NBA, Satnam menjadi pemain India pertama yang di-draft NBA. Ia merasakan ketatnya persaingan di NBA Developmental League (sekarang NBA G-League) dan masih berusaha keras untuk kembali ke NBA.

Melihat Satnam Singh sebagai pemain yang memiliki postur menjulang dan besar sehingga ia seolah memiliki privilese untuk terpilih masuk NBA adalah keliru. Pemain kelahiran Ballo Ke, Punjab ini adalah salah satu buah keseriusan India dalam mebangun kekuatan basket negerinya. “Pertama, kami ingin kuat di Asia, selanjutnya, siapa yang tahu?” Kata Grl Prasad, asisten pelatih India sesaat setelah mengalahkan Timor Leste di babak penyisihan.

India memiliki wilayah terluas ketujuh di dunia. Dengan jumlah penduduk lebih dari 1,2 miliar, India adalah negara dengan populasi terbanyak kedua di dunia. Populasi dan wilayah yang sangat besar ini tentunya membuat India sadar akan potensi kekuatannya. Termasuk dalam hal bola basket, yang menurut Satnam Singh mulai mendapat perhatian serius sejak beberapa tahun terakhir.

“Saya menghabiskan sembilan tahun di Amerika Serikat. Lima tahun di sekolah dan tiga tahun di D-League. Ketika saya meninggalkan India di tahun 2010, basket belum begitu bagus di India. Baru ketika saya kembali sebentar di tahun 2013, terlihat lebih baik. Mulai banyak pelatih-pelatih internasional termasuk pelatih-pelatih NBA datang ke India. Kami mulai punya beberapa pemain hebat, penembak-penembak yang bagus, dan lain-lain. Kami meningkat pesat,” komentar Satnam Singh.

Pada awal tahun 2010, sebuah bisnis pemasaran olahraga bernama IMG bekerjasama dengan Reliance Industries, sebuah korporasi terbesar di India. Dua entitas ini melahirkan perusahaan baru bernama IMG Reliance dan membentuk sebuah perusahaan pemasaran olahraga dan hiburan yang menandatangani kontrak kerjasama selama 30 tahun dengan Basketball Federation of India (BFI).

Tujuan perusahaan ini adalah meningkatkan fasilitas dan kualitas kompetisi liga bolabasket India. Pemain-pemain berbakat dari India kemudian mendapat beasiswa untuk mengikuti pelatihan di IMG Academy di Bradenton, Florida, Amerika Serikat. Akademi ini pernah menghasilkan nama-nama hebat seperti Kobe Bryant, Vince Carter, Joakim Noah dan Chauncey Billups.

Oleh karena postur dan permainannya yang menonjol, Satnam Singh mendapat kesempatan dari BFI untuk mengikuti kegiatan NBA Basketball Without Borders yang diadakan di Singapura tahun 2010. Dari sana, BFI kemudian merekomendasikan Satnam Singh kepada IMG Reliance untuk mendapatkan beasiswa ke Amerika Serikat. Meskipun tak bisa berbahasa Inggris sama sekali, Satnam Singh menjadi salah satu dari 29 pelajar-atlet yang dikirim untuk belajar dan berlatih di IMG Academy di Florida. Kendala bahasa membuat Satnam Singh sulit untuk kemudian mendapat beasiswa kuliah dan berlaga di NCAA.

“Waktu pelatih saya mengatakan bahwa saya akan diikutkan ke dalam NBA Draft, saya langsung berlatih lebih keras lagi. Selama tujuh bulan saya berlatih keras tanpa henti, berusaha meningkatkan kemampuan saya. Saya berpeluang menjadi pembuka pintu bagi para pemain India lainnya untuk bermain di NBA,” terang Satnam tentang kesempatannya menjajal NBA di tahun 2015.

“Saya sangat gugup waktu Mavericks memilih saya. Ada peluang 50-50 di sana, antara kamu akhirnya bisa main ke NBA atau tidak cukup sampai ke sana. Tapi saat itu saya juga cukup bangga karena setidaknya saya sedang berbuat sesuatu untuk negara saya.”

Satnam menjadi bagian Dallas Mavericks di NBA Summer League tahun 2015. Sayangnya, ia kemudian diminta bermain untuk Texas Legends, tim yang terafiliasi dengan Mavericks di D-League. Penampilan perdana Satnam ditandai dengan pencapaian 4 poin, 3 rebound dan 1 asis.

“Saya rasa, saya tidak mendapat kesempatan yang cukup untuk mengembangkan diri di NBA. Kesempatan bermain saya sedikit. Jadi saya harus kembali ke India untuk membantu tim nasional. Saat ini, saya tidak peduli, saya akan bekerja keras untuk kembali lagi ke NBA. Usia hanyalah angka. Kalau saya kerja keras saya akan mencapainya.”

Selagi membela India di berbagai kesempatan, Satnam emngaku hanya menyimpan satu misi atau keinginan di dalam benaknya. Ia hanya ingin kembali ke NBA. “NBA, NBA, NBA! Itu saja yang ada di kepala saya setiap kali berlatih,” tambah Satnam.

Saat menghadapi Indonesia di babak penyisihan, Satnam Singh memang sangat menyusahkan. Adhi Pratama dan Dodo Sitepu bergantian bahkan bersamaan mengerahkan tenaga untuk menghentikannya. Pada akhir laga, Satnam Singh mencetak dobel-dobel 11 poin dan 12 rebound. Akurasinya rendah di angka 25 persen. India menang, 66-55.

Sebagai produk keseriusan India dalam membangun kekuatan basketnya di dunia, Satnam Singh hanyalah permukaan. Dengan kontrak selama 30 tahun yang dicanangkan federasinya (BFI) dengan pihak swasta, kita belum akan tahu ada di mana basket India 20 atau 30 tahun mendatang. Yang pasti, India sudah bergerak. Sekali lagi, Satnam Singh hanyalah yang tampak di permukaan. (*)

 

Foto: Mei Linda

Komentar